
Masalah kesehatan di Indonesia masih menyimpan banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Melihat kondisi ini, dr. Dani Ferdian (27) tidak mau tinggal diam sehingga pada tahun 2009 ia mengajak teman-temannya sesama mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, membentuk perkumpulan bernama Volunteer Doctors (Vol-D). Lembaga yang bergerak di bidang kerelawanan medis ini kini telah menjangkau ratusan ribu masyarakat di Bandung, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Untuk Semua Masyarakat
Dari persoalan gizi buruk balita hingga angka kematian ibu yang masih tinggi adalah dua dari banyak persoalan kesehatan yang harus diselesaikan. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 merilis bahwa masih ada 18,4% balita bergizi buruk di Indonesia dan angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Bahkan, upaya mengejar penurunan AKI seperti yang dimandatkan Millennial Development Goals (MDGs) per tahun 2015 menjadi 102 per 100.000, tidak berhasil tercapai.
Tak hanya itu, berbagai persoalan kesehatan lain, seperti kebersihan lingkungan, penyakit menular dan tidak menular, masih menghantui masyarakat. Sementara, anggaran untuk kesehatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang hanya rata-rata 5% per tahun, ditambah lagi dengan sebaran tenaga kesehatan yang tidak merata di tiap daerah akan membuat masalah kesehatan rumit untuk diatasi.
“Karena itu, perlu ada campur tangan semua lapisan masyarakat, terutama para calon dokter maupun tenaga kesehatan lain. Sebab, semua persoalan itu tidak akan terselesaikan bila hanya mengharapkan pemerintah,” katanya, serius.
Kondisi ini menginspirasi dr. Dani untuk menyusun misi Vol-D, yang bersifat holistik atau menyeluruh. Tak hanya mengobati atau menangani fisik saja, tetapi juga berperan mengubah pola pikir masyarakat agar mengutamakan kesehatan.
Tanggap bencana, bantuan medis, pemeriksaan kesehatan gratis, kunjungan sosial, seminar yang berkaitan dengan medis maupun sosial, donor darah, pemeriksaan laboratorium, pembinaan kesehatan, pemeriksaan mulut dan gigi, serta pengembangan komunitas adalah beberapa hal yang mereka kerjakan.
Aktivitas ini tak terbatas untuk masyarakat ekonomi rendah saja, tetapi juga bagi mereka yang mapan secara ekonomi. Diperuntukkan bagi semua usia, mulai dari anak-anak hingga orang lanjut usia (lansia). Masyarakat daerah terpencil atau tinggal di wilayah kumuh perkotaan juga menjadi sasaran utama mereka. “Menjangkau sebanyak mungkin masyarakat, itulah misi besar kami,” katanya, sambil mengatakan bahwa bersentuhan secara langsung dengan masyarakat membuat relawan tergerak nuraninya.
Dana menjadi kendala dr. Dani menjalankan misi. Ia masih ingat, sebulan setelah perkumpulan itu terbentuk, gempa bumi melanda Garut dan Pengalengan. Ia pun menawarkan diri kepada Korps Relawan Salman Institut Teknologi Bandung untuk terlibat dalam tanggap darurat bencana. Sebab, saat itu mereka tidak punya uang untuk melakukan misi secara mandiri.
“Awal-awal, uang jajan saya korbankan, terkadang uang untuk membeli buku pun saya gunakan untuk kebutuhan aksi,” katanya. Seterusnya, untuk mendapatkan dana, dr. Dani dan timnya kerap membuka layanan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah, serta laboratorium sederhana dengan harga terjangkau di area car free day di Kota Bandung.
Vol-D, yang kini memiliki 300 relawan, makin lama makin berkembang dan tentu membutuhkan dana yang besar. Maka, alumnus SMAN 3 Bandung ini pun mendirikan sebuah poliklinik di Perumahan Bumi Abdi Negara, Rancaekek, Bandung. Klinik yang mulai beroperasi Oktober 2015 ini memiliki 3 dokter gigi dan 2 dokter umum, termasuk dr. Dani. Klinik ini sekaligus digunakan sebagai kantor sekretariat Vol-D.
