Media Jakarta Vegan Guide (JVG) menepis ini, dengan menggelar bazar bukber didominasi rice bowl lokal dan takjil jajanan pasar yang enak-enak! Lokasinya di Mad Grass Collaborative Space and Cloud Kitchen di wilayah Cipete, Jakarta Selatan.
Selama weekend lalu (22-25 April) dan weekend ini (29 April-2 Mei), bazar “Bukber di Mad Grass” hadir berbagi ilmu masak nondaging dan non-dairy, menampilkan talk show pelaku vegan muda, hingga berjualan tanaman.
Mad Grass adalah plant-based community hub pertama di dunia.
"Compound ini menyatukan cloud kitchen dan venue untuk workshop. Tak hanya menyewakan ruang, kami memperkenalkan ke produsen cara membangun ekosistemnya agar komunitas terjaga. Ini yang tidak dimiliki sarana cloud kitchen lain. Collaborative space, itu prinsip kami," ujar Co-Founder JVG, Firmansyah Mastup.
Media berbasis komunitas tersebut juga berkantor di sini.
Yang mau jajan martabak vegan, kopi, cendol, hingga dessert, bisa bersantap di area komunal luar ruang. Yang masih flexitarian dan lagi coba-coba makanan plant-based akan mendapati opsi yang terkurasi.
"Faktanya, berbuka puasa dengan plant-based food dapat memberikan beberapa manfaat seperti kesehatan tubuh, ngejaga berat badan, dan rendah risiko diabetes,” sambung Co-Founder lainnya, Chandra Revo.
Bazar dibuka dari pukul 3 sore hingga 7 malam. Pukul 3 sore ini, ada demo gratis Vegan Kaastengel buatan Tamtam, personil R&D Culinary JVG.
Revo menambahkan, “Bukber diharapkan jadi awareness akan edukasi gaya hidup vegan, serta memajukan ekonomi di saat pandemi".
Yang mau membawa heran peliharaan juga diperbolehkan.
Beberapa tahun lalu, dimulai dengan berbagi info resto dan produk vegan di Instagram, JVG telah mengembangkan pembacanya menjadi komunitas. Gaya hidup vegan disajikan sebagai gaya hidup yang menyenangkan.
Kontennya dimulai dengan pencarian makanan vegan-friendly di resto incaran milenial, tak melulu yang berbendera resto vegan.
Bahkan saat follower masih di bawah 100 sekalipun, sudah banyak yang meng-endorse makanan vegan. Media semacam ini didamba.
Rekomendasinya jadi pegangan komunitas minoritas yang loyal, hingga akhirnya menggerakkan para chef di resto-resto hits untuk juga menciptakan menu-menu vegan.
Dari YouTube hingga TikTok dirambah, berbagi cara masak dan food review jujur, apa adanya.
Figur publik mancanegara diberitakan saat melakukan andil dalam gaya hidup vegan. Dari sosok terkenal yang mengubah isi piring, hingga yang membuat film lingkungan.
Milenial Jakarta termotivasi dengan ini. Sebaran positif jadi vegan menyentil generasi eco-conscious dan membuktikan ke produsen bahwa market baru ini perlu dilayani.
Firman mampu menjadi teman diskusi pebisnis kuliner niche hingga mainstream karena jebolan sekolah masak. Kedekatannya juga karena sempat berada di industri alat dapur sebelum akhirnya total mengasuh komunitas. Revo, seorang plant daddy yang punya bisnis sampingan Talking To The Plants beraksi di bidang marketing JVG.
Tidak bersikap ekstrem terasa di JVG. Yang pengin cari tahu disambut hangat di temu komunitasnya.
Woke Space, sebagai festival plant-based milik JVG secara perdana diadakan di Aksara, hub-nya kaum urban di Kemang, di tahun 2019. Dimulai sebagai warm-up jumpa komunitas, Woke Space berlanjut memasuki mal gaya hidup Central Park sebagai outdoor festival.
Kedua pendiri menyebarkan sikap anti mengolok-olok mereka yang masih makan daging. Siapapun yang berkesadaran mengurangi konsumsi daging dan produk turunannya sedikit demi sedikit demi lingkungan sudahlah berarti.
Bahwa jadi vegan itu tak menikmati hidup adalah stereotip. (f)
Trifitria Nuragustina
Topic
#jakartaveganguide