
Berapapun usia Anda, jangan abaikan tekanan darah yang tinggi. Apalagi jika angkanya tetap tinggi setelah dilakukan beberapa kali pemeriksaan. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan global yang berakibat peningkatan angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan.
Hipertensi juga dapat menjadi penyebab risiko kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, mata, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah tepi yang mengakibatkan kecacatan dan kematian. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk 265 juta orang, prevelensi hipertensi meningkat 34,1% pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2013 sebesar 27,8%.
Sementara itu prevalensi penyakit ginjal kronis berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥ 15 tahun dan diagnosis dokter sebesar 3,8% atau sekitar 10 juta orang serta prevalensi yang pernah atau sedang menjalani cuci darah hasil pengukuran pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 19,3% atau sekitar 1,9 juta orang.
Data Indonesian Renal Registry 2017 (IRR) juga menunjukkan bahwa hipertensi menjadi penyebab utama gagal ginjal sehingga menjalani cuci darah (dialisis). Data IRR (Indonesia Renal Registry) tahun 2017 menunjukkan pasien yang aktif menjalani cuci darah sebesar 54.9% pada usia produktif (25-55 tahun) dari total jumlah pasien yang tercatat sebanyak 77.892 orang. Jumlah yang tidak sedikit.
Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Sementara itu, penyakit ginjal kronik dapat memperburuk hipertensi yang tidak terkontrol karena ekspansi volume dan peningkatan resistensi perifer pembuluh darah. Terkait PGK, hipertensi dapat sebagai penyebab PGK, namun bisa juga hipertensi sebagai akibat PGK.
Dalam diskusi media yang digagas Bayer Indonesia baru-baru ini, Dr. Tunggul D. Situmorang Sp.PD-KGH, FINASIM, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) menjelaskan kaitan erat antara tekanan darah tinggi dengan penyakit gagal ginjal.
Kedua penyakit ini terkait dalam dua cara: Pertama, tekanan darah tinggi penyebab utama Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah ke seluruh tubuh, termasuk pembuluh darah ginjal menjadi menebal dan kaku (atherosclerosis). Kondisi ini menyebabkan suplai darah berkurang ke organ-organ penting seperti ginjal.
Tekanan darah tinggi juga merusak unit penyaringan kecil di ginjal (nephron) yang mengakibatkan proses penyaringan di ginjal akan terganggu, sehingga fungsi ginjal sebagai penyaring dan pembuang racun-racun sisa metabolisme akan terganggu yang berakibat menumpuknya racun-racun dan cairan di dalam darah dan seluruh tubuh. Cairan berlebih dalam pembuluh darah akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi lagi.
Kedua, tekanan darah tinggi juga bisa menjadi komplikasi PGK. Ginjal yang sehat memegang peran penting dalam menjaga tekanan darah jangka panjang melalui mekanisme hemodinamik (mengatur jumlah cairan dan garam) dan mekanisme hormonal (sistem renin-angiotensin). Ginjal yang tidak sehat akan berkurang fungsinya dalam membantu mengatur tekanan darah. Akibatnya, tekanan darah meningkat. Jika seseorang menderita PGK, tekanan darah tinggi akan berisiko memperburuk penyakit ginjal dan juga dapat menimbulkan penyakit jantung.
Ukuran fungsi ginjal adalah seberapa mampu (kapasitas) ginjal itu membersihkan suatu zat tertentu (misalnya kreatinin) dalam satu menit. “Gagal ginjal merupakan salah satu bentuk kecacatan organ permanen yang menakutkan disebabkan karena hipertensi yang seharusnya dapat dihindari. Penderita gagal ginjal biasanya akan kehilangan hari produktif dan kualitas hidup yang sangat menurun bahkan resiko kematian yang tinggi. Oleh karena itu, orang yang terdiagnosis hipertensi harus mengendalikan tekanan darahnya sampai normal secara terus menerus dan tidak boleh menghentikan obat-obat hipertensi walaupun tekanan darahnya sudah stabil dan normal.“ Juga melakukan modifikasi gaya hidup. (f)
Baca Juga:
Tak Hanya Pernapasan, Rokok Juga Meningkatkan Risiko Penyakit Mata Tiroid
Penelitian Terbaru : Stres Saat Kehamilan Dapat Memengaruhi Jenis Kelamin Anak
Ancaman Penglihatan Akibat Diabetes
Hipertensi juga dapat menjadi penyebab risiko kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, mata, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah tepi yang mengakibatkan kecacatan dan kematian. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk 265 juta orang, prevelensi hipertensi meningkat 34,1% pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2013 sebesar 27,8%.
Sementara itu prevalensi penyakit ginjal kronis berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥ 15 tahun dan diagnosis dokter sebesar 3,8% atau sekitar 10 juta orang serta prevalensi yang pernah atau sedang menjalani cuci darah hasil pengukuran pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 19,3% atau sekitar 1,9 juta orang.
Data Indonesian Renal Registry 2017 (IRR) juga menunjukkan bahwa hipertensi menjadi penyebab utama gagal ginjal sehingga menjalani cuci darah (dialisis). Data IRR (Indonesia Renal Registry) tahun 2017 menunjukkan pasien yang aktif menjalani cuci darah sebesar 54.9% pada usia produktif (25-55 tahun) dari total jumlah pasien yang tercatat sebanyak 77.892 orang. Jumlah yang tidak sedikit.
Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Sementara itu, penyakit ginjal kronik dapat memperburuk hipertensi yang tidak terkontrol karena ekspansi volume dan peningkatan resistensi perifer pembuluh darah. Terkait PGK, hipertensi dapat sebagai penyebab PGK, namun bisa juga hipertensi sebagai akibat PGK.
Dalam diskusi media yang digagas Bayer Indonesia baru-baru ini, Dr. Tunggul D. Situmorang Sp.PD-KGH, FINASIM, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) menjelaskan kaitan erat antara tekanan darah tinggi dengan penyakit gagal ginjal.
Kedua penyakit ini terkait dalam dua cara: Pertama, tekanan darah tinggi penyebab utama Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah ke seluruh tubuh, termasuk pembuluh darah ginjal menjadi menebal dan kaku (atherosclerosis). Kondisi ini menyebabkan suplai darah berkurang ke organ-organ penting seperti ginjal.
Tekanan darah tinggi juga merusak unit penyaringan kecil di ginjal (nephron) yang mengakibatkan proses penyaringan di ginjal akan terganggu, sehingga fungsi ginjal sebagai penyaring dan pembuang racun-racun sisa metabolisme akan terganggu yang berakibat menumpuknya racun-racun dan cairan di dalam darah dan seluruh tubuh. Cairan berlebih dalam pembuluh darah akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi lagi.
Kedua, tekanan darah tinggi juga bisa menjadi komplikasi PGK. Ginjal yang sehat memegang peran penting dalam menjaga tekanan darah jangka panjang melalui mekanisme hemodinamik (mengatur jumlah cairan dan garam) dan mekanisme hormonal (sistem renin-angiotensin). Ginjal yang tidak sehat akan berkurang fungsinya dalam membantu mengatur tekanan darah. Akibatnya, tekanan darah meningkat. Jika seseorang menderita PGK, tekanan darah tinggi akan berisiko memperburuk penyakit ginjal dan juga dapat menimbulkan penyakit jantung.
Ukuran fungsi ginjal adalah seberapa mampu (kapasitas) ginjal itu membersihkan suatu zat tertentu (misalnya kreatinin) dalam satu menit. “Gagal ginjal merupakan salah satu bentuk kecacatan organ permanen yang menakutkan disebabkan karena hipertensi yang seharusnya dapat dihindari. Penderita gagal ginjal biasanya akan kehilangan hari produktif dan kualitas hidup yang sangat menurun bahkan resiko kematian yang tinggi. Oleh karena itu, orang yang terdiagnosis hipertensi harus mengendalikan tekanan darahnya sampai normal secara terus menerus dan tidak boleh menghentikan obat-obat hipertensi walaupun tekanan darahnya sudah stabil dan normal.“ Juga melakukan modifikasi gaya hidup. (f)
Baca Juga:
Tak Hanya Pernapasan, Rokok Juga Meningkatkan Risiko Penyakit Mata Tiroid
Penelitian Terbaru : Stres Saat Kehamilan Dapat Memengaruhi Jenis Kelamin Anak
Ancaman Penglihatan Akibat Diabetes
Topic
#kesehatan, #tekanandarahtinggi, #hipertensi, #gagalginjal