
Foto: Fotosearch
Bak mesin yang perlu dipanaskan kembali setelah lama berhenti, tubuh kita butuh ‘bensin’ tambahan berupa nutrisi penting untuk meregenerasi sel dan mempercepat proses penyembuhan. Itu sebabnya, setelah sembuh dari sakit lama, Anda cenderung ingin makan terus. Jika tak ingin tubuh melar, Anda harus bisa memilah mana yang dibutuhkan tubuh, tak sekadar memuaskan hasrat lapar.
‘Laskar’ Nutrisi
Ketika seseorang menderita penyakit karena infeksi, seperti demam berdarah atau tifus yang menyebabkan dirinya harus dirawat selama beberapa saat di rumah sakit, nafsu makannya akan menurun drastis. Saat itulah, tubuh menggunakan cadangan nutrisi dalam tubuh untuk memerangi virus atau bakteri penyebab infeksi. Akibatnya, berat tubuh pun menyusut secara signifikan.
“Ketika terjadi gangguan dalam sistem tubuh karena sakit, protein sangat dibutuhkan untuk mengembalikan vitalitas tubuh. Tak seperti karbohidrat atau lemak yang otomatis tersimpan dalam tubuh ketika tak terpakai, protein akan cepat hilang,“ ujar ahli gizi Juniarta Alidjaja, DCN, AKp. dari Klinik Perisai Husada, Bandung.
Tak hanya protein, beberapa vitamin dan elektrolit (natrium dan kalium) pun larut dalam air ketika terjadi peningkatan suhu tubuh hingga di atas 38° Celsius akibat infeksi. “Vitamin yang biasanya hilang akibat demam adalah vitamin B dan C,” kata Juniarta Alidjaja.
Itu sebabnya, ketika seseorang tengah mendapat perawatan di rumah sakit, asupan nutrisinya harus ditingkatkan agar tubuh tidak mengalami defisiensi nutrisi penting yang digunakan untuk meregenerasi sel dan melawan infeksi. Apabila seseorang mengalami kekurangan vitamin B dan C, maka bisa mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Sedangkan jika kekurangan protein, bisa memperlambat proses penyembuhan, yang disertai tanda-tanda gangguan fungsi tubuh, seperti rambut rontok, kulit berwarna pucat dan keriput.
Di rumah sakit, selain makan, pasien juga biasa diberikan nutrisi tambahan enteral, yaitu makanan yang diproses dalam bentuk cair seperti susu (biasanya terbuat dari kedelai dengan tambahan mineral) dua kali sehari. Jika segelas susu biasa mengandung 100-150 kkal, maka nutrisi enteral ini mengandung 250 kkal per gelasnya. “Selain untuk menambah nutrisi, enteral dikonsumsi untuk menjaga bobot tubuh tidak terlalu turun drastis mengingat nafsu makan pasien biasanya anjlok dan malas mengunyah,” imbuh Juniarta.
Diet Kaya Protein
Setelah ‘peperangan’ Anda menangkan dan Anda keluar dari rumah sakit pun, tubuh sebetulnya masih dalam masa penyembuhan. Tubuh Anda perlu mengganti nutrisi penting yang terkuras agar kembali bugar. “Nutrisi utama yang harus ditambahkan ke dalam menu orang setelah sakit lama adalah protein, vitamin dan mineral, termasuk zat besi atau zinc,” kata Juniarta.
Beberapa makanan seperti sup ayam, telur, susu, dan jenis-jenis menu lainnya yang mengandung protein, dengan cepat akan meningkatkan kekuatan tubuh. Sementara buah, sayur, kacang-kacangan, dan polong-polongan yang banyak mengandung magnesium, bisa mendongkrak proses penyerapan nutrisi sehingga mempercepat proses penyembuhan.
“Saat mengalami penyakit-penyakit infeksi seperti tifus, demam berdarah, diare, atau paru-paru, maka asupan protein saat sakit haruslah ditingkatkan dari 1 g/kg berat badan menjadi 1,5 g/kg berat badan,” saran Juniarta. Ini bisa dilakukan hingga berat badan kembali normal dan tubuh terasa bugar.
Sebetulnya, secara alamiah tubuh akan mencari-cari sendiri nutrisi yang telah terpakai ini setelah infeksinya habis atau virus dan bakteri dalam tubuh pasien mati. Biasanya kuman akan mati dalam waktu 7-10 hari. “Itu sebabnya, sehabis sakit lama, orang biasanya akan menjadi ‘rakus’ dan banyak makan. Ini adalah proses tubuh dalam upayanya untuk menggantikan nutrisi yang hilang,” ujar Juniarta.
Namun, tidak serta-merta semua makanan menjadi ‘halal’ untuk dimakan. “Perlu diingat, ketika baru sembuh dari sakit, organ-organ dalam tubuh masih lemah dan butuh waktu untuk penyesuaian,” Juniarta mengingatkan.
Makanan yang dianjurkan diberikan saat dan setelah sakit adalah makanan yang lebih lunak, takarannya tidak terlalu banyak tapi diberikan sering, dan tidak menggunakan banyak bumbu atau berlemak tinggi yang dapat merangsang rasa mual.
“Jaga juga pencernaan agar tidak mengonsumsi makanan yang terlalu asam, pedas, dan diperhatikan kebersihannya, terutama untuk mereka yang baru sembuh dari sakit tifus,” ujar Juniarta. Itu sebabnya, orang yang sedang atau setelah sembuh dari penyakit dianjurkan mengonsumsi makanan buatan sendiri, bukan beli dari luar. Begitu juga dengan produk olahan (sosis, nugget, bakso) atau mi instan, sebaiknya dihindari karena sistem imun tubuh yang masih lemah belum mampu menangkis efek buruknya.
Untuk menghindari kegemukan akibat kebablasan menuruti keinginan makan setelah sakit lama, Juniarta mengingatkan bahwa yang terpenting adalah kualitas makanan yang dikonsumsi, bukan kuantitasnya.
“Makanlah secara seimbang sesuai kebutuhan tubuh yang mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Tapi, perlu lebih memperbanyak porsi protein, bukan karbohidrat atau lemak,” saran Juniarta. Makanan atau minuman manis yang mengandung gula juga harus dibatasi agar tak menyebabkan kegemukan. (f)
Pulihkan Kekuatan Tubuh dengan Menu ini!
Berikut ini contoh menu 1.800 kkal dan protein 90 gram, dalam satu hari.
Makan Pagi
1 porsi nasi tim ayam
1 mangkuk kaldu ayam
1 butir telur ayam kampung rebus
1 gelas jus jambu biji dan jeruk manis
Pukul 10.00
1 gelas nutrisi enteral cair
3 keping biskuit
Makan siang
150 g nasi
1 porsi semur daging cincang
1 potong tahu sakura isi telur puyuh
1 mangkuk sup bayam wortel
1 potong pepaya
Pukul 16.00
1 gelas nutrisi enteral cair
1 tangkup roti panggang isi selai kacang
Makan malam
150 g nasi organik
1 porsi steak ayam
1 potong tempe saus bolognais
1 mangkuk sup krim brokoli jagung
1 gelas jus stroberi melon
1 cup puding cokelat.
Topic
#MenuSehat