
Foto: Dok. Femina
Dalam perjalanan kariernya Catherine Hindra (37) selalu berani mencoba tantangan baru. Kini, ia ingin berkontribusi menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik melalui kepemimpinannya sebagai Chief Food Officer di Gojek Group.
Wanita yang akrab disapa Cath ini awalnya tak pernah berpikir untuk menekuni dunia startup. “Saya sama sekali nggak tertarik dengan hal yang berhubungan dengan dunia digital. Saya nggak yakin saya orang yang hi-tech, malah dikenal paling gaptek di antara teman-teman,” kata alumnus jurusan bisnis Nanyang Technological University Singapura dengan spesialisasi banking and finance ini.
Cath mengawali karier sebagai konsultan investasi di McKinsey and Company di Singapura. Di perusahaan tersebut, ia mengenal Nadiem Makarim, rekan kerja yang membuatnya terjun ke dunia startup. Saat itu perusahaan Rocket Internet ingin membuka fashion e-commerce di Indonesia. Investor ini kemudian mengajak Nadiem untuk menjadi co-founder bisnisnya. “Nadiem lalu mengajak saya untuk ikut serta,” ujarnya. Maka berdirilah Zalora pada Januari 2012.
Setelah masuk ke dunia startup, Cath menyadari teknologi yang dibawa oleh e-commerce membantu manusia memecahkan sebuah masalah. “E-commerce membantu memecahkan masalah akses produk,” ungkap wanita kelahiran 14 Januari 1983 tersebut.
Ia bercerita pengalamannya semasa kanak-kanak. Lahir dan besar di Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Cath kecil bahkan merasa tidak mempunyai akses terhadap mainan yang sama dengan milik sepupunya di Jakarta. Keberadaan e-commerce di masa kini menjadi solusi keadaan tersebut. Sekarang setiap orang bisa mengakses produk apapun yang mereka mau.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini senang bisa menjadi bagian dari solusi. “Indonesia adalah negara kepulauan. Mengakses sebuah produk bukan hal yang mudah. Namun teknologi jadi jalan keluar. Ini yang membuat saya tertarik dan bertahan di bidang ini,” cerita Cath.
Karier wanita yang suka mendengarkan musik ini terus menanjak. Pada tahun 2016, Cath dipercaya sebagai CEO Alfacart, e-commerce yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari.“Sebagai e-commerce, perusahaan ini tak hanya memecahkan masalah akses produk. Tapi juga meningkatkan kualitas hidup manusia,” terangnya.
Kemudian, sejak 2017 ia bergabung dengan GoJek sebagai chief commercial expansion (CCE). Ia memimpin salah satu layanan GoJek, yaitu GoFood. Sebagai sebuah e-commerce yang menyediakan jasa pesan antar makanan, Cath sangat puas produknya bisa memudahkan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
“Di jaman sekarang banyak orang sibuk,” ucapnya. Tidak hanya membantu orang-perorang, Cath yakin GoFood bisa meningkatkan kualitas hidup keluarga. Ia melanjutkan, ketika istri dan suami sama-sama bekerja, mereka kadang hanya ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak sepulang ke rumah. “Kami menyediakan pilihan pada para orang tua. Ketika mereka lelah, mereka bisa memesan makanan lewat aplikasi, tak harus masak. Sehingga mereka bisa habiskan lebih banyak quality time dengan anak-anak,” jelasnya.
Cath berpendapat umumnya wanita punya kelebihan tertentu sebagai pemimpin. “Ini generalisasi saja. Wanita itu cenderung punya empati lebih besar, pengertian, dan bisa menempatkan diri di posisi orang lain,” katanya. Namun bukan berarti ia merasa wanita lebih unggul daripada pria. Menurutnya wanita dan pria punya kelebihan masing-masing yang dapat ditonjolkan saat berkontribusi. Mereka bisa saling melengkapi dalam mencapai tujuan.
Cath menyebutkan sebuah riset yang mengatakan bahwa pencapaian jajaran direksi akan lebih besar jika setidaknya ada 2 wanita dalam komposisi tim tersebut. “Tapi menurut saya ini tidak bermakna wanita lebih baik dari pria. Namun, wanita membawa sudut pandang dan pendekatan berbeda dalam melihat sebuah masalah. Keragaman sudut pandang ini hasilkan solusi yang lebih baik,” jelasnya.
Karena itu, Cath menganggap penting keragaman. “Saya memperjuangkan keragaman. Bukan hanya gender,” katanya. Bagi Cath, keragaman punya makna lebih menyeluruh, misalnya keragaman usia, daerah asal, dan latar belakang pendidikan. “Keragaman dalam jajaran direksi ini akan memperkaya solusi. Mereka punya beragam perspektif, itu yang saya yakini. Gender memang komponen penting, tapi ini bukan hanya isu jenis kelamin,” ungkap wanita yang hobi nonton film ini.
Menurut Cath perusahaan yang dipimpinnya sangat sadar dan peduli terhadap keragaman, termasuk keragaman gender. “Contohnya Kami punya inisiatif saat menyeleksi berkas lamaran yang masuk, kami akan blur nama dan fotonya sehingga tak akan diketahui jenis kelaminnya. Sehingga kami memastikan bisa menilai seseorang lebih objektif,” ucapnya.
Cath mengaku posisi C-level masih didominasi pria. Hal ini membawa tantangan bagi dirinya sebagai wanita. Ia memberi contoh sebuah peristiwa yang dianggapnya tantangan. Suatu hari Cath menyadari bahwa ada grup whatsapp yang beranggotakan para CEO pria untuk berbincang dan berbagi informasi. “Seorang teman memberi saya informasi yang ternyata bersumber dari grup whatsapp,” katanya. Mengetahui grup tersebut beranggotakan para CEO, Cath meminta untuk diundang sebagai anggota.
Ia terkejut ketika temannya menolak permintaan tersebut. “Kata teman saya, itu grup whatsapp khusus pria. Boys only want to be boys katanya,” ujar Cath. Ia kecewa karena merasa itu akan membatasi akses informasinya sebagai CEO. “Saya nggak menyangka kalau di masa sekarang masih ada yang seperti itu,” katanya tertawa.
Walaupun sempat tersinggung, Cath berusaha memaklumi kejadian tersebut. “Kita sebagai wanita pun pernah hanya ingin hangout bersama teman wanita,” katanya. Wanita yang menjabat ketua OSIS sewaktu SMA ini tak mau menjadikan tantangan sebagai alasan untuk tidak menjadi pemimpin yang baik.
Menurut Cath seorang pemimpin harus mengakui bahwa ia tidak selalu tahu yang terbaik. Penting bagi pemimpin untuk sadar kelebihan dan kekurangan diri. Akui jika tidak tahu sesuatu dan cari bantuan. Karena itu pemimpin harus punya tim yang baik. “Anda harus mempekerjakan seseorang yang lebih pintar dari Anda dan ahli di bidangnya. Menjadi pemimpin itu berbeda dengan boss. Saya pun masih belajar hingga hari ini,” ceritanya.
Dunia digital selalu penuh tantangan. “Ada tuntutan untuk terus berinovasi, karena itu kita harus bergerak cepat,” kata wanita yang suka memasak ini. Menjawab tantangan tersebut, Cath harus bisa mengambil keputusan dengan cepat. “Fast and fearless adalah salah satu nilai yang diterapkan perusahaan kami,” ungkapnya. Guna mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, ia selalu membuat ukuran sukses dari sebuah keputusan. “Saat tujuan tersebut tidak tercapai dalam timeline yang sudah ditentukan, saya segera bergerak ke alternatif lain,” tuturnya.
Cath tak pernah ragu untuk melangkah. Namun, saat ia mengambil keputusan kurang tepat, ia selalu mengambil pelajaran dari kesalahan. Itulah yang membuat Cath menggapai sukses. “Jadilah berani dan rendah hati. Kombinasi ini bisa membuat siapapun jadi pribadi yang lebih baik, tangkas, dan membawa dampak bagi masyarakat,” ia berpesan. (f)
BACA JUGA:
Arvila Delitriana, Kisah Sukses Bridge Engineer LRT Jabodebek Kuningan yang Memukau Presiden RI Joko Widodo
Swietenia Puspa Lestari, Si 'Kecil Cabe Rawit' Penjaga Laut
Aretha Aprilia Pulang Kampung untuk Meningkatkan Derajat Sampah
Topic
#CatherineHindra, #GoFood, #GoJek, #PowerWoman