Profile
Berbisnis Sambil Memberdayakan, Kunci Sukses Du'Anyam

28 Jun 2020



Dok. Instagram @duanyam



Du'Anyam dikenal sebagai produk anyaman berkualitas tinggi. Banyak orang memandang brand ini sebagai brand premium yang berkelas. Namun nyatanya, di balik label anyaman premium yang tersemat di nama Du'Anyam, ada misi sosial yang dibawa oleh para pendirinya, Azalea Ayuningtyas, Hanna Keraf dan Melia Winata.

Awalnya, para founder pergi ke Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2013. Mereka melihat bahwa masalah malnutrisi yang diidap para ibu dan anak-anak di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), sudah sedemikian serius. 

"Di sana, ada banyak masalah sosial. Salah satunya ibu-ibu di sana banyak yang malnutrisi. Saat itu para founders melihat, dengan memberikan makanan (donasi) tidak akan menyelesaikan masalah," ujar Fitria Debora, Business Development Account Officer Du'anyam pada sesi virtual talk Bisnis Sambil Berbagi kerjasama Wanita Wirausaha Femina bersama Facebook #SheMeansBusiness.

Di sisi lain, di Flores, NTT, mereka menemukan banyak sekali pohon lontar dengan ketinggian lebih dari tiga meter, yang sebenarnya bisa menjadi sumber utama untuk bahan membuat anyaman. Terlebih lagi, semua wanita di NTT bisa menganyam, sehingga terbersit untuk menjadikan ini sebagai mata pencaharian para wanita di sana. 

"Jadi makanya, ketika ada sumber daun lontar yang melimpah dan mereka bisa menganyam, maka diajak untuk menghasilkan sebuah produk," ujar Fitria lagi.

Diketahui bahwa ternyata anyaman mereka itu unik, dan tidak dilakukan di tempat lain. Dari situlah, Du'Anyam mengajarkan pada wanita-wanita di NTT tentang bagaimana itu desain yang baik dan seperti apa produk yang bisa diterima oleh pasar. Sekarang Du'Anyam pun berkembang sangat pesat, bahkan produk mereka diekspor hingga ke Jepang. Setiap bulannya, para wanita perajin bisa menghasilkan hingga 5.000 produk anyaman setiap bulan. 

Selama tujuh tahun lamanya, Du'Anyam tetap berdiri tegak. Tak hanya bisnisnya yang berjalan sukses, mereka juga telah memberdayakan para wanita di daerah. Kenapa Du'Anyam masih bisa bertahan dan konsisten dengan kewirausahaan sosial yang sekarang dijalaninya, menurut Fitria karena tiga pilar yang selalu dibawa oleh brand kemanapun mereka pergi.

"Du'Anyam memiliki tiga pilar, yaitu untuk memberdayakan wanita, meningkatkan taraf hidup dan mempromosikan budaya anyaman," ujarnya menambahkan.

 


Dok. Instagram @duanyam
 


Kendati demikian, menjalani bisnis berbasis sosial tak berarti tanpa kendala. Selain harus konsisten melakukan gerakan sosial, bisnis Du'Anyam juga harus tetap berjalan. 

"Karena kalau bisnisnya tidak berjalan, social impact-nya juga tidak akan terasa. Maka hal yang tersulit adalah menyeimbangkan supply and demand," cerita Fitria. 

Setidaknya ada tiga poin yang menjadi tantangan bagi Du'Anyam dalam menjalani bisnisnya. Seperti yang diceritakan Fitria, para perajin Du'Anyam adalah wanita yang selain menganyam juga merupakan ibu rumah tangga yang harus berladang. Terlebih lagi, sebagai produk kerajinan tangan tanpa mesin, butuh waktu untuk bisa menyelesaikan produknya. Kesibukan mereka dan produksi anyaman yang memakan waktu menjadi kendala tersendiri.

"Jadi kalau misalkan ada orderan 1.000, baru bisa selesai 500. Ini salah satu hal yang bikin sulit sih," tambahnya. 

Selain itu, kekhawatiran apakah produk anyaman tersebut bisa diterima masyarakat dengan baik atau tidak, juga sempat menjadi tantangan bagi Du'Anyam. Serta apakah brand bisa berjalan secara konsisten atau tidak, menjadi kendala yang harus terus dihadapi oleh Du'Anyam.

"Kita berusaha untuk konsisten. Kita tidak mau orang beli produk kita karena kasihan dan kita asal-asalan kasih produknya. Kita ingin memberikan produk yang berkualitas," cerita Fitria.

Saat ini, Du'Anyam memang mengandalkan pesanan-pesanan dari perusahaan sebagai konsumen utamanya. Pasalnya, pesanan B2B (business to business) umumnya dalam jumlah besar, sehingga para wanita perajin di NTT juga lebih banyak menghasilkan produk dan pendapatan yang lebih besar.

"Kami kerap mengedukasi para calon pembeli, bahwa ketika mereka membeli atau memakai barang dari Du'Anyam, mereka bukan saja akan mendapatkan barang (berkualitas) bagus, tapi juga do good dengan membantu Mama-Mama di NTT untuk bisa memiliki uang tambahan lain," paparnya menambahkan. (f)



BACA JUGA :
Cara 3 Wanita Wirausaha Muda Sukses Jeli Membaca Peluang Bisnis di Tengah Pandemi COVID-19
Kiat Lintang Wuriantari, Co-Founder Matchamu, Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19
Melati dan Isabel Wijsen, Kakak Beradik yang Menyelamatkan Bali dari Plastik


 


Topic

#wanitawirausaha, #Duanyam, #pemberdayaanwanita