Health & Diet
Kenali Alergi, Penyakit yang Bisa Diobati dengan Swamedikasi

19 Jul 2022

allergy
Foto: Shutterstock


Alergi atau reaksi hipersensitivitas terhadap zat tertentu (alergen) umum terjadi. World Allergy Organization (WAO) memperkirakan prevalensi alergi di setiap negara di dunia mencapai 15-20 persen. 

Di Indonesia, pilek alergi (rhinitis) dan gatal alergi (urtikaria) merupakan dua jenis alergi yang kerap dialami masyarakat. Prevalensi pilek alergi di tanah air sebesar 53 persen dengan penderitanya paling sering ditemukan di kalangan usia produktif. Sementara, untuk gatal alergi, sebuah penelitian di Palembang mendapati prevalensinya mencapai 43 persen.

Meski tidak tergolong sebagai penyakit berbahaya, alergi bisa mempengaruhi aktivitas penderitanya, termasuk mengganggu produktivitas. Studi American Journal of Rhinology dan Allegy (2012) menyebutkan bahwa pilek alergi merupakan penyebab turunnya produktivitas pekerja sebesar 27 persen, dan berkurangnya kualitas hidup hingga 28 persen.

Rhinitis alergi misalnya mempengaruhi kualitas hidup pasien antara lain karena mengganggu tidur, menyebabkan kelelahan di siang hari, menurunkan kinerja kerja dan produktivitas jangka panjang. Sedangkan bagi anak-anak dan remaja, kondisi ini bisa menyebabkan gangguan belajar dan penurunan fungsi kognitif. 

Menurut Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati, pharmacy expert, dalam acara edukasi bersama pers terkait disetujuinya Claritin oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai obat bebas terbatas (tanpa resep dokter) yang diselenggarkan Bayer Indonesia, meski banyak diderita orang, informasi terkait alergi masih sangat jarang dan banyak kabar keliru tentang penyakit ini. 

Lebih lanjut Prof. Dr. apt. Zullies pun menjelaskan tentang beberapa kondisi yang kerap dialami oleh seorang penderita pilek alergi atau rhinitis seperti gangguan tidur; telinga gatal atau berdengung; mata berair, gatal dan merah; bersin-bersin, hidung tersumbat, hidung banyak ingus, hidung gatal; serta tenggorokan gatal, batuk dan postnatal drip.

Sementara gatal alergi atau urtikaria yang biasa disebut biduran atau kaligata, ditandai dengan munculnya ruam dan flare disertai dengan bentol, rasa gatal atau rasa panas. Alergi jenis ini dapat terjadi pada semua kelompok usia. Bahkan, sekitar 15-20  persen populasi pernah mengalami gatal alergi atau urtikaria selama hidupnya.

“Menghindari alergen merupakan penanganan terbaik untuk mengatasi alergi. Meski demikian, seringkali penderita alergi berada di situasi yang tidak memungkinkan mereka untuk menghindari pemicu alergi. Misalnya, pelaku perjalanan yang memiliki alergi debu, tetapi harus mengunjungi daerah tersebut,” ungkap Prof. Dr. apt. Zullies. 

Selama ini penderita alergi seringkali enggan mengonsumsi obat alergi atau antihistamine. Sebab, mayoritas obat tersebut kurang praktis diperoleh lantaran membutuhkan resep dokter. Selain itu, efek sampingnya memicu kantuk sehingga mengganggu produktivitas dan kualitas hidup. 

Melalui Peraturan Kemenkes (PMK No.3 tahun 2021), tentang swamedikasi yaitu upaya pengobatan yang dilakukan secara mandiri untuk mengobati gejala penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Alergi menurut Prof Zullies menjadi salah satu penyakit yang masuk dalam daftar swamedikasi ini. Pemerintah pun mendukung upaya swamedikasi penyakit alergi melalui perubahan golongan obat Loratadine menjadi Obat Bebas Terbatas.

“Alergi melibatkan pemicu alergi. Oleh karena itu diperlukan obat Anti Alergi. Loratadine yang merupakan salah satu Anti Alergi  yang dapat diberikan secara swamedikasi untuk penanganan Alergi,” papar Prof. Dr. apt. Zullies.

Untuk mengedukasi masyarakat tentang swamedikasi bagi penyakit alergi, Bayer Indonesia menggagas kampanye swamedikasi alergi pertama di Indonesia bertajuk #RedakanAlergimuBestie. Berlangsung hingga Desember 2022, kampanye ini menargetkan untuk mengedukasi swamedikasi alergi kepada 1 juta masyarakat Indonesia.  

Dimulainya kampanye #RedakanAlergimuBestie ditandai dengan peluncuran panduan digital swamedikasi pilek alergi dan gatal alergi melalui cekpilekalergi.com. Selain itu, Bayer telah memberdayakan 8.000 apoteker dan asisten apoteker untuk melakukan edukasi swamedikasi langsung kepada konsumen - dengan menggandeng Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) melalui peluncuran modul Panduan Swamedikasi Pilek Alergi dan Gatal Alergi. 

Hadirnya Claritin dari Bayer diharapkan menjadi solusi bagi penderita alergi untuk tetap bebas beraktivitas dan kembali dapat menjalani hidup secara berkualitas untuk redakan alergi. Claritine meripakan Anti Alergi tanpa kantuk dengan dosis sekali sehari yang efektif 24 jam untuk menyembuhkan gejala alergi seperti pilek alergi dan gatal alergi. (f) 



Baca Juga: 
5 Manfaat Membersihkan Rumah di Waktu Luang
Yang Harus Dilakukan Saat Muncul Reaksi Alergi Setelah Divaksin COVID-19
Ask The Expert : Ruam di Dahi, Kenapa Ya?


Faunda Liswijayanti


Topic

#alergi, #kesehatan, #obat, #penyakit