Profile
Diah Satyani Saminarsih Perjuangkan Isu Gender dan Pemuda di WHO

17 Apr 2020


Foto: Desman Mendrofa

Diah Satyani Saminarsih (47) tidak memiliki latar pendidikan medis. Ia adalah lulusan jurusan psikologi di Amerika, lalu sejak tahun 1998, ia bekerja di beberapa perusahaan. Pada tahun 2010-2014 ia bekerja sebagai Asisten Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs (Millennium Development Goals). Mulai saat itulah ia bersentuhan dengan isu kesehatan. Dengan semangat aktivisnya, ia melahirkan Pencerah Nusantara pada tahun 2011. Ia juga sukses menginisiasi lahirnya Nusantara Sehat pada tahun 2015. Kini, ia menduduki posisi direktur (di bawah direktur jenderal) Bidang Gender dan Kepemudaan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berkedudukan di Geneva, Swiss. 
 
Bertujuan untuk membuat global health policy benar-benar berdampak, maka  World Health Organization (WHO), Badan Kesehatan Dunia, menginisiasi untuk membentuk divisi Bidang Gender dan Kepemudaan yang berada di bawah Direktur Jenderal (Dirjen) WHO pada akhir tahun 2017. Diah mengatakan bahwa bidang ini merupakan divisi terbaru sejak lembaga kesehatan dunia itu berdiri pada tahun 1948. Di divisi inilah ia bertugas sejak tahun 2017 sebagai direktur. “Tugas utama saya berkoordinasi langsung kepada Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, terkait dengan dua isu utama, yaitu gender dan pemuda,” katanya.
 
Isu gender dan kepemudaan dirasa perlu untuk terintegrasi dalam kebijakan kesehatan global terkait dengan berbagai kondisi, seperti masih tingginya angka kematian ibu, tenaga kesehatan di seluruh dunia yang 60 persen-nya adalah wanita, serta  makin tingginya jumlah usia produktif (15-64 tahun). “WHO dalam rencana strategisnya ingin menyelamatkan 3 miliar orang. Kebijakan berbasis gender dan kepemudaan inilah yang dianggap sebagai salah satu terobosan untuk mewujudkannya,” kata Diah. 
 
Sebagai orang baru dan memimpin divisi baru, beban dan tanggung jawab Diah tidak mudah. Ia harus menyusun strategi, memastikan agar  tiap kebijakan kesehatan global yang ada terintegrasi dengan kacamata gender dan pemuda. Ia mengadvokasi tiap departemen yang ada di WHO agar isu gender dan kepemudaan menjadi salah satu yang mereka masukkan dalam perencanaan.
 
“Saya harus membuktikan bahwa apabila isu gender dan kepemudaan ini melekat pada sistem kesehatan, maka itu adalah salah satu terobosan besar. Karena, gender blind-lah yang selama ini menjadi salah satu penghalang untuk mencapai output kesehatan yang optimal. Wanita dan pemuda adalah agen perubahan,” ujarnya, tegas. 
 
Diah menyadari bahwa isu yang ia usung tidak semua orang menerima, baik di tingkat nasional, regional, maupun global. Maka, ia pun bekerja ekstra untuk melakukan pendekatan dan pemahaman kepada para pegawai di WHO agar mereka merasa bahwa isu ini adalah isu penting. Sembari menyelaraskan divisi yang ia pimpin dengan divisi lain yang sudah ada sebelumnya.  “Ibarat barang, saya mempromosikan dan menjual suatu barang baru yang tidak dikenal sebelumnya,” kata Diah.
 
Tiap rencana strategis yang dibuat oleh Diah tentunya harus disesuaikan dengan keadaan di  tiap regional WHO, seperti South-East Asia, Eastern Mediterranean, dan Western Pacific. Sehingga, nantinya mudah diadaptasi oleh masing-masing negara. 
 
Alumnus SMA Tarakanita I Pulo Raya, Jakarta Selatan, ini mengatakan bahwa untuk mewujudkan rencana strategis yang ia buat memang tidak mudah dan akan melewati proses yang lama dan panjang. Itu karena  rencana strategis tersebut dibuat untuk multinegara nantinya.  
 
“Bila tidak dibatalkan karena COVID-19, maka berkaitan dengan ulang tahun UN ke-75 pada September 2020 mendatang, akan diadakan juga Youth and Health Town Hall yang merupakan inisiatif kami dari WHO,” katanya. 
 
Masa jabatannya untuk dua tahun pertama sudah berakhir. Kini ia menjalani masa jabatan untuk dua tahun ke depan. Diah meyakini, Tedros kembali memercayakan kepadanya untuk memimpin kembali bidang itu karena gaya kepemimpinannya yang cocok dengan anak muda.
 
“Tim yang saya pimpin ada lima orang dari berbagai negara. Saya selalu memosisikan diri sebagai partner, tidak asal nyuruh, dan saya telaten mengurus anak buah berusia muda,” katanya. 
 
Diah mengungkapkan, Tedros adalah salah satu orang yang juga menerapkan gaya kepemimpinan yang sama: terbuka kepada siapa saja. Bahkan, tiap hari Kamis, dia berikan waktu khusus bagi siapa pun untuk berbicara dengannya. Dia membuka pintu kepada semua anggota timnya, termasuk cleaning service. (f)

Baca Juga:
Melati dan Isabel Wijsen, Kakak Beradik yang Menyelamatkan Bali dari Plastik
Prof. Dr-Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng Profesor Energi yang Senang Lobbying
Gina S.Noer Membuat Film Serial Tentang Persaingan Dua Wanita

 


Topic

#who

 


MORE ARTICLE
polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?