
Foto: Fotosearch
Anemia adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau hemoglobin di dalam darah. Anemia memang bukan penyakit menular atau degeneratif sehingga kerap kurang mendapat perhatian. Tapi, penyakit yang bisa berefek buruk pada kualitas hidup seseorang ini justru menjadi penyakit yang angkanya meningkat dari tahun ke tahun.
Hingga saat ini, anemia masih menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat global. Jumlah penderitanya mencapai 2,3 miliar, dan diperkirakan 50 persennya disebabkan oleh Anemia Defisiensi Besi (ADB). Asia Tenggara dan Afrika tercatat memiliki prevalensi anemia tertinggi, dengan 85% penderitanya adalah wanita dan anak-anak.
Fakta tersebut terungkap dalam acara Anemia Convention 2017, simposium ilmiah pertama mengenai anemia yang dipelopori oleh Merck yang berlangsung di Manila, Philipina.
Anemia defisiensi besi yang tidak terobati, dapat memengaruhi kualitas dan harapan hidup secara signifikan. ADB telah bertahun-tahun menjadi penyebab utama disabilitas pada anak dan remaja. ADB juga menyebabkan penurunan kinerja, gangguan fungsi kognitif, dan kelelahan jangka panjang.
Meski The Health World Assembly telah menerapkan enam target nutrisi global dengan satu tujuan spesifik, yakni mengurangi 50% tingkat anemia pada wanita usia subur pada tahun 2025. Prof. Zulfiqar Ahmed Bhutta, Ketua Kesehatan Anak Global (Global Child Health) dari Hospital for Sick Children, Toronto serta Direktur Pendiri Pusat Keunggulan Kesehatan Perempuan dan Anak di Universitas Aga Khan, yang juga pembicara dalam Anemia Convention, justru menunjukkan statistik yang mengejutkan tentang anemia dan prevalensinya di Asia.
"Di Asia Tenggara, ada 202 juta wanita usia subur usia antara 15 - 49 tahun yang terkena anemia, sedangkan di Pasifik Barat, ada sekitar 100 juta jiwa,” ujarnya. Selain itu, 41,8% ibu hamil dan kurang lebih 600 juta anak sekolah dasar dan anak usia sekolah di seluruh dunia adalah penderita anemia yang sebagian besar disebabkan karena kurangnya zat besi.
Prof. Bhutta menunjukkan bahwa pada tingkatan global, kekurangan zat besi adalah kasus kekurangan nutrisi yang paling umum terjadi di seluruh dunia, dengan kurang lebih 4-5 miliar penderita.
Menurut Dr. Murti Andriastuti Sp.A(K), salah satu pembicara konvensi dan Ketua Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), efek jangka panjang dari kekurangan zat besi dengan atau tanpa anemia pada anak-anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan, kekebalan tubuh serta perkembangan otak dimana fungsi kognitif menurun. (f)
Baca juga:
Anda Perlu Tahu, 10 Makanan Sumber Nutrisi Rahasia Awet Muda
Wanita Waspada Anemia
Tanda-Tanda Seseorang Mengalami Anemia
Radang Sendi atau Artritis Rematoid Meningkatkan Risiko Anemia
Faunda Liswijayanti
Topic
#anemia , #kesehatan