
Foto: Dok. Femina
Di luar segala kontroversi yang berhubungan dengan keyakinan seseorang, tren dan minat orang melakukan bedah kosmetik terus meningkat. Sebagai contoh, menurut The Internasional Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS) breast augmentation, bedah kosmetik untuk payudara, salah satu bedah kosmetik paling sering dilakukan di seluruh dunia pada tahun 2015, meningkat 10% dibandingkan pada tahun 2014. Ada beragam motivasi di balik itu. Namun, apa pun alasannya, lakukan dengan penuh perhitungan.
Tak Sekadar Lebih Cantik
Belakangan ini masyarakat cukup dikejutkan oleh beberapa vlogger yang mengunggah video mereka tentang operasi plastik, atau di dunia kedokteran disebut bedah kosmetik. Salah satunya Stella Lee dan Sunny Dahye, keduanya beauty blogger, yang membagikan pengalamannya lewat video, sejak berkonsultasi hingga hari-hari pertama setelah operasi di sebuah rumah sakit di Korea Selatan. Video yang mereka unggah pun menjadi viral. Masyarakat pun semakin melirik praktik bedah kosmetik di negeri Ginseng itu.
Korea Selatan saat ini memang disebut-sebut sebagai world capital of plastic surgery. Menurut The International Survey on Aesthetic/Cosmetic Procedures Performed 2015 dari ISAPS, telah dilakukan hampir 500.000 bedah kosmetik. Dari jumlah, memang berada di urutan ke-3 di dunia, di bawah Amerika Serikat dan Brasil. Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di negaranya yang tidak sebanyak Amerika dan Brasil, Korea Selatan menduduki rasio terbesar. Diperkirakan, 1 dari 5 orang di Seoul, Korea Selatan, melakukan bedah kosmetik!
Industri bedah kosmetik di Korea Selatan memang ‘raksasa’. Di Gangnam, sebuah daerah di Seoul, ada sekitar 500 klinik yang menawarkan bedah kosmetik. Menurut data yang dilansir Kementerian Industri dan Perdagangan Republik Korea, pada tahun 2014 industri bedah kosmetik di sana menghasilkan 5 triliun dollar. Sebanyak 80% dari 300 ribu medical tourism di Korea Selatan pada tahun itu adalah untuk tujuan bedah kosmetik. Angka ini diperkirakan terus meningkat. Kemudahan prosedur dan teknologi yang canggih di Korea Selatan, serta demam budaya Pop Korea yang disebar lewat drama dan musik membuat negeri ini menarik bagi mereka yang ingin melakukan bedah kosmetik. Apalagi tahun ini pemerintah Korea Selatan mengurangi pajak untuk biaya bedah kosmetik.
Karena budaya pop Korea Selatan kini digemari masyarakat Indonesia, kondisi ini juga ikut memengaruhi tren bedah kosmetik di Indonesia. Dr. Irena Sakura Rini, MARS, Sp.BP-RE(K), Wakil Ketua Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik dan Rekonstruksi Indonesia (PERAPI), yang kerap disapa dr. Ira menemukan, pasiennya belakangan sering meminta koreksi tubuh dan wajah agar mirip selebritas Korea. Dokter yang berpraktik di RS AiBee, Gunung Geulis Resort, Bogor, dan RS Omni Alam Sutera, ini mengatakan, “Usia pasien yang datang ke tempat praktik saya mereka yang melakukan bedah kosmetik pun makin muda. Tak hanya wanita, tapi juga pria,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa bedah kosmetik tak sekadar dilakukan untuk membuat penampilan selalu muda, tapi juga untuk tujuan yang lebih beragam.
Seperti yang diungkapkan oleh Olivia, freelancer, dari Medan. Ia melakukan operasi untuk memancungkan hidung tahun 2007 saat berusia 21 tahun di Thailand. “Jujur saja, dalam budaya keluarga saya, anak wanita diharapkan punya penampilan yang menarik supaya masa depannya cerah, bisa dapat kerjaan bagus, dan suami berstatus sosial tinggi,” ujar wanita yang hanya terbuka ke orang-orand terdekat saja ini.
Tak Kalah Lihai
Dodo memilih melakukan rhinoplasti untuk memancungkan bentuk hidung di Singapura. Enam tahun lalu saat ia melakukannya, ia belum merasa yakin akan kemajuan bedah plastik di Indonesia. Sementara Stella mengaku, walau harganya lebih mahal, ia merasa nyaman dan yakin untuk melakukannya di Korea Selatan. Beruntung, ia mendapat endorser penuh dari sebuah rumah sakit spesialis bedah kosmetik di sana.
Korea Selatan memang bukan hanya menjadi kiblat orang untuk mengubah tubuh dan wajah, teknologi bedah kosmetik juga dipengaruhi oleh negara asal aktor terkenal Lee Min Ho itu. Menurut dr. Ira, alat-alat bedah kosmetik sekarang banyak diimpor dari Korea Selatan. Dokter-dokter bedah plastik Indonesia juga kerap diundang untuk pelatihan dan workshop tentang teknologi bedah terbaru di Korea Selatan.
Tapi, dr. Ira menegaskan, bukan berarti yang dilakukan dokter-dokter di Korea Selatan tak bisa dilakukan di Indonesia. “Lima sampai 6 tahun yang lalu mungkin kita tertinggal, tapi kini kemampuan dokter bedah plastik di Indonesia sudah sejajar. Jam terbangnya pun sudah tinggi. Selain itu, kondisi di Indonesia, yang fasilitas, teknologi, dan peralatan bedahnya lebih terbatas, justru menguntungkan, karena membuat dokter Indonesia lebih kreatif.”
Lagi pula, menurutnya, meski di Korea Selatan lebih sering dan awam dilakukan operasi plastik, hasilnya belum tentu lebih baik. Tidak ada jaminan, yang sudah sering mengerjakan pasti lebih andal. Beda kondisi pasien, beda pula ceritanya. Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien juga penting.
Monitoring dan perawatan pascaoperasi juga wajib diperhatikan. Implan payudara misalnya, harus setahun sekali diperiksa kembali. Sementara untuk hidung, cukup melakukan pemeriksaan jika mengalami masalah. Tapi, bayangkan jika harus terbang ke negara lain dulu. “Karena sebaiknya perawatan dilakukan oleh yang melakukan operasi,” ujar dr. Ira.
Hingga kini, baru ada 174 dokter ahli bedah plastik di Indonesia. Memang kalah jauh dibandingkan dengan jumlah dokter bedah plastik di Korea Selatan, yang menurut ISAPS berjumlah lebih dari 2.000 orang. Hal ini terjadi karena unversitas yang menyelenggarakan pendidikan spesialis bedah plastik di Indonesia sangat terbatas. Hingga kini baru tiga, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, dan Fakultas Kedokteran Udayana, Bali. Itu pun hanya 2 – 3 orang dalam satu angkatan per pusat pendidikan.
Kondisi ini sebetulnya tak beda jauh dengan negara ASEAN lain. Lalu, mengapa orang lebih terpikir untuk melakukannya bedah kosmetik di Singapura atau Thailand?
Baca juga: Salah satu alasannya adalah dokter di Indonesia tidak boleh berpromosi. Undang-undang dan etika kedokteran Indonesia memang mengatur soal periklanan yang dilakukan dokter. Hanya klinik yang boleh beriklan, tapi tidak dokternya. Ironis, karena di saat bersamaan dokter-dokter dan klinik-klinik kecantikan dari luar negeri menyerbu dan berpromosi besar-besaran di sini. Rumah sakit Korea Selatan bahkan berani meng-endorse beauty blogger atau selebritas. Jangan heran jika top of mind saat seseorang ingin melakukan bedah kosmetik, ya… Korea Selatan.
“Padahal, untuk masalah kompetensi, anggota PERAPI tidak takut untuk bersaing,” kata dr. Ira. Ia mengakui ada pekerjaan rumah besar bagi para dokter di Indonesia untuk meyakinkan masyarakat akan kualitas bedah plastik di Indonesia yang sama baiknya. (f)
Topic
#BedahKosmetik