Profile
Inna Chandika, Chief of Staff Tokopedia, Tak Pernah Berhenti Belajar

8 Feb 2019


Foto: Dok. Pribadi

Keputusan Inna kembali ke tanah air dan bekerja di perusahaan marketplace Tokopedia membuat keluarganya terkejut. Banyak yang mempertanyakan kenekatannya meninggalkan pekerjaannya sebagai vice president untuk divisi Investment Banking di Morgan Stanley di Singapura. Apa yang membuat Inna melepas kemapanan dan posisinya yang sudah tinggi di perusahaan sebelumnya?
 
“Bagi mereka, bekerja di sebuah perusahaan ‘internet’ itu adalah sebuah pekerjaan yang tidak stabil. Penuh risiko,” kenang Inna.
 
Namun, Inna punya pemikiran lain. Walau ini masih industri yang sangat baru, ia melihat peluang yang sangat besar. Inna juga menyadari teman-temannya yang shifting ke perusahaan dengan pergerakan yang sangat cepat ini memiliki personal growth yang sangat baik, mengingat kelak di masa depan industri kerja berbasis teknologi akan menguasai banyak lapangan pekerjaan.
 
Jadi, ia berpikir, jika tidak sekarang, kapan lagi? Setelah berpindah sebagai Associate Vice President of Corporate Finance di Tokopedia, ada satu hal penting yang dipelajari Inna adalah, “Everyday is learning process. Mungkin orang berpikir bahwa kalau sudah jadi leader di perusahaan, maka perannya adalah ‘mengajar’.
 
Namun ternyata tidak. Kita harus bisa berbagi seperti guru, belajar seperti murid,” ungkapnya.
 
Ungkapan tersebut makin ia rasakan ketika dipercaya untuk mengisi posisi chief of staff pada Oktober 2018. Posisi ini memberinya tanggung jawab memastikan komunikasi dan kolaborasi internal ribuan karyawan yang ada di dalamnya berjalan lancar. Ini adalah sebuah bidang baru yang belum ia kenal baik.
 
Namun, Inna membuktikan untuk tak takut mencoba, dan tentunya kembali belajar dari nol. Termasuk harus mengasah soft skill komunikasi karena ia banyak bekerja dengan rekan-rekan dari berbagai divisi dan bekerja 10 kali lebih cepat dari yang biasa ia lakukan sebelumnya. “Ini karena kantor dalam kondisi hypergrowth, maka kami harus bisa bekerja sangat cepat untuk menyeimbangkan pertumbuhannya,” tambahnya. Menurut Inna, bekerja di startup tidak ada yang namanya career path.
 
Karena, sangat mungkin bagi kita untuk bisa menjadi apa pun, sesuai ketertarikan atau keahlian menggeluti bidang yang diinginkan. Misal, mereka dengan latar belakang akuntan bisa menjadi
chief operating officer. Atau, mereka yang dulunya bekerja customer service, personal growth-nya bisa menjadi business senior.
 
“Kalau kita berani mengambil peluang itu, there’s no limit for your personal growth,” papar Inna. Industri kerja di masa depan yang akan bergerak sangat dinamis akan menuntut kita untuk siap menghadapi perubahan yang sangat spontan.
 
Inna meyakini, ada 3 nilai dalam hidup yang bisa membuat siapa pun bertahan dalam perubahan industri karier. Yaitu:
1/ Ketika menghadapi sebuah masalah, fokuslah menemukan solusi agar tetap bisa mencapaitujuan yang dimiliki.
2/ Kemauan untuk terus belajar dan jangan cepat merasa puas, atau disebut growing mindset.
3/ Dalam dunia kerja berbasis teknologi, kecepatan adalah segalanya, jadi make it happened, make it better.
 
Diakuinya, beradaptasi pada perubahan karier yang berjalan sangat cepat tentulah tak mudah. Ia berusaha mengingatkan dirinya sendiri bahwa masih banyak hal yang tidak diketahui di industri karier seperti ini.
 
“Apalagi berkarier di dunia yang di luar zona nyaman, pasti awalnya terasa tidak nyaman. Tapi, hal itu bisa membuat kita menjadi orang yang lebih baik. Maka dari itu, saya masih dalam tahap belajar dan tidak akan berhenti,” tambah Inna, yang percaya bahwa keinginan untuk terus belajar adalah esensi dari bertahan hidup dalam pengembangan karier di masa depan. (f)
 
Baca Juga:

Natacha Ramsay-Levi, Nahkoda Rumah Mode Chloé
Clare Waight Keller, Pemimpin Givenchy Yang Merancang Baju Pengantin Meghan Markle
Marcella Einstein, VR Product Tiket.com dan Founder Indonesia Flight


Topic

#profil, #wanitakarier

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?