Ada yang unik dibalik pemilihan judul pameran yang terbuka untuk umum ini. ‘Kintsugi’ merupakan metode perbaikan keramik pecah dari Jepang dengan pernis khusus dan emas. Para seniman yang terlibat dalam project ini memang ingin menceritakan problematika hidup mereka melalui seni lukis dan ilustrasi.
“Biasanya orang berusaha sembunyikan retakan keramik pecah yang telah disatukan. Namun melalui pameran ini justru kami ingin menunjukkan 'retakan' tersebut. Kami mengakui pernah alami proses hidup tak menyenangkan. But we survive through it,” ujar Dinan Hadyan, salah satu anggota Mixed Feelings 04, dalam acara pembukaan pameran di Jakarta, Rabu (17/7) lalu.
Mixed Feelings 04 adalah proyek pagelaran seni yang diinisiasi oleh Atreyu Moniaga Project, perkumpulan seniman yang mengelola dan mendidik seniman muda. Ada empat seniman wanita yang terlibat dalam proyek ini, mereka adalah Elle Dhita, Dinan Hadyan, Jessie Tjoe, dan Sol Cai.
Dalam karya yang dipamerkan Art and Performace Hall, Tugu Kuntskring Paleis, Jakarta Pusat ini tampak keempat seniman berkolaborasi mentransfer emosi dan pergolakan batin mereka dalam sebuah gambar yang menarik. Semuanya punya karakter dan keunikan tersendiri.
Karya Elle Dhita yang terinspirasi dari animasi Disney dan ilustrasi Jepang, misalnya, tampil dalam nuansa warna pastel. Dengan medium cat air, Elle ingin menceritakan kesepian yang dirasakan saat tinggal di San Fransisco, Amerika Serikat selama sebelas tahun.
“Secara umum karya saya bertema loneliness. Saya ingin menceritakan bahwa kesepian itu bukan berarti sesuatu yang negatif,” ujar Elle. Setiap orang yang datang dan pergi dalam kehidupannya disimbolkan oleh wanita kelahiran tahun 1986 ini sebagai guardian angel, yang ia gambarkan dalam bentuk hewan-hewan khayalan.
Sedangkan Jessie Tjoe menuangkan kecemasan dalam hidupnya melalui ilustrasi, mulai dari kegelisahan dalam hubungan romantis sampai ketidakpuasan atas penampilan diri. Segala kecemasan dan perasaan negatif yang pernah ia rasakan, digambarkan dalam wujud monster.
“Saya sengaja membuat anxiety dalam wujud monster supaya saya sendiri bisa mencernanya dengan lebih mudah,” tutur wanita berusia 25 tahun ini. Karya Jessie hadir dalam nuansa vintage. Monster-monster ciptaannya tampil melalui medium gouache, sejenis cat air yang dipulaskan di atas kertas yang telah direndam kopi. Unik!
Lain lagi dengan Sol Cai, yang mengekspresikan perasaannya sebagai seseorang yang menderita bipolar melalui sapuan cat air, akrilik, dan minyak di atas kanvas. Ia menggambarkan emosi-emosi yang pernah dialaminya, rasa dari depresi, perasaan saat dididagnosis bipolar, hubungan dirinya dengan obat-obatan pereda bipolar, sampai akhirnya ia bisa berdamai dengan gangguan bipolar. “Mengidap bipolar itu tidak menyenangkan tapi bukan berarti saya cacat. I can live with it, it’s okay,” kata Sol Cai.
Di lain sisi, Dinan Hadyan mengeksplorasi media kolase dan cat air. Dinan mempertanyakan konsep kesempurnaan yang selama ini ia kejar. Ia menyadari bahwa kesempurnaan yang selama ini ia cari berasal dari keindahan sebuah proses. “Karya saya tentang acceptance. Pencarian keseimbangan antara kekurangan yang saya miliki dan hasrat akan kesempurnaan,” kata wanita lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung ini.
Penasaran dengan karya mereka? Pameran yang bertujuan untuk membina perupa muda agar memiliki kepercayaan diri dalam memulai karir di dunia ilustrasi maupun seni lukis ini bisa dikunjungi secara cuma-cuma hingga 15 Agustus mendatang. (f)
BACA JUGA:
Perhiasan Ala Putri Jasmine di Film Aladdin. Mau?
Cantiknya Gaun Pengantin Sophie Turner dan Katharine McPhee
Renungan Tentang Kesempatan Kedua dari Toy Story 4
Topic
#seniilustrasi, #senilukis, #pameranseni, #senimanwanita