Profile
Kisah Lucia Priandarini, Penulis Novel "Dua Garis Biru" Memulai Hidup Minim Sampah

28 Aug 2019


Foto: Dok. Pribadi

Sudut pandang Lucia Priandarini S (35) tentang cara hidup berubah setelah mengikuti workshop zero waste yang disampaikan oleh DK Wardhani, penulis buku Menuju Rumah Minim Sampah pada akhir tahun 2018 lalu.
 
“Di sana Dini (panggilan DK Wardhani) menyampaikan bahwa sebenarnya Tuhan sudah menciptkaan mekanisme alami untuk kita mengolah sampah yaitu composting. Prinsipnya semua yang dari tanah akan kembali ke tanah. Jadi harusnya kita tidak perlu ribet buang sampah organik ke TPS. Ditaruh di tanah saja itu sampah udah balik lagi jadi tanah. Itu sains sederhana. Hal itu menguatkan niat yang memang sudah lama berpikir untuk menjalani hidup serba minimalis dan bertanggung jawab,” cerita wanita yang akrab disapa Rini ini.
 
Maka di awal tahun 2019 lalu, Rini mulai konsisten melakukan composting. Mengolah sampah organik menjadi kompos. Itu saja sudah mengurangi 50% volume sampah. Ia juga sudah tidak membeli baju baru. Kebetulan memang banyak teman berbaik hati memberikan baju second mereka kepadanya. Ia juga mengganti deterjen dengan rebusan lerak.
 
Penulis novel Dua Garis Biru yang diadaptasi dari film dengan judul yang sama ini pun mulai mengurangi untuk menggunakan plastik. Tapi hal ini masih sering dihadapkan pada situasi tidak bisa menghindari. Paling yang bisa diusahakan membeli camilan ganti camilan curah dengan membawa wadah sendiri. Bila berbelanja ke pasar atau beli makanan dari luar, ia membawa kantong atau tempat makan sendiri.
 
Dalam menjalani hidup sebagai zerowaster tentu banyak kendala yang ia hadapi. Paling susah itu menghindari penggunaan plastik. Terutama plastik kemasan. Apalagi hampir semua produk di supermarket pakai plastik. Sementara yang curah jarang ada.
 
Begitu pun produk-produk skincare yang diklaim ramah lingkungan cenderung mahal dan tidak terdaftar di BPOM. Sehingga ia masih pakai yang biasa. Beberapa  produk zero waste lain juga ada  yang mahal-mahal.  
 
Menurut Rini, mahalnya produk zero waste justru memberikan kesan bagi orang bahwa ini gaya hidup mahal. Padahal semangat gaya hidup zerowaste itu adalah tentang mengurangi dan tahu batas.
 
“Pakai yang bekas dan sebisa mungkin jangan beli. Saya berpegang pada prinsip ini,” kata Rini tegas.
 
Rini berbagi rahasia dalam memulai gaya hidup minim sampah. Pertama, kenali gaya hidup masing-masing dulu. Komposting tidak terlalu perlu bila tidak biasa memasak. Kedua, bawa wadah sendiri bila sering beli makan di luar.
 
Ketiga, kenali tempat-teman makan yang menyediakan kemasan lebih ramah lingkungan. Keempat, kalau belanja online, sebisa mungkin kasih pesan bahwa packaging-nya jangan  pakai plastik atau jangan berlebihan. Kelima, pakai barang yang ada dan sebisa mungkin jangan membeli.
 
Keenam, beli pakaian di toko-toko pakaian second. Karena fast fashion juga salah satu sumber kerusakan lingkungan. (f)

Baca Juga:
Astri Puji Lestari, Arsitek yang Menjalani Hidup Minim Sampah Sejak Kecil
Ramah Lingkungan, Ini 6 Kekuatan Soda Kue untuk Membersihkan Rumah
Belanja Tanpa Kemasan di Bulk Store, Yuk

 


Topic

#zerowaste, #minimsampah, #ramahlingkungan