Health & Diet
Ancaman Penglihatan Akibat Diabetes

12 Oct 2019

Foto: shutterstock

Menurut International Diabetes Mellitus Federation (IDF) Atlas 2017: epidemi Diabetes Melitus di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Indonesia adalah negara peringkat ke-enam di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penderita Diabetes Melitus usia 20 – 79 tahun sekitar 10,3 juta orang. 

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) juga memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes Melitus (DM) yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9 % di tahun 2013 menjadi 8,5 % di tahun 2018; sehingga estimasi jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 22 juta orang. 

Yang perlu menjadi perhatian, DM menjadi penyebab berbagai kerusakan dan gangguan kesehatan, salah satunya penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan dan biasa disebut Diabetik Retinopati (DR). Prevalensinya cukup tinggi. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, diperkirakan prevalensi retinopati diabetik sebesar 42,6%. 

Dalam suatu penelitian terhadap 1.184 orang berusia lebih dari 30 tahun dengan Diabetes Melitus tipe 2 yang tinggal di daerah urban dan pedesaan Yogyakarta, Jawa Tengah menunjukkan prevelensi DR yang tinggi dan DR yang mengancam penglihatan (VTDR - Vision-Threatening Diabetic Retinopathy). Sekitar 1 dari 4 orang dewasa menderita VTDR dan 1 dari 12 orang dengan VTDR akan mengalami kebutaan.

Para ahli memperkirakan, setidaknya akan ditemukan 24.600 orang dengan diabetik retinopati dan sekitar 10% dari jumlah tersebut mengalami kebutaan. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030 dengan estimasi 98.400 orang menderita diabetes dan sekitar 11.000 orang di antaranya mengalami kebutaan. 

DR yang semakin berkembang akan mengakibatkan Diabetik Makular Edema (DME), ditandai penurunan kualitas penglihatan, adanya titik hitam, buram, dan melihat garis bergelombang. DME yang tidak segera diobati sejak dini ditambah dengan tidak terkendalinya kadar gula darah akan mempercepat proses terjadinya kebutaan. 

DME merupakan salah satu sebab tersering dari masalah gangguan penglihatan berat pada populasi usia kerja, yang dapat hilangnya produktivitas, penurunan kualitas hidup, beban sosial dan keuangan keluarga, hingga depresi. Padahal biaya pengobatannya tidak sedikit. 

Mengingat sebagian besar kebutaan akibat diabetik retinopati merupakan kondisi yang permanen dan tidak dapat diobati, maka pencegahan dan pengobatan yang tepat menjadi hal yang penting untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas penglihatan.

”Penting bagi pasien Diabetes Melitus, terutama yang mengidap Diabetes Melitus lebih dari lima tahun untuk memeriksakan retinanya.  Penyebab utama retinopati adalah kombinasi dari tingginya tingkat tekanan darah, gula darah dan kolesterol. Komplikasi umum Diabetik Retinopati adalah Diabetik Makular Edema, biasa dikenal sebagai DME. Risiko berkembangnya DME terkait erat dengan seberapa lama pasien telah hidup dengan Diabetes Melitus dan tingkat keparahan dari Diabetik Retinopati,” ujar Ketua Perkumpulan Ahli Vitreoretina / Indonesian Vitreoretinal Society (INAVRS), Prof. dr. Arief  S Kartasasmita, SpM (K), M.Kes, MM, PhD.

Selain itu, pemeriksaan skrining mata reguler oleh Dokter Mata Spesialis Retina merupakan bagian penting dalam perawatan pasien Diabetes Melitus. Pemeriksaan retina mata pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 sebaiknya dilakukan dalam waktu 5 tahun setelah terdiagnosa. Sementara untuk penderita Diabetes Melitus tipe 2 harus sesegera mungkin setelah ia terdiagnosa Diabetes Melitus. 

Pemeriksaan retina mata ini harus diulang setiap 1 – 2 tahun sekali atau sesuai dengan rekomendasi Dokter Mata Spesialis Retina. Pemeriksaan ini mudah dan tidak sakit. Prosedurnya berbeda dengan pemeriksaan mata biasa. Dokter Mata akan menggunakan alat khusus untuk melihat retina. Biasanya akan diberikan obat tetes untuk melebarkan pupil mata, sehingga bagian retina mata lebih mudah dilihat.

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sudah dilakukan skrining secara aktif dengan meletakkan alat skrining foto fundus pada poli penyakit dalam. Di masa depan, PERDAMI berharap bisa lebih aktif lagi melakukan skrining terutama pada Rumah Sakit layanan sekunder dan tersier, serta di Rumah Sakit khusus mata. (f)

Baca Juga:

Cegah Bunuh Diri Pada Ibu Baru
Waspadai Tanda Infeksi Saluran Kemih Yang Rentan Dialami Wanita
Badan POM Menarik Ranitidin Yang Biasa Digunakan Untuk Sakit Lambung


Topic

#diabetes