Health & Diet
Awas, WHO Sebut Perokok Lebih Berisiko Meninggal Akibat COVID-19

8 Jun 2021


Foto: Unsplash


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jika perokok lebih berisiko meninggal akibat COVID-19 dibandingkan seseorang yang bukan perokok. Hal tersebut diungkapkan dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei lalu.

Mengutip dari VOA Indonesia, Kepala WHO untuk Program Pengendalian Tembakau, Vinayak Prasad menyebut kalau banyak hasil penelitian dalam setahun ini yang mengukuhkan perokok menghadapi risiko 50 persen lebih tinggi terkena penyakit parah serta kematian karena COVID-19.

"Ini logis karena merokok mengganggu fungsi paru-paru dan virus corona memang menyerang paru-paru. Jadi kami melihat ada kaitan logis mengapa seseorang sebaiknya tidak merokok," ungkap Prasad.

Namun tak hanya risiko terkena COVID-19 saja, penyakit lain yang berhubungan dengan tembakau juga mengintai para perokok antara lain kanker, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan.

WHO pun mendesak perokok untuk bergabung dalam kampanye berhenti merokok selama setahun. Sebab mencegah kaum muda melakukan kebiasaan merokok sangat penting supaya mereka terhindar dari kecanduan seumur hidup.

Kampanye tersebut nantinya akan membantu negara-negara meningkatkan layanan pengendalian tembakau, seperti kampanye membangun kesadaran nasional mengenai masalah rokok, membuka klinik yang membantu orang berhenti merokok, dan menawarkan terapi pengganti nikotin.

Prasad juga menyebut kalau industri rokok sengaja menarget anak muda supaya ketagihan dengan menawarkan berbagai hadiah. Upaya itu menurutnya berhasil. Prasad mencatat 38 persen remaja laki-laki di Indonesia merokok. Saat ini, prevelansi perokok usia 10 - 18 tahun di Indonesia meningkat dari 7,2 persen pada 2013, menjadi 9,1 persen pada 2018. Angka tersebut diproyeksi bisa naik sampai 15,95 persen pada 2030, apabila tidak ada upaya yang kuat dari berbagai pihak untuk mencegahnya. 

Lebih lanjut, WHO juga menyebut beberapa cara yang dapat membuat orang berhenti merokok seperti penerapan cukai yang tinggi, larangan iklan dan promosi rokok, peringatan kesehatan pada produk tembakau, serta penetapan berbaga kawasan sebagai zona bebas asap rokok. Terkait perokok usia muda, peran orang tua sebagai kontrol terhadap perilaku anak sangat besar. Selain itu, orang dewasa yang tidak merokok bisa menjadi role model bagi anak-anak untuk menjauhi rokok. 

Kampanye berhenti merokok juga didukung oleh Kementerian Kesehatan. Dalam laman resminya, Kemkes mengajak seluruh masyarakat untuk mengikuti kampanye #BeraniBerhenti yang dilaksanakan dari 31 Mei-31 Desember 2021.

Kampanye tersebut bertujuan untuk menggerakan masyarakat Indonesia terutama perokok untuk berani berhenti merokok apapun jenisnya, termasuk rokok elektronik dan rokok dengan pemanasan.

Laman Kemenkes juga menyebut setiap tahun ada 8 juta perokok meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh tembakau. Jadi berhenti merokok akan menurunkan risiko terkena berbagai macam penyakit serta memberikan kualitas hidup yang lebih sehat bagi diri sendiri dan keluarga. (f) 


Baca Juga: 
Pentingnya Vaksin dan 3M Untuk Mencegah Sitokin Storm
4 Gejala Baru Mutasi Virus Corona
Mengenal 4 Gejala COVID-19, Yang Tidak Awam Didengar


Topic

#WHO, #Covid19, #Merokok, #corona