Family
5 Hal Perlu Diperhatikan Jika Sekolah Aktif Kembali

13 May 2020


Foto: Pixabay



Kebiasaan lama dalam dunia pendidikan yang bergantung pada pembelajaran fisik telah berubah sejak munculnya pandemi global COVID-19. Semua jenjang pendidikan dipaksa memindahkan proses pembelajaran ke dalam sistem online yang terintegrasi.
 
Di Indonesia sendiri, pemberlakuan belajar jarak jauh dari rumah masing-masing telah dimulai dari pertengahan Maret 2020. Meski begitu, masih ada banyak pekerjaan rumah bagi dunia pendidikan Indonesia yang harus tiba-tiba mengubah pola belajar mengajar ke ranah digital.

Kurangnya materi pembelajaran online, kesiapan guru dalam menjalankan metode e-learning hingga masalah sambungan internet mengisi daftar panjang yang harus segera diperbaiki oleh Kementerian Pendidikan Indonesia. 

Meski hingga kini, belum ada kepastian kapan sekolah di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang menerapkan PSBB akan aktif dan kembali melakukan kegiatan pendidikan di lingkungan sekolah, namun tak dipungkiri ada rasa cemas di kalangan orang tua ketika anak-anak mereka harus kembali ke sekolah. Apalagi hingga kini, belum ada penjelasan resmi dari pemerintah tentang antisipasi apa saja yang akan dilakukan ketika anak-anak kembali ke sekolah. 
 
Untuk pengetahuan bersama para orang tua, beberapa negara seperti India dan Inggris telah menyusun langkah-langkah menghadapi kondisi bila sekolah akan dibuka kembali setelah lockdown, the new normal yang mungkin bisa juga kita terapkan di dunia pendidikan kita, ketika anak-anak sudah kembali ke sekolah: 

1. Sistem bergilir
Untuk menghindari kerumunan di sekolah, Kementerian Pendidikan Inggris telah menyusun rencana akan melakukan sistem bergilir untuk belajar di sekolah. Murid-murid akan dikelompokkan berdasarkan kelas dan umur. 
 
2. Tetap jaga jarak sosial
Baik di India maupun di Inggris, pemerintah menyarankan agar ibadah bersama ditiadakan ketika sekolah sudah dibuka kembali. Waktu makan siang dan waktu istirahat pun harus diatur. Serta tata ruang kelas mungkin harus diubah untuk menjaga jarak sosial anak-anak. 

Beberapa sekolah di Wuhan, China yang mulai aktif kembali menerapkan aturan jaga jarak sosial ini dengan berbagai cara yang unik. Seperti mengganti meja murid menjadi meja perorangan dengan kubikal. Ada juga yang melengkapi murid dengan topi unik khas China dengan bagian memanjang di sisi kanan dan kiri untuk menjaga jarak satu dengan lainnya. 
 
3. Alat Pelindung Diri
Diperkirakan, walau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah dicabut, namun rasa takut dan khawatir masih akan menyelimuti masyarakat termasuk orang tua murid beberapa bulan atau tahun ke depan.
 
Maka untuk menjamin keamanan anak-anak di sekolah, guru-guru disarankan untuk mengenakan alat pelindung diri (APD) seperti masker dan sarung tangan.
 
4. Perhatikan psikologi anak-anak
Isolasi, ketidakpastian, dan ancaman virus pastinya telah berdampak pada kesehatan mental murid, guru, dan bahkan orang tua. Setelah berbulan-bulan berpisah satu sama lain, anak-anak pun akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali.
 
Para guru diharapkan untuk peka dan memberikan perhatian dan dukungan lebih ekstra kepada mereka yang paling mengalami gangguan psikologis atau yang sulit beradaptasi kembali.
 
5. Tiadakan kegiatan sosial dan olahraga
Sebelum pemerintah memutuskan untuk mengaktifkan kembali sekolah, sangat perlu untuk dibuat pedoman keselamatan. Beberapa pihak di India menyarankan agar di dalam pedoman keselamatan itu dilarang untuk mengadakan kegiatan sosial, seminar dan kegiatan olahraga selama satu tahun sejak sekolah mulai aktif kembali. (f)



Baca Juga:
Ekosistem Baru Pendidikan Indonesia
Cara Mengajar Anak Disleksia
8 Langkah Ajarkan Anak Berpuasa


 


Topic

#corona, #sekolah

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?