Health & Diet
Lauk Awetan Gurih & Kering untuk Menu Selama Puasa, Sehatkah?

31 May 2018


Foto: Pixabay
 

Saat bulan puasa biasanya makanan siap saji berupa lauk awetan jadi andalan. Kepraktisan jadi pertimbangan utama, dan rasanya bisa diterima oleh seluruh anggota keluarga, dari anak-anak hingga orang tua. Tapi, apakah ini pilihan yang tepat?

“Lauk pauk awetan itu selalu terasa enak dan gurih di lidah karena banyak mengandung minyak, gula, dan garam. Sayangnya, makanan yang mengandung ketiga bahan tersebut seharusnya dibatasi konsumsinya,” ujar Dr. dr. Inge Permadhi, M.S., SpGK, spesialis gizi klinik dari Rumah Sakit Umum Pusat dari Cipto Mangunkusumo.

Dalam tumpeng gizi seimbang, yaitu istilah untuk porsi makanan harian yang dianjurkan para ahli gizi, ketiga jenis bahan tadi menempati puncak piramida makanan. Potongannya yang sangat kecil, artinya hanya dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Makin banyak Anda memakannya,  makin banyak minyak, garam, dan gula yang Anda konsumsi tanpa Anda sadari.

Kelemahan lain dari makanan yang diawetkan tadi adalah kandungan gizinya yang minim. Kandungan gizi, seperti protein dan mineral, dari makanan yang terlalu banyak diolah seperti abon, bisa jadi sangat kurang. Meski terbuat dari daging sapi asli, tanpa campuran bagian lain sapi seperti jeroannya, abon sapi sangat sedikit mengandung protein.

Dalam seratus gram abon asli, hanya terkandung sekitar 14,60 g  protein, hanya sedikit lebih tinggi dari protein yang terkandung dalam telur ayam. Padahal, Anda paling hanya sedikit mengonsumi abon, ‘kan?

Jika Anda hanya makan nasi dan dua sendok makan (sekitar 20 g) abon, itu artinya  sedikit sekali protein yang Anda dapat. Ini juga sama kenyataannya dengan kering teri kentang dan kering tempe yang sering jadi andalan.  

“Mengonsumsi makanan cepat saji, sesekali boleh saja, tapi jangan dijadikan andalan. Lauk  kering seperti abon, kering tempe, atau kering teri kentang sebaiknya hanya berfungsi sebagai pemicu selera makan saat sahur, yang biasanya kurang karena masih mengantuk,” saran dr. Inge.

Sebisa mungkin, makanan yang dihidangkan saat sahur adalah makanan lengkap, yang di dalamnya mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga mineral. Ini artinya, tak cukup hanya makan nasi dan lauk, apalagi yang sifatnya awetan, tapi juga harus ada tambahan sayur dan buah.

Satu-satunya yang boleh Anda konsumsi secara royal di waktu buka adalah air putih. Karena, saat berpuasa yang paling banyak hilang dari tubuh adalah air. (f)

Baca juga:
11 Makanan dan Minuman Praktis tapi Nggak Sehat
Penting! 8 Kiat Menekan Asupan Zat Berbahaya dalam Pangan Sehari-Hari

 


Topic

#puasadanlebaran