Generasi sandwich bukanlah kategori masyarakat berdasarkan usia. Istilah ini merujuk pada kemampuan finansial, status keluarga, dan status sosio-ekonomi seseorang. Secara ringkas, yang masuk ke dalam kategori generasi sandwich adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab membiayai kelangsungan hidup dan kesejahteraan anggota keluarga luas, mulai dari orang tua, pasangan, hingga anak-anak.
 
Dengan tanggung jawab tersebut, tentu saja generasi sandwich harus bijak mengelola keuangan. Salah satu kebutuhan hidup yang menyedot cukup banyak pengeluaran adalah kesehatan. Setiap negara mengalami kenaikan biaya kesehatan yang berbeda-beda setiap tahun, contohnya Singapura naik 9,9 %, Hong Kong 7,5%, dan Korea Selatan 7%.
 
Dibandingkan negara-negara lain di Asia, Indonesia mengalami kenaikan biaya kesehatan yang lebih tinggi, yaitu sebesar 12 hingga 13% setiap tahun. Hal tersebut dapat menggerus habis aset dan harta yang telah dikumpulkan oleh generasi sandwich untuk dana persiapan pensiun mereka.
 
Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, sudah menjadi norma di Asia bahwa anak harus membalas budi orangtua dengan merawat mereka di hari tuanya.
 
“Anak-anak dewasa merasa memiliki kewajiban untuk merawat orang tua lanjut usia sebagai tanda bakti dan wujud kasih sayang, sementara mereka juga berkewajiban mengasuh serta memenuhi kebutuhan pokok anak-anak mereka sendiri,” ujar Vera dalam peluncuran produk asuransi Avrist Prime Hospital Surgical oleh PT Avrist Assurance yang digelar secara virtual.
 
Vera menambahkan, peran ganda yang mereka jalani membuat generasi sandwich rentan stress karena banyaknya tekanan, antara lain masalah keuangan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan rumah tangga.
 
Di samping itu, generasi ini cendrung mengabaikan masalah kebutuhan diri sendiri karena terbatasnya waktu dan banyaknya tugas yang mereka kerjakan. “Padahal agar tetap dapat berperan terus sebagai caregiver, generasi sandwich perlu lebih memperhatikan kebaikan diri mereka,” terang Vera.
 
Menurut Aliyah Natasha FCP MSc, financial planner & educator, generasi sandwich perlu memutus mata rantai tersebut. Supaya generasi ini tak hanya mampu memenuhi kebutuhan keluarga, namun juga kebutuhan diri sendiri di hari tua.
 
Untuk itu, Aliyah mengemukakan beberapa cara memutus mata rantai generasi sandwich. Pertama, mulai rencanakan keuangan. Buatlah budget untuk stiap keputusan finansial. Belajarlah untuk menyeimbangkan kehidupan hari ini dan masa depan.
 
Kedua, investasi dan membangun aset. Generasi sandwich harus proaktif kembangkan dana yang dimiliki. Carilah pengetahuan tentang berbagai produk investasi, update, dan risiko. “Setelah berinvestasi, jangan lupa untuk memonitor nilai portofolio yang dimiliki,” ujar Aliyah.
 
Ketiga, lindungi aset kehidupan. Upayakan memperkecil risiko yang terjadi pada diri sendiri dan keluarga. “Ada 3 hal yang ingin saya highlight dalam perlindungan, yaitu perlindungan jiwa, kesehatan, dan harta yang sudah dimiliki. Jangan sampai aset tergerus karena tidak siapkan proteksi untuk diri dan keluarga,” terang Aliyah.
 
Untuk melakukan setiap langkah yang telah disebutkan di atas, Aliyah menekankan pentingnya wawasan tentang apa yang terjadi di sekitar kita. “Ini membantu kita untuk menyiasati perencanaan hidup, karena perencanaan ini butuh uang,” ungkapnya.
 
Wawasan yang dimaksud Aliyah adalah mengetahui usia harapan hidup, perkembangan inflasi, dan suku bunga. Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat rencanakan dan mengelola uang dengan baik.(f)
 


BACA JUGA:
Kiat Bijak Finansial Bagi Generasi Sandwich
Generasi Sandwich, Lakukan 4 Langkah Ini Agar Keuangan Tetap Lancar
Pandemi COVID-19 Menyebabkan Krisis Keuangan, Ini 5 Hal yang Harus Anda Lakukan


 

---

Topic

#finansial, #keuangan, #generasisandwich, #strategikeuangan

---