Foto: Unsplash.com
Berdasarkan data BKKBN tahun 2015, setidaknya ada 47 juta pasangan usia subur di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, diketahui sebesar 10-15 persen di antaranya mengalami gangguan kesuburan (infertilitas).
Gangguan kesuburan merupakan sebuah kondisi ketika pasangan suami istri telah berhubungan intim secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama satu tahun, namun belum berhasil menciptakan kehamilan. Faktor laki-laki, wanita, maupun keduanya, memiliki andil yang sama besar sebagai penyebab infertilitas.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi yang berpraktik di RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, dr Aida Riyanti, Sp.OG-KFER, MRep.Sc, menjelaskan ada banyak faktor penyebab infertilitas. “Karenanya, saat pasien berkonsultasi pertama kali, kami akan menggali bagaimana riwayat kesehatan pasien dan merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan kesuburan,” ungkap dr Aida di sela-sela acara pelucuran RS Pondok Indah IVF Centre pada awal Februari lalu.
Pada laki-laki, seperti dijelaskan dr Aida, infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada sperma, dari jumlah, bentuk, kemampuan sperma bergerak, hingga materi genetik (DNA) sperma. Sedangkan pada wanita, infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan pematangan sel telur (ovulasi), adanya sumbatan atau infeksi pada saluran indung telur, masalah pada rahim, serta adanya gangguan pada rahim/indung telur seperti kista cokelat (endometriosis).
Dalam dunia kedokteran, infertilitas terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah infertilitas primer, yaitu kondisi di mana pasangan belum pernah mendapatkan kehamilan sebelumnya. Jenis infertilitas kedua adalah infertilitas sekunder, yaitu infertilitas yang terjadi pada pasangan yang pernah memiliki anak sebelumnya namun kesulitan untuk mendapatkan kehamilan berikutnya.
Salah satu solusi penanganan penyebab infertilitas adalah program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF). Dengan metode ini, sperma dan sel telur akan dipertemukan di luar tubuh manusia (dilakukan di laboratorium khusus). Sel telur yang telah dibuahi selanjutnya akan ditumbuhkan dan diobservasi dalam inkubator secara berkesinambungan. Selanjutnya, embrio atau hasil pertemuan sel telur dengan sperma akan ditanam ke dalam rongga rahim calon ibu agar terjadi kehamilan.
“Di antara berbagai metode penanganan ketidaksuburan, bayi tabung memiliki angka keberhasilan tertinggi, yakni mencapai hingga 40 persen per siklus. Tingginya tingkat keberhasilan ini didukung oleh berbagai faktor, salah satunya usia calon ibu saat menjalani program. Keberhasilan program bayi tabung mencapai angka tertinggi jika calon ibu berusia di bawah 35 tahun. Semakin dini pasangan suami-istri dengan infertilitas melakukan pemeriksaan dan melakukan program reproduksi berbantu, maka semakin besar peluang keberhasilan untuk mendapatkan kehamilan,” ungkap dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah – Pondok Indah.
Selain itu, dukungan teknologi medis terdepan juga berperan penting untuk memastikan tingkat keberhasilan (success rate) program kehamilan. Salah satu teknologi medis yang digunakan di RS Pondok Indah IVF Centre adalah Time-lapse Incubator yaitu alat inkubator terkini yang terdiri dari beberapa bilik yang dilengkapi kamera dan mikroskop di masing-masing bilik guna menangkap gambaran perkembangan embrio setiap lima menit sekali, tanpa harus mengeluarkannya dari inkubator. Embrio setiap pasien akan mendapatkan satu bilik inkubator tersendiri dan terpisah dengan embrio milik pasien lain. (f)
Baca Juga:
Kini Cek Kekebalan Tubuh Terhadap COVID-19 Bisa Dengan Tes Antibodi Kuantitatif
Imunitas Cenderung Menurun di Musim Hujan, Lakukan 5 Langkah Sehat Ini
Terkini, Kulit Glowing Berkat Teknologi DNA Salmon
Faunda Liswijayanti
Topic
#bayitabung, #anak, #fertlitas