Foto: Dok. Al Warits Batik Aromatherapy
Ada begitu banyak produsen batik di Indonesia. Beda daerah beda keindahan dan keunikan desain dan warnanya. Sehingga untuk keluar dari kerumunan dan dikenal, butuh inovasi dan mengembangkan keunikan tersendiri. Salah satu yang produksi batik unik dari tanah air adalah batik Al-Warits. Keistimewaannya terletak pada sensasi harum saat seseorang mengenakan batik yang diproduksi di Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura ini.
Usaha Al-Warits Batik Aromatherapy dirintis Warisatul Hasanah sejak ia duduk di bangku kuliah di Surabaya. Suatu saat di tahun 2008 ia mendapat kesempatan mempromosikan batik ke Perth, Australia. Sayang, ia mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan. Batik yang ia bawa tidak berhasil menarik minat masyarakat Australia.
“Mereka tidak menyukai bau minyak tanah dan aroma malam yang menyengat pada batik saya. Selain itu mereka juga tidak menyukai motif batik yang besar-besar dan warnanya yang sangat mencolok,”ujar Waris dalam webinar Bincang UKM Sesi 3, UKM Siap Ekspor, bertema Desain Produk yang Disukai Pasar Global. Acara webinar ini kolaborasi Wanita Wirausaha Femina dengan Facebook #shemeansbusiness dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia tahun 2021, angkatan ke 3.
Kekecewaan itu menjadi cambuk bagi Waris. Ia mendapat pekerjaan rumah besar. Selama satu tahun ia melakukan eksperimen hingga akhirnya menemukan formula batik yang memiliki aroma harum yang bisa bertahan lama meski telah dicuci berkali-kali. Ini menandai lahirnya batik aromatherapy.
Berkat teknik dan bahan yang digunakan, aroma pada batik Al-Warits jenis premium menurut Waris bisa bertahan hingga berbulan-bulan, bahkan tahunan. Aroma yang ditawarkan pun beragam, antara lain; melati, cempaka, kenanga, mawar, cengkeh, strawberi, jeruk, kayu gaharu, jahe, dan lain sebagainya.
Ia ingin ketika konsumen mencium aroma batik, ada efek psikologi yang terasa, seperti rileks dan percaya diri. Ia juga ingin aroma itu membawa ingatan orang yang menciumnya pada Indonesia. Inilah keunikan yang menjadi keunggulan Al-Warits dibandingkan batik lain.
“Dari kata batik aromatherapy saja orang sudah penasaran. Wanginya untuk yang premium juga bisa tahan hingga empat tahun. Selain itu wanginya juga bukan wangi pasaran, melainkan wangi rempah khas Indonesia,” ujarnya.
Tak berhenti di situ. Belajar dari pengalaman di Australia dulu, ia paham bahwa selera masyarakat di suatu negara bisa berbeda dengan di negara lain. Karena itu, selain aroma, ia pun melakukan riset dan mengembangkan motif dan warna yang akan disukai masyarakat di negara tujuan penjualan Al-Warits.
“Motif dan warna serta bahan yang kami gunakan juga berbeda untuk tiap negara yang dituju. Kita tidak berhenti di satu titik. Pasar Uni Emirat Arab menyukai aroma kayu gaharu yang kuat. Korea Selatan menyukai batik berbahan katun, batik dalam bentuk syal dan outer. Pasar Malaysia kurang suka membeli dalam bentuk kain, untuk itu kami menjual batik dalam bentuk baju khas Melayu seperti model teluk belanga,” ujar Waris.
Sejauh ini selain pasar dalam negeri, Al-Warits memang menyasar pasar luar negeri. Ia yakin untuk meraih pasar, produknya harus luwes menyesuaikan selera pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Selain melakukan riset melalui internet dan mengalamati tren di media sosial, ia pun tak segan untuk mendatangi langsung pusat perbelanjaan yang ia anggap potensial, untuk mengetahui seperti apa jenis barang yang disukai konsumen di sana.
Waris mengakui, kebanyakan pembeli besar didapat lewat pameran. Mereka ini yang terus dijaga oleh Warits dari waktu ke waktu, sambil mencari info perubahan selera pasar yang terjadi. Berhubung saat pandemi pameran nyaris tak memungkinkan, media sosial menjadi salah satu media bagi Al-Warits untuk bertemu dengan calon pembeli. (f)
Baca Juga:
Strategi Tas Kulit Rorokenes Menembus Pasar Ekspor
Perjalanan Tehdia dari Parahyangan Menuju Amerika Serikat
Topic
#bisnis, #shemeansbusiness, #Facebook, #bincangukm, #batik, #bisnisbatik