Money
Tiru Cara HuntStreet Raup Untung Besar dari Penjualan Barang Preloved Branded

3 Sep 2019


Foto: Dok. HuntStreet

Membeli barang second hand atau menyewa barang-barang yang dibutuhkan untuk sementara waktu, daripada membeli kini tak lagi tabu bagi sebagagian kaum mapan kita. Hal ini ditandai dengan kian menggeliatnya bisnis barang second hand - yang istilah kerennya preloved. Model bisnis ini menjawab dua kebutuhan sekaligus, bisa menyalurkan keinginan untuk memiliki dan menggunakan barang berkualitas,s ekaligus cara baru untuk mencintai bumi.

Terinspirasi kebiasaan manusia pada umumnya yang suka impulsif dalam berbelanja --apalagi saat godaan konsumerisme saat ini begitu besar-- mendorong para pendiri Huntstreet untuk membangun bisnis online marketplace untuk menjual barang-barang preloved luxury ini pada tahun 2015. Jual-beli barang preloved sendiri memang mulai marak ditawarkan di akun-akun media sosial sejak tahun 2015. Di luar negeri seperti Jepang dan Amerika Serikat juga bermunculan store yang menjual barang luxury second hand yang keren.
 
"Ketika marketplace kian bermunculan, kita memiliki keunggulan karena telah terjun di pasar ini terlebih dahulu dan mempelajari apa yang diinginkan oleh pelanggan (yang disebut sebagai hunters) dan bagaimana caranya untuk tetap menjadi brand yang akan selalu diingat," jelas Pevita, Head of Marketing HuntStreet. 


​Foto: Dok. HuntStreet

Meski tidak menyebut nominal, modal yang dibutuhkan HuntStreet lebih banyak dialokasikan untuk fasilitas penyimpanan barang yang harus dibuat optimal. "Maklum, barang yang kami jual adalah barang-barang berkualitas,” tambah Pevita.
 
Untuk memperluas brand-exposure, fokus HuntStreet adalah melakukan ekspansi, salah satunya dengan membuka HuntStreet Flagship Store di Jl. Sumenep 24 Jakarta. Bangunan yang dulunya tempat penyimpanan barang ini, kini telah menjadi toko pertama, yang dilengkapi dengan beragam fasilitas  seperti mempersiapkan consignment lounge untuk para consignor membawa barang mereka untuk dititipkan dan ‘dinilai’, dan fasilitas tambahan seperti Bag Spa (Prime) dan Coffee Shop (Nitro Coffee). "Di store, HuntStreet bisa memberikan layanan yang lebih baik dan pengalaman berbelanja yang lebih nyaman," katanya.
 

Siapa saja konsumennya?
Pavita mengungkapkan bahwa konsumen HuntStreet ada dua kategori, yaitu mereka yang menjual produknya di marketplace dengan sistem consignment (dengan sekitar 15% dari harga jual masuk ke HuntStreet) dan pembeli. Untuk yang menjual, di awal-awal bisnis berasal dari lingkungan pertemanannya. Lama-kelamaan, ketika nama HuntStreet sudah dikenal, kini mereka yang menitipkan barang sudah sangat meluas dan dapat dikatakan berasal dari beragam tipe dan demografis.
 
Sementara, untuk pembeli di HuntStreet juga terdiri atas berbagai tipe. Ada yang merupakan tipe kolektor yang hobi mencari barang-barang unik, ada juga konsumen yang merupakan smart shopper yang suka mencari penawaran terbaik untuk barang-barang luxury, yang dapat dikategorikan sebagai investasi yang menjamin.


Foto: Dok. HuntStreet
 
“Kami melihat, sekarang orang-orang makin terbuka dengan konsep preloved karena dengan sejalannya waktu, Indonesia makin terekspos dengan pengaruh luar negeri yang lebih dahulu mengagumi sekaligus menghargai lebih barang vintage atau dengan kata lain barang pre-loved. Semua dapat diubah dengan sedikit dorongan branding yang membuat second hand shopping itu lebih keren,” tuturnya.
 
Pavita menekankan bahwa preloved dalam hal luxury sustainability dan manfaat dalam melakukan investasi dengan membeli barang luxury. Banyak yang berpikir, membeli barang-barang preloved hanya sekadar agar bisa mendapatkan barang luxury dengan harga yang lebih terjangkau. Padahal, hal ini turut mendukung luxury sustainability, membantu lingkungan dengan memperpanjang hidup sebuah barang sehingga tidak merusak lingkungan untuk memproduksi barang baru.
 
“Selain itu, kami juga ingin mengedukasi konsumen bahwa membeli barang-barang luxury bukanlah untuk membuang uang, tapi untuk investasi karena lebih tahan lama,” katanya.
 
 
Tantangan terbesar?
Produk di HuntStreet mulai dari tas, sepatu, baju, hingga aksesori. Bukan hanya produk untuk wanita, tapi juga untuk pria dan anak-anak. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi, mulai dari Rp300.000 hingga ratusan juta rupiah. Dalam satu minggu rata-rata terjual hingga 40 item, dengan brand yang paling dicari adalah Chanel dan Hermes. Konsumen tidak hanya datang dari Jakarta, tetapi banyak juga yang dari daerah.


Foto: Dok. HuntStreet
 
Dengan kian banyaknya pelaku bisnis ini, tantangan terbesarnya adalah bisa tetap inovatif sekaligus tetap berusaha melakukan ekspansi untuk mendapatkan pasar yang belum disentuh lewat campaign-campaign seru dan sesuai.
 
“Harapan kami, ke depannya HuntStreet tetap menjadi platform terbesar dan nomor satu untuk online marketplace dalam bisnis jual dan beli barang-barang preloved luxury,” katanya. (f)



Baca Juga:
Cara Seru Belajar Robotik Untuk Anak-anak
Dapatkan Modal Usaha Hingga Rp300 Juta Lewat ‘Modal Toko’ dari Tokopedia
Jadi Investor Kini Bisa Di Mulai dengan Dana Minim
 


Topic

#tasmewah, #barangbekas, #bisnis