Family
Marah dengan Anak, Apa Saja Batasan yang Ibu Perlu Tahu?

23 Feb 2022

Marah pada anak
Foto: RODNAE Productions from Pexels

 

Hampir semua orangtua pernah merasa kesal dan juga marah saat si kecil berulah. Entah karena aksi mogok makan, merengek minta mainan, atau membuat berantakan lagi rumah yang baru saja dibersihkan. Apalagi di saat pandemi seperti ini, tingkat kesabaran ibu makin diuji karena berbagai tekanan yang datang silih berganti.

Ekspresi marah memang wajar dimiliki oleh setiap orang, tak terkecuali ibu. Namun dalam kondisi marah, ibu juga perlu hati-hati untuk mengontrol emosi agar jangan sampai kemarahan tersebut justru berdampak negatif pada fisik maupun psikis anak.

Dalam bukunya, Don't Be Angry, Mom: Mendidik Anak tanpa Marah, dr. Nurul Afifah menjelaskan bentakan terhadap anak dapat merusak pertumbuhan sel otak anak. Sementara untuk dampak psikisnya, anak bisa menjadi penakut, kepercayaan diri menurun, introvert, dan bahkan menjadi pribadi emosional.

Dengan sederet dampak itu, apa saja sih yang perlu diperhatikan ibu ketika sedang marah pada si kecil?

1/Tidak berteriak dan memukul
Memarahi anak dengan berteriak atau bahkan memukul bukanlah cara yang efektif. Memang tak mudah, apalagi dalam kondisi emosi. Namun yang ibu harus pahami adalah berteriak atau memukul justru akan membawa dampak negatif bagi perkembangan anak di masa depan, baik itu pada fisik dan psikis yang malah dapat membuat anak menjadi trauma.

Masih ada acara lain kok selain berteriak. Ibu bisa menunjukkan ekspresi marah dengan bersikap tegas. Dengan begitu anak bisa mengetahui bahwa Anda memang bersungguh-sungguh dengan apa yang Anda katakan. Dengan sikap tegas ini, harapannya anak dapat mengerti dan memperbaiki tindakan mereka.

2/Ambil jeda supaya lebih tenang
Saat ibu merasa kesal atau marah, alih-alih berteriak kepada anak dan melontarkan kata-kata kasar, lebih baik ambil jeda sejenak. Cobalah untuk menyadari emosi, kemudian berhenti dari aktivitas yang ibu lakukan dan amati apa sih tindakan anak yang membuat kesal.

Anda juga bisa meminta tolong pada pasangan untuk mengambil alih anak, sementara Anda untuk sementara dapat menenangkan diri terlebih dahulu di ruangan lain. Bila suasana hati sudah membaik, Anda bisa kembali lagi untuk menyelesaikan masalah dengan anak.

3/ Biarkan anak tahu kalau ibu marah
Anak adalah pribadi polos yang masih membutuhkan bimbingan dari orangtua. Jadi cara terbaik untuk memberi pengertian kepada mereka adalah dengan berkomunikasi. Sampaikan rasa marah Anda kepada mereka dan beri alasan mengapa hal itu bisa terjadi.

Tahap selanjutnya, Anda bisa melakukan kesepakatan dengan si kecil untuk tidak mengulangi hal yang membuat ibu marah. Misalnya saja jika ibu marah karena melihat mainan anak yang tidak dibereskan, maka ibu membuat kesepakatan agar anak membereskannya setelah bermain. Bila anak sudah melakukannya, jangan lupa untuk memberikan pujian sebagai apreasi atas tindakan mereka.

4/ Beri batasan sampai kapan ibu marah
Bila kondisi Anda sudah tenang, tak ada salahnya untuk segera untuk kembali beraktivitas seperti semula. Berlarut-larut dalam emosi yang negatif tentunya tak baik bagi situasi di rumah dan juga malah dapat menganggu kondisi psikologis anak. Setelah semua selesai perasaan marah, jangan ragu untuk memastikan kondisi anak. Misalnya dengan memeluk atau berbicara kepada si kecil agar mereka tahu semuanya baik-baik saja dan ibu sudah tidak marah lagi. (f) 


Baca Juga: 
Kenali Trauma Rumah Tangga yang Bisa Mengganggu Pola Asuh
Rehat Sejenak, Ini Pentingnya Me Time untuk Ibu
Kata Ahli: Ritual dan Rutinitas Bikin Anak Percaya Diri. Mari Buktikan!

 


Topic

#marahdengananak, #keluarga