Kalau ada yang bilang bahwa Imam Syafii mendukung praktik sunat perempuan, itu salah. Yang saya tahu, Imam Syafii tidak pernah mengomentari sunat perempuan. Justru murid-muridnyalah yang memberikan beragam komentar: ada yang sunah, mubah, dan makruh.
Ditinjau dari segi keuntungan, praktik sunat perempuan tak memiliki manfaat. Sehingga tidak bisa pula disebut sunnah, karena hal-hal yang sunnah pasti memiliki manfaat. Fungsi sunat perempuan yang konon untuk menjaga kesucian maupun menekan libido wanita hanyalah pembenaran terhadap mitos.
Saya mencoba husnudzon bila ada beberapa pesantren yang melakukan praktik sunat perempuan. Menurut saya, kiai yang memimpin pesantren tersebut belum mendapat informasi yang tepat mengenai sunat perempuan. Kemungkinan besar, informasi tentang Islam ia dapatkan hanya dari kitab kuning kuno yang mendukung sunat perempuan. Alhasil, tanpa pemahaman yang lebih luas, ia pun mendukung dan menganjurkan pengikutnya melakukan sunat perempuan.
Saya percaya, kiai-kiai tersebut melakukannya tanpa kesengajaan. Sebagai figur yang menjadi rujukan utama para santrinya, seorang kiai yang benar tidak mungkin menjerumuskan pengikutnya. Ini berlaku bagi kiai-kiai yang memang ingin menyebarkan Islam dengan spirit rahmatan lil alamin, bukannya yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam.
Peneliti dari Smeru pernah menulis, ada kyai di sebuah pesantren mengatakan bahwa wanita belum menjadi muslimah sempurna bila belum melakukan sunat. Makanya, beberapa santri pun berbondong-bondong melakukan sunat perempuan. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah maupun organisasi keagamaan. Di Indonesia, ada kecenderungan bahwa informasi yang dikatakan kyai atau tokoh agama, akan langsung ditelan mentah-mentah oleh santrinya. Mayoritas santri atau pengikut pesantren tidak punya keberanian mengkritisi kiainya.
Terlepas dari prosesnya, sunat perempuan menguatkan mitos yang merugikan kaum hawa. Praktik sunat perempuan seperti merayakan seksualitas pria yang diberi keleluasaan. Sementara pada wanita, libidonya harus dikontrol melalui sunat. Ini adalah bentuk pelanggaran hak asasi wanita dan merendahkan posisinya di hadapan pria.
Topic
#SunatPerempuan, #IsuGender