Dana pembangunan klinik yang dilengkapi dengan klinik umum, klinik gigi, dan apotek itu berasal dari hadiah penghargaan yang diberikan oleh beberapa lembaga yang sudah melihat apa saja yang sudah dilakukan Vol-D. “Tapi, saya juga harus meminjam sejumlah uang kepada keluarga untuk menambah biaya pembangunan,” katanya.
Di klinik ini, dr. Dani memasang tarif bersahabat. Untuk berkonsultasi, pasien cukup membayar Rp25.000 saja. Pendapatan memang masih defisit, namun ia percaya, klinik itu akan terus berkembang dan siap membantu banyak orang yang membutuhkan.
Strategi lain yang mereka gunakan adalah menjalin kerja sama dengan perusahaan swasta. Sebab, banyak perusahaan swasta memiliki dana CSR, namun tidak bisa mengelola sendiri. Peluang itulah yang dimanfaatkan oleh dr. Dani dan timnya dengan menawarkan sistem.
Pemerintah pun memberikan dukungan kepada Vol-D. Awal tahun 2016, Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bandung memberikan sejumlah dana untuk kebutuhan aksi sosial di daerah terpencil khusus di Kabupaten Bandung. “Menurut mereka, selain memberi manfaat kepada masyarakat, gerakan yang kami lakukan juga akan menggerakkan jiwa sosial pemuda,” kata penerima penghargaan Pemuda Pelopor Berprestasi 2015 bidang Sosial, Budaya, Pariwisata, dan Bela Negara oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, ini.
Vol-D juga menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung. Kerja sama tersebut bertujuan untuk meningkatkan minat lulusan SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. “Kami melakukan sosialisasi tentang pentingnya mengonsumsi makanan bergizi. Bila mendapat asupan gizi yang cukup, mereka akan fokus belajar, sehingga mendapat nilai akademis yang baik,” katanya, senang.
Tak Peduli Cibiran Orang
Peraih Penghargaan Satu Indonesia Award 2015 bidang Kesehatan dari PT AstraInternational ini. Walau dibilang sok, dr. Dani terus maju. Ia mendatangi 30 temannya dan mengajak mereka bicara satu per satu menjelaskan visi misinya. Orang-orang yang ia ajak adalah mereka yang memiliki visi yang sama, yaitu peduli dan menyukai misi kemanusiaan, khususnya di bidang kesehatan. Serta mereka yang berkepala dingin, sehingga bila kelak terjadi masalah, akan mudah diselesaikan. “Dari 30 orang yang saya ajak, 18 orang bersedia, satu pun tak ada angkatan senior,” ujarnya.
“Saya menanamkan dalam diri bahwa selama niat kita baik, maka kita juga akan memperoleh kebaikan. Semua jalan akan terbuka bila kita yakin dan optimistis,” katanya.
Masa kritis menjalankan organisasi pun pernah dilalui olehnya pada tahun 2010. Selama satu tahun, organisasi yang ia bangun terbengkalai tanpa kegiatan. Semua anggota undur diri dan mencari kesibukan lain. Hal itu disebabkan karena kesibukannya sebagai Menteri Dalam Negeri Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KEMA) Universitas Padjajaran.
Akhirnya, setelah masa kepengurusannya di BEM berakhir, perkumpulan ia bangun kembali. Tawaran untuk menjadi Presiden Mahasiswa Universitas Padjajaran pun ia tolak. “Sayang sekali bila gerakan yang sudah saya bangun mati-matian harus lenyap,” katanya. Untuk memulainya kembali, dr. Dani mengajak mahasiswa lintas fakultas bidang kesehatan, seperti fakultas kedokteran, fakultas kedokteran gigi, keperawatan, dan fakultas psikologi. Maka, organisasi yang awalnya tanpa nama itu, pada awal tahun 2011 diberi nama Volunteer Doctors yang kini sedang dalam proses pengurusan administrasi untuk dijadikan sebuah yayasan.
Vol-D pun terus berkembang dan membangun jaringan di berbagai kampus, baik untuk keanggotaan maupun kerja sama dalam menjalankan misi, seperti Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Institut Pertanian Bogor, Universitas Jendral Achmad Yani Bandung, Universitas Moestopo Jakarta, dan Universitas Pancasila Jakarta. “Vol-D dipercaya oleh beberapa kampus untuk melakukan screening kesehatan calon mahasiswa baru,” katanya. Tahun ini, Vol-D sedang membangun jaringan di Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
Antusiasme untuk menjadi anggota Vol-D pun sangat tinggi. Tiap kali buka recruitment, pendaftar mencapai 500 orang! Maka, organisasi yang kini sudah melantik anggota angkatan ke-IX ini, sejak gelombang V memberlakukan aturan seleksi. Seleksinya berupa pelatihan dan pendidikan dasar selama 6 bulan - 1 tahun. “Pelatihan dan pendidikan yang kami berikan antara lain kemampuan medis dasar, soft skill, komunikasi, kepemimpinan, dan etika kerelawanan,” kata pria penerima penghargaan Young Changemaker 2012 dari Ashoka Indonesia ini.
Pria murah senyum ini mengakui, ia mendapat inspirasi mendirikan Vol-D dari MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) Indonesia, sebuah lembaga kemanusiaan yang diakui hingga ke luar negeri. “Saya kagum pada dr. Joserizal Jurnalis. Sebagai seorang dokter ahli ortopedi, ia mampu mendirikan lembaga kemanusiaan yang mampu menembus mancanegara,” katanya, senang.
Namun, benar adanya bila ada yang bilang, jangan harap semua orang akan menyukai apa pun yang kita lakukan, sebaik apa pun hal itu. Karena, ternyata ia masih saja mendapat tanggapan negatif dari rekan-rekannya sesama dokter. Banyak dokter yang menyalahartikan bahwa Vol-D mengampanyekan dokter itu relawan. Padahal, menurut dr. Dani, gerakan yang dilakukan Vol-D hanya sebuah gerakan untuk membangkitkan semangat berbagi.
Bagi dr. Dani, dokter tetap berhak mendapatkan bayaran dari pasien. Sebab, untuk sekolah di bidang medis tidak mudah dan tidak murah. Namun, tidak ada salahnya juga mereka mengalokasikan sebagian uang atau keahlian mereka kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan uluran tangan. “Saya berharap rekan-rekan saya, baik dokter umum maupun spesialis, memiliki kepekaan bahwa di balik pasien yang mampu, ada juga pasien yang tidak mampu,” tuturnya, prihatin.
Untuk menjalankan semua kegiatan itu, dr. Dani mendapatkan dukungan penuh dari istrinya, drg. Aristyani Dwi Rahmani, yang juga menyukai aksi-aksi sosial. “Saya dan istri berkenalan pada tahun 2012 di sebuah acara sosial di Jakarta. Kala itu dia masih kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi UI. Kami menikah pada tahun 2013,” katanya.
Walau bukan anggota, drg. Aristyani kerap ikut pada kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan Vol-D. Dia juga ikut membina mahasiswa-mahasiswa kedokteran gigi yang menjadi relawan Vol-D. Bahkan, saat mengandung anak pertama mereka, Kenzie Muhammad Azzamul Ilmi (1) yang ke-9 bulan, drg. Aristyani ikut masuk ke daerah terpencil di Kabupaten Bandung, melewati jalan yang belum diaspal.
“Setelah menikah, saya memiliki ‘pasukan’ tambahan dan power yang lebih. Dengan hadirnya dia, saya merasa lebih produktif dibandingkan sebelumnya,” ungkapnya, bahagia.