Health & Diet
Bebas Gangguan Tiroid

4 May 2016


Foto: Fotosearch


Salah satu penyakit yang sering menyerangnya adalah gangguan tiroid. Benjolan ini banyak diderita oleh perempuan dalam usia reproduksi. Untuk menghindarinya, dr. Dante Saksono H.SpPD.PhD, Spesialis Penyakit Dalam Diabetes – Endokrin dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, punya solusinya, nih...

Penting banget!
Tiroid adalah kelenjar normal di dalam tubuh yang terletak di atas permukaan jakun. Kelenjar ini terdiri dari satu pasang, yaitu terletak di kiri dan kanan, dan menghasilkan hormon tiroid yang penting untuk kelangsungan hidup kita. Fungsinya: mengatur gerakan jantung, saluran cerna, hingga penggunaan gula. Yang jelas, nih, tiroid memproduksi hormon T4 (tiroksin) dan T3 (tri-ioda-tironin). Tugas keduanya adalah memberikan informasi terhadap tubuh tentang jumlah energi yang dibutuhkan. Jadi intinya, sih, tiroid merupakan hormon yang mutlak harus ada di dalam tubuh. Kalau nggak, bisa mengakibatkan kematian! Hiii....

Ganggu, deh...
Penelitian medis yang dilakukan belakangan ini menunjukkan kalau 50% masyarakat kita ternyata memiliki benjolan di tiroid, tapi hanya 2 % di antaranya yang ganas. Kok, bisa? Soalnya, gangguan tiroid terjadi akibat faktor genetik. Jadi jika bokap, nyokap, atau saudara kita pernah ada yang mengalaminya, kita pun nggak bisa menghindar dari risiko terkena.

Ada dua jenis gangguan tiroid, yaitu yang berhubungan dengan fungsi tiroid dan yang berkaitan dengan anatomis. Kalau gangguan fungsi biasanya terbagi menjadi hipertiroid dan hipotiroid.

Hipertiroid
Gara-gara tiroid terlalu aktif memproduksi hormon, jumlah hormon tiroid yang dihasilkan tubuh jadi berlebih. Inilah yang disebut dengan hipertiroid. Gangguan ini dapat menyebabkan Penyakit Jantung Tiroid (PJT) yang sifatnya permanen, tuh, alias nggak bisa disembuhkan. Hipertiroid bisa memengaruhi kesuburan organ reproduksi. Menurut Dante, banyak pasien dengan keluhan yang berkaitan dengan menstruasi maupun infertilisasi dirujuk ke bagian spesialis penyakit dalam. Setelah dievaluasi, ternyata penyebabnya adalah hipertiroid yang diderita mereka.

Gejala:
Nafsu makan meningkat diiringi berat tubuh yang menurun drastis.
Tubuh mengeluarkan banyak keringat.
Rambut rontok.
Mudah emosi.
Jantung berdebar-debar.
Sering buang air besar.
Merasa panas di tengah udara dingin atau ruangan ber-AC.

Yuk, obati!
Jika terdeteksi sejak awal, kita bisa menghilangkan benjolan ini dengan cara mengonsumsi obat antitiroid. Dengan begitu, kemampuan kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon dapat ditekan. Selanjutnya dokter pun akan mengevaluasi kemajuan kita secara berkala. Pembedahan dilakukan jika hipertiroid yang diderita sudah terlalu parah.

Hipotiroid
Kebalikan dengan hipertiroid, hipotiroid terjadi akibat kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon T4 dan T3 dalam jumlah cukup. Pada sebagian besar kasus, hipotiroid timbul akibat adanya tiroiditis (radang tiroid) yang tidak terdeteksi. Radang inilah yang membuat kelenjar tiroid sulit menghasilkan hormon. Jika leher terasa sakit seperti tercekik—tidak berhubungan dengan menelan—disertai demam, mungkin kita terkena tiroiditis. Buru-buru, deh, pergi ke dokter. Kalau tiroiditis bertransformasi jadi hipotiroid, bisa-bisa pembuluh darah kita tersumbat, tuh. Maklum, kadar kolesterol terus meningkat. Makanya, lebih baik bagi kita menyadari gangguan ini sejak masih tahap tiroiditis! Fyi, hipotiroid tidak dapat diatasi dengan operasi karena dapat mengancam keselamatan kita.

Gejala:
Mengantuk terus menerus.
Nafsu makan menurun, berat tubuh meningkat.
Otot tubuh jadi kaku.
Kolesterol bertambah.
Susah buang air besar.
Tubuh mudah lelah.

Yuk, obati!
Untuk mengatasi hipotiroid, kita mesti mengonsumsi tablet penambah hormon tiroid setiap hari seumur hidup. Kita yang melakukan terapi ini dianjurkan melakukan pemeriksaan darah sekali setahun untuk memeriksa kemajuan kadar T4 dan TSH (thyroid stimulating hormone) di dalam darah. Tujuannya, agar dosis obat bisa disesuaikan dengan hasil pemeriksaan lab.

Mari cegah!
Berhubung gangguan tiroid terjadi akibat faktor genetik, kita memang nggak bisa menghindarinya. Tapi, kita dapat mendeteksinya sejak dini, kok. Cek, deh, sejarah kesehatan keluarga. Jangan hanya keluarga inti, tapi juga sepupu hingga buyut. Jika ada di antara mereka yang pernah mengalami gangguan, maka kita berisiko mengalaminya.

Jangan lupa juga cek leher kita untuk mencari benjolan. Ikuti petunjuk berikut:
- Berdiri di depan cermin.
- Pegang leher sebelah kiri dan kanan, raba dengan jari.
- Telanlah ludah. Jika ada benjolan, pasti, deh, benjolan bergerak ke atas saat kita menelan.

Bila ada benjolan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Apalagi jika kita mengalami gejala-gejala tubuh tertentu. Jangan ge-er dulu kalau hasil pemeriksaan negatif. Bukan berarti kita bebas gangguan tiroid, tuh. Selama anggota keluarga ada yang pernah kena, kita tetap berisiko mengalaminya suatu hari nanti. Jadi, tetap waspada! (f)

 



Topic

#hormon