Family
Wanita Generasi Sandwich Lebih Rentan Stres, Ini 6 Kiat Mengatasinya

18 Aug 2021


Foto: Freepik


Sudah akrab dengan istilah ‘generasi sandwich? Atau mungkin Anda salah satu orang yang berada dalam kelompok generasi sandwich ini. Kalau begitu, Anda perlu berhati-hati karena seseorang yang berada dalam kelompok ini akan lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental. 

Generasi sandwich (sandwich generation) adalah suatu istilah yang merujuk pada sekelompok individu yang ‘terjepit’, ibarat setangkup roti sandwich, di antara tuntutan simultan dalam merawat orangtuanya yang telah lanjut usia, dan merawat anak-anaknya yang masih bergantung padanya, baik secara fisik, mental-emosional, maupun finansial (Ward & Spitze, 1998). Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh dua orang pekerja sosial yaitu Dorothy Miller dan Elaine Broody pada 1981 untuk menggambarkan pelaku rawat (caregiver) yang terjepit di antara dua generasi. 

Secara umum, karakteristik individu yang berada di generasi sandwich biasanya adalah pria dan wanita berusia 30 tahun ke atas yang telah menikah, dan bekerja. Generasi sandwich menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan dan layanan seperti transportasi, pengaturan makan, perawatan kesehatan, dan urusan rumah tangga lainnya, baik bagi anak-anaknya maupun orangtuanya. 

Tuntutan untuk memberikan dukungan fisik, mental-emosional, dan finansial baik bagi anak