Foto: Freepik
Pandemi COVID-19 bisa jadi telah mengganggu rutinitas harian seluruh orang di dunia, termasuk jam tidur normal kita. Zoom meeting sepanjang hari, kaburnya batas antara kantor, sekolah, dan rumah, penggunaan teknologi dan peningkatan screen time di luar batas normal. Karena itu satu-satunya cara untuk bekerja, bersekolah, dan bersosialisasi, ditambah lagi dengan tingkat ketidakpastian yang terus berlanjut dan ketersediaan ruang yang dipaksakan telah membuat banyak orang kelelahan. Padahal kita semua berada di rumah saja.
Meski begitu, kondisi burnout, atau kelelahan kronis di tempat kerja yang tidak berhasil dikelola dengan baik yang ditandai dengan hilangnya energi, pelepasan, dan produktivitas yang berkurang memang telah lama menjadi tren di kalangan profesional muda, bahkan sebelum pandemi. Hanya saja kali ini fenomena tersebut meluas ke dalam rumah yang kita pakai untuk berbagai macam aktivitas.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong Profesor Jeremy Bailenson, Direktur pendiri Lab Interaksi Manusia Virtual di Universitas Stanford untuk mengadakan penelitian yang berfokus pada pengurangan beban visual dan mental yang disebabkan oleh terlalu banyak kontak mata dengan 'intensitas tidak wajar' dan kurangnya mobilitas saat konferensi virtual. Hasilnya, penelitian ini merekomendasikan untuk meminimalkan ukuran dan jumlah wajah yang kita lihat di layar dan memilih untuk tidak melihat diri sendiri, sambil mengambil jeda secara teratur dan cukup istirahat.
Jeda secara teratur dan cukup istirahat ini menimbulkan pertanyaan: apakah tidur siang setiap hari bisa menjadi solusi dan membantu kita dalam mencegah burnout? Berikut beberapa manfaat tidur siang menurut para ahli.
1/ Solusi untuk mengatasi kelelahan kronis
Sebuah studi yang pernah dilakukan di Universitas Harvard tahun 2002 oleh Sara Mednick dan Ken Nakayama berjudul “The Restorative Effect of Naps on Perceptual Deterioration” menyimpulkan bahwa tidur siang bisa menjadi solusi untuk kelelahan. Ketika korteks visual lelah, kemampuan kita untuk menerima informasi baru menjadi berkurang. Istirahat, bahkan dalam waktu yang singkat, memungkinkan pikiran untuk memulai kembali dan berfungsi dengan cara yang lebih produktif. Apalagi kini dengan sistem perkantoran yang mulai mengijinkan karyawannya untuk remote working atau melakukan WFH (work from home), kesempatan untuk tidur siang menjadi lebih mungkin.
2/ Tidur siang yang cukup membantu tubuh mempertahankan respons imun yang sehat
Ilmuwan tidur Harvard Medical School, Dr Rebecca Robbins melihat “korelasi antara lama tidur dan kekebalan yang sehat. Peran penting tidur dalam kekebalan ada dua. Pertama, tidur meningkatkan kemampuan kita untuk melawan paparan virus. Hanya dengan mengurangi tidur satu atau dua jam pada individu membuat mereka lebih mungkin untuk terpapar virus dan kurang mampu meningkatkan respons antibodi. Kedua, tidur yang cukup membantu kemanjuran vaksin dan produksi antibodi.” Jadi kesimpulannya, tidur siang dapat membantu mengatasi berbagai permasalahan kurang tidur dan mencegah infeksi virus.
3/ Tidur siang meningkatkan produktivitas
Burnout telah merugikan berbagai perusahaan di seluruh dunia setiap tahun, tak hanya dari sisi perputaran karyawan, melainkan juga perawatan kesehatan dan risiko kehilangan produktivitas. Di Norwegia, para karyawan perusahaan bekerja dengan jam kerja terendah secara global (hanya 26 hingga 38 jam per minggu) dan pada tahun 2021 mereka menempati peringkat kedua dalam daftar negara paling produktif di dunia. Di Prancis, jam kerja mingguan menurun dari 39 menjadi 35 jam seminggu pada tahun 2002 dan negara tersebut mempertahankan pendapatan per kapitanya sebagai salah satu produk domestik bruto (PDB) tertinggi di Eropa. (f)
Baca Juga:
Nyenyak Terlelap Di Kamar Tidur Nyaman!
7 Trik Membangun Kebiasaan Agar Memiliki Kualitas Tidur yang Baik
Susah Tidur Pulas? Ini yang Perlu Anda Perhatikan
Topic
#tidursiang, #dirumahsaja, #kerjadirumah, #wfh