Health & Diet
Rokok dan Alternatifnya Sama Berbahaya Bagi Kesehatan

31 May 2019

Foto : Freepik

“Setiap tahun, tembakau membunuh setidaknya delapan juta orang. Sementara jutaan orang lainnya hidup dengan kanker paru, tuberkulosis, asma, atau penyakit paru kronis karena tembakau,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari WHO.org. 

Dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati tiap tangal 31 Mei, WHO kembali mengingatkan masyarakat dunia tentang kerusakan yang disebabkan oleh tembakau terhadap kesehatan paru-paru. 

Ironisnya, meski hampir semua orang tahu risiko kesehatan akibat rokok tembakau, jumlah perokok masih saja banyak. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan secara terintegrasi dengan Susenas Maret (Badan Pusat Statistik) menemukan, jumlah perokok di Indonesia masih terus bertambah. Mirisnya, jumlah perokok pada remaja pun ikut bertambah. Pada  Riskesdas tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) jumlahnya 7,2%, lalu pada Sirkesnas 2016 8,8%, pada Riskesdas 2018 menjadi 9,1% dari jumlah perokok.

Belum selesai persoalan rokok tembakau biasa, belakangan rokok elektrik mulai sering ditemui di Indonesia. Rokok elektrik atau e-cigarette atau vape disebut-sebut sebagai  sebagai rokok alternatif untuk mereka yang ingin berhenti merokok atau ingin mengurangi efek buruk rokok. Benarkah demikian?

 
Foto: pixabay
 

Menurut dr. Agus Dwi Susanto, Spesialis Paru dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia mengatakan pada media bahwa, Komnas Pengendalian Tembakau beserta 13 profesi dan kelompok masyarakat seperti yayasan kanker dan jantung menyatakan rokok elektrik itu berbahaya.

Klaim rokok elektrik memiliki efek lebih kecil menurutnya menyesatkan dan mengecoh masyarakat. Jika ditelusuri rokok elektrik memang diproduksi oleh produsen rokok tembakau. Di Amerika Serikat, badan pengendalian obat dan makanan FDA pun tidak meluluskan rokok elektrik. Meski disebutkan tidak menghasilkan tar, zat yang terkandung dalam rokok tembakau dan bersifat karsinogen (pemicu sel kanker), namun rokok elektrik mengandung zat lain yang tak kalah berbahanya bagi kesehatan. 

Rokok elektrik biasanya menggunakan nikotin cair yang dipanaskan menggunakan tenaga baterai. Meski tidak berasap, pemakainya mendapatkan asupan nikotin. Produk yang disebut smokeless tobacco ini dalam situs cancer.net disebut bisa mengandung nikotin tiga hingga empat kali lebih banyak daripada rokok tembakau. Produk ini juga mengandung zat yang dapat meningkatkan risiko kanker mulut dan oropharyngeal. 

Alternatif rokok lain yang juga mulai banyak ditemui di luar negeri adalah tembakau dalam bentuk bubuk atau digiling halus dan dikonsumsi dengan cara dihiru, dikunyah, atau diletakkan di bawah lidah. Semua alternatif tersebut memiliki risiko kesehatan yang masih terus diteliti. 

Hingga kini Kemenkes memang belum belum memiliki regulasi bagi produk rokok elektrik di Indonesia, namun Anda tak perlu menunggu kemungkinan buruk terjadi. Paru-paru yang sehat adalah modal penting  untuk menjalani hidup dengan baik. Anda bisa melindungi paru-paru Anda, teman, dan keluarga dengan mengatakan tidak pada tembakau maupun alternatifnya. (f)

Baca Juga:

Hati-hati! Angka Penderita Hipertensi di Indonesia Terus Meningkat
Mitos dan Fakta Tentang Makanan-Makanan Pemicu Kanker
Membaca 10 Sinyal Ancaman Kesehatan yang Dipancarkan Tubuh Anda


Topic

#kesehatan, #HariTanpaTembakau, #WorldNoTobaccoDay