Health & Diet
COVID-somnia, Gangguan Tidur yang Mengintai Kesehatan Mental

13 Jan 2022

Gangguan tidur
Foto: Freepik


Sebuah studi observasional terhadap lebih dari 230.000 rekam medis pasien yang dimuat dalam jurnal The Lancet Psychiatry (April 2021), menyatakan bahwa satu dari tiga orang penyintas COVID-19 akan mengalami gangguan saraf atau gangguan psikiatri dalam kurun waktu enam bulan setelah terinfeksi virus COVID-19. 

Gangguan psikiatri yang paling umum ditemukan menurut studi tersebut adalah insomnia dan gangguan kecemasan. Sebanyak tiga belas persen dari pasien COVID-19 terdiagnosis mengalami keluhan ini. Diagnosis tersebut menjadi diagnosis pertama kali, artinya mereka tidak pernah memiliki riwayat gangguan tersebut sebelumnya.

Gangguan tidur menjadi masalah kesehatan yang juga meningkat di masa COVID-19. Istilah “COVID-somnia” atau “Corona-somnia” mulai dikenal sekitar musim panas 2020 untuk menggambarkan dampak pandemi global terhadap pola tidur seseorang. Data yang diperoleh dari hampir seluruh belahan dunia memperlihatkan adanya jumlah besar populasi yang mengalami kesulitan tidur. 

Pada 2020, British Sleep Society melaporkan bahwa kurang dari separuh penduduk Inggris mendapatkan "tidur yang menyegarkan". Sementara di Amerika Serikat, masalah kurang tidur sudah dianggap sebagai epidemi oleh CDC (Centers for Disease Control). Sejak berlangsungnya pandemi, kasus insomnia semakin meningkat hingga mencapai empat puluh persen. 

Dr. Abinav Singh, seorang direktur medis The Indiana Sleep Center menyebut gangguan tidur selama pandemi COVID-19 sebagai “tandemic” (epidemi yang disebabkan oleh, diperburuk oleh, dan berjalan beriringan dengan pandemi). 

Berikut tiga penyebab seseorang mengalami gangguan tidur di masa pandemi menurut dr. Leonardi A. Goenawan, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari RS Pondok Indah – Puri Indah: 

1/ Meningkatnya stres
Stres emosional akibat pandemi dapat mengubah arsitektur tidur, memperpendek durasi gelombang lambat yang bersifat restoratif, meningkatkan REM (rapid eye movement), dan cenderung membuat seseorang lebih sering terbangun di malam hari. Sebuah penelitian mengungkap kondisi ini dapat tetap terjadi selama dua tahun setelah seseorang mengalami tekanan emosional yang berat seperti pada pandemi ini. 

Stres juga akan meningkatkan kadar kortisol, suatu hormon yang bekerja berlawanan dengan melatonin – hormon yang bertanggung jawab untuk kualitas tidur. “Selama hormon kortisol kita tetap dalam konsentrasi yang tinggi, maka produksi melatonin akan terganggu, sehingga kualitas tidur juga akan terganggu,” ungkap dr. Leonardi. 

Kurangnya paparan sinar matahari, selain menimbulkan stres, juga akan mengganggu irama sirkadian (proses alami yang mengatur siklus tidur-bangun setiap harinya).

2/ Hilangnya rutinitas harian
Terjebak di rumah karena menjalankan lockdown juga memberikan tekanan tersendiri. Hilangnya berbagai aktivitas ini akan menimbulkan perasaan terisolasi dan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. 

Sementara berbagai aktivitas yang normal memiliki kontribusi yang besar untuk menjaga kestabilan irama sirkadian, karena berfungsi sebagai penanda waktu. Sejak pandemi, seluruh aktivitas ini menjadi sangat minimal bahkan hilang. Ketiadaan aktivitas rutin tersebut cenderung membuat tidur lebih larut dan bangun lebih siang. 

Di samping kualitas tidur menjadi buruk, gangguan pada irama sirkadian tersebut juga akan berdampak pada fungsi biologis lainnya, termasuk pencernaan, respons imunitas, dan lainnya. 

3/ Peningkatan konsumsi informasi
Terlalu banyak mengonsumsi informasi dapat meningkatkan tekanan mental dalam bentuk kecemasan dan ketakutan. Belum lagi berhadapan dengan disinformasi dan hoaks.

Selain itu, durasi kita berada di depan monitor (screen time), juga dikaitkan dengan menurunnya kualitas tidur, terutama apabila dilakukan pada malam hari. Sinar biru dari monitor akan merangsang tubuh untuk mempertahankan kadar kortisol tetap tinggi dan menekan produksi melatonin. (f) 


Baca Juga: 
5 Tip Menyiasati Kamar Tidur Mungil Lebih Nyaman
Ide Dekorasi Kamar Tidur ala Staycation
Bergadang Semalaman? Ini 3 Cara Bagi Tubuh Anda Agar Cepat Pulih


Faunda Liswijayanti


Topic

#kesehatanmental, #gangguantidur