Family
6 Langkah Bimbing Anak Lalui Masa Transisi Jelang New Normal

8 Jul 2021

Foto: Freepik

Meski sudah lama dinanti-nanti, momen untuk bisa kembali beraktivitas di luar rumah dapat menjadi sumber kecemasan baru bagi anak, jika tidak dipersiapkan sebaik mungkin.

Vaksinasi COVID-19 yang mulai bisa diakses oleh anak usia 12 – 17 jadi angin segar bagi anak dan remaja yang saat ini makin terbiasa tinggal di rumah dan menerapkan social distancing. Berbekal vaksinasi, pintu rumah mulai dibuka dan aktivitas di luar rumah, termasuk sekolah tatap muka terbatas, mulai dapat dilakukan secara bertahap. Sambil menanti tercapainya herd immunity, akan tiba pula waktunya bagi Anda untuk membimbing anak agar melalui masa transisi ini.

Ini 6 langkah yang bisa Anda coba:
 
1. Tetap terapkan prokes
Selama masa transisi, Anda perlu memberi pemahaman kepada anak bahwa sudah vaksinasi bukan berarti bebas dari tanggung jawab menerapkan protokol kesehatan. Soalnya, hingga pemerataan vaksinasi dan kekebalan komunal tercapai, kemungkinan terjadinya transfer virus masih selalu ada. Itu sebabnya, prokes masih harus menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
 
2. Sharing dengan anak
Luangkan waktu untuk ngobrol santai dengan anak mengenai perasaan, harapan, dan kendala yang mungkin akan ia hadapi. Bahan obrolan ini bisa menjadi bekal Anda untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Selain itu, bersikaplah terbuka dan utarakan pula hal-hal yang Anda rasakan. Misalnya, Anda pun takut terpapar virus, jika sudah waktunya ngantor setiap hari. Saat tahu bahwa Anda juga memiliki kecemasan tertentu, anak tidak lagi merasa sendirian dan akan merasa lebih nyaman saat mengutarakan unek-unek-nya.
 
3. Turunkan ekspektasi
Ketinggalan pelajaran dan kesulitan beradaptasi dengan suasana sekolah yang baru adalah masalah yang dihadapi oleh semua anak di dunia saat ini. Inilah mengapa Anda perlu menunjukkan sikap ekstra suportif, terutama pada anak yang sudah besar. Ada baiknya Anda juga menurunkan ekspektasi terhadap pencapaian akademik anak di sekolah. Lebih baik fokuskan perhatian pada hal yang jadi prioritas, misalnya kesehatan fisik dan psikis anak, serta momen kebersamaan bareng keluarga.
 
4. Mulailah dengan kelompok kecil
Beberapa sekolah sudah mulai menjalankan simulasi proses belajar tatap muka. Sebelum simulasi dimulai, anak bisa terlebih dahulu melatih kemampuan berinteraksi dengan kelompok kecil, seperti teman bermain di kompleks rumah. Selama proses interaksi, Anda perlu mengamati dan kemudian mengajari anak bagaimana cara menyikapi perilaku teman yang berbeda-beda. Misalnya, cara menyikapi teman yang tidak memakai masker atau teman yang ingin meminjam alat tulis.
 
5. Andalkan komunitas
Nantinya, jika kegiatan belajar tatap muka sudah mulai berlangsung, Anda bisa mengandalkan dukungan dari komunitas sekolah untuk memantau kondisi anak. Utarakan hal-hal yang menjadi concern Anda kepada guru di sekolah. Misalnya, proses interaksi anak dengan teman sekelas, kendala dengan pelajaran, dan perasaan homesick karena terbiasa di rumah. Tak kalah penting, dapatkan pula dukungan dari sesama orang tua murid agar Anda bisa saling berbagi tip dan pengalaman dalam menyiapkan anak menyongsong masa new normal.
 
6. Bijak menilai situasi
Pada akhirnya, keputusan untuk mengizinkan anak beraktivitas di luar rumah atau tetap melanjutkan kegiatan belajar jarak jauh sepenuhnya terletak di tangan Anda dan pasangan. Yang penting, buatlah keputusan berdasarkan informasi yang benar dari sumber yang bisa dipercaya. Timbang baik-baik untung-ruginya, diskusikan dengan pasangan, dengarkan kata hati, dan selalu ambil keputusan yang berpihak pada kepentingan anak. (f)


Baca Juga: 
Tren Kasus COVID-19 Pada Anak Meningkat, Ini Gejala yang Orang Tua Perlu Waspada
Soal Sekolah Tatap Muka Terbatas, Kemendikbud Ristek Wajibkan Penerapan 5 Prokes Ini
Anak Positif COVID-19 Tanpa Gejala, Ini Panduan Isolasi Mandiri untuk Anak

 


Topic

#newnormal, #normalbaru, #pandemi