
Foto: Shutterstock
Beberapa saat lalu, pesinetron Aliando Syarief mengaku bahwa ia menderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Gangguan mental itu membuat pria kelahiran 25 tahun lalu ini kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ia pun kini tengah berjuang untuk pulih dari OCD yang dideritanya dengan menjalani terapi.
Belajar dari kasus yang dialami oleh Aliando, apa sih sebenarnya OCD dan mengapa gangguan tersebut bisa sampai membuat penderitanya merasa sangat terganggu?
Mengutip dari Psychiatry, OCD merupakan gangguan di mana seseorang memiliki pikiran, ide, atau sensasi berulang yang tak diinginkan (obsesi). Hal tersebut membuat mereka pada akhirnya merasa terdorong untuk melakuan secara berulang (kompulsi).
Beberapa contoh perilaku ini misalnya saja takut kontaminasi atau kotoran sehingga akhirnya mencuci tangan, memeriksa barang-barang, atau membersihkannya hingga berulang kali.
Seorang dengan gejala OCD juga bisa memeriksa kompor berulang kali untuk memastikannya mati, merasa terganggu dan stres dengan bentuk tidak teratur yang kemudian membuatnya harus mengatur barang supaya susunannya sama dan teratur.
Kondisi obsesi dan kompulsi ini secara signifikan pun akhirnya dapat menganggu aktivitas sehari-hari dan juga interaksi sosial seseorang. Bahkan pada tahap tertentu seseorang bisa juga memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
International OCD Foundation menyebut gangguan ini tak memandang usia maupun lapisan masyarakat, siapa pun bisa menderitanya. Meski begitu beberapa ahli mengatakan bahwa OCD biasanya muncul pada masa remaja atau dewasa muda. Tetapi tak menutup kemungkinan juga dimulai pada masa kanak-kanak.
Penyebabnya OCD hingga sekarang belum diketahui dengan pasti. Namun beberapa teori menyebut ada beberapa hal yang menyebabkannya, yaitu:
1/ Biologi
Gangguan OCD mungkin merupakan hasil dari perubahan kimia alami tubuh atau fungsi otak.
2/ Genetik
OCD mungkin juga memiliki komponen genetik yang dapat memengaruhinya. Hanya saja gen spesifik belum terindentifikasi hingga saat ini.
3/ Keluarga
Selain itu juga, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan OCD memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini.
Meski begitu, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan dan memicu seseorang menderita OCD. Mengutip Mayoclinic, faktor yang dimaksud itu antara lain:
1/ Stres dan trauma
Jika Anda pernah mengalami peristiwa trauma atau stres, risiko untuk mengalami OCD semakin meningkat. Ini terjadi karena untuk beberapa alasan reaksi stres memicu pikiran yang menganggu, tekanan emosional yang menjadi ciri OCD.
2/ Gangguan kesehatan mental lain
Risiko untuk menderita OCD juga akan meningkat bila Anda menderita gangguan kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan dan depresi.
Hingga kini tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan obsesif-kompulsif ini. Namun, mendapatkan perawatan sesegera mungkin dapat membantu mengendalikan OCD menjadi lebih memburuk yang dapat menganggu kualitas hidup seseorang.
Dalam hal ini, ada dua perawatan utama yang bisa dilakukan yaitu psikoterapi dan obat-obatan. Seringkali, pengobatan paling efektif adalah kombinasi keduanya. Pada psikoterapi, ahli akan membantu mengubah pola pikir seseorang. Terapi dilakukan dengan menempatkan pasien dalam kondisi yang dirancang untuk menciptakan kecemasan atau memicu kompulsi. Pasien kemudian akan belajar untuk mengurangi dan kemudian menghentikan pikiran atau tindakan OCD.
Sementara dengan bantuan obat psikiatri tertentu seperti antidepresan dapat membantu mengendalikan obsesi dan kompulsi OCD. Selain kedua hal tersebut, gejala OCD yang membuat stres bisa direduksi dengan mencoba relaksasi melalui meditasi, yoga, atau massage. (f)
Baca Juga:
Agar Karier Makin Cemerlang, Jaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Tahun 2022, Perhatikan Kesehatan Mental
Apa Itu Self Compassion dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental
Topic
#OCD, #GangguanMental, #KesehatanMental