Reviews
Bincang-Bincang Little Women Bersama Leila Chudori

10 Feb 2020

 


Dok. Femina Media



Kisah Little Women yang ditulis oleh Louisa May Alcott di tahun 1868 telah mengubah pandangan wanita di abad ke-19 menjadi lebih progresif. Dan kini, kisah Jo bersama ketiga saudarinya tersebut pun diadaptasi ke layar lebar yang diperankan oleh Saoirse Ronan, Emma Watson, Florence Pugh, dan Eliza Scanlen

Untuk menyaksikan keistimewaan kisah Little Women, Femina bersama Sony Pictures dan didukung oleh Gramedia Pustaka Utama dan Coming Home with Leila Chudori mengadakan acara nonton bersama. Namun sebelum menyaksikan bersama film
Little Women, Femina berbincang-bincang singkat tentang kisah seru empat saudari karya Louisa May Alcott bersama Leila Chudori. Ia adalah penulis novel Laut Bercerita, peresensi film dan host podcast Coming Home with Leila Chudori

Menurut Leila, yang mengaku menyukai buku
Little Women, kisah ini begitu istimewa karena di abad ke 19, wanita masih dianggap masyarakat kelas dua. “Di abad tersebut, hak wanita dimana-mana itu masih kerap direpresi” cerita Leila.

Sehingga ketika kisah Jo March, yang merupakan alter ego dari penulisnya itu sendiri keluar, seakan menggebrak stereotipe yang ada di Amerika saat itu. Memang, si karakter utama Jo, digambarkan memiliki karakter wanita yang tomboy, keras kepala dan berani mengungkapkan pendapatnya. Dianggap sangat tidak mencerminkan wanita di era tersebut yang kerap diinisasikan sebagai wanita penurut saja. 

Kisah hebatnya ini pulalah yang pada akhirnya membuat cerita
Little Women telah sering diproduksi berulang-ulang hingga tujuh kali. Salah satunya di tahun 1994 berjudul serupa yang diperankan oleh Winona Ryders, yang mendapatkan empat nominasi Oscar. Begitu pula versi terbaru yang disutradarai Greta Gerwig di tahun 2019, telah mendapatkan enam nominasi di ajang yang sama dan memenangkan Best Costume di Oscar 2020.

Menurut Leila, apa yang membuat banyak sineas tertarik untuk kembali mengisahkan cerita Little Women ini adalah pandangan Jo, sebagai wanita di abad ke-19, yang sangat progresif. Seperti di dalam trailernya, Jo kesal kenapa wanita dianggapnya hanya patut dikaitkan dengan cinta saja. 

“Menurut Jo, sebenarnya wanita juga kan orang yang brilian, mampu, dan memiliki ide. Dan ini terjadi di abad ke-19
loh, tapi pemikiran Jo sudah sangat setara. Dan saya yakin, 20 tahun lagi akan ada yang mengangkat film ini lagi” jelas Leila lagi. 

Sebelumnya, begitu istimewanya kisah Little Women juga pernah didiskusikan oleh Leila Chudori bersama
Petty S. Fatimah, CCO Femina, dalam Coming Home with Leila Chudori. Dalam perbincangan tersebut juga membahas bagaimana kisah Jo dan ketiga saudarinya masih relevan hingga kini. (f)



BACA JUGA :
Little Women, Drama Empat Saudari Mengejar Impian
Leila Chudori Ajak Para Tokoh Berbincang Tentang Buku dalam Program Podcast

 



Topic

#LittleWomen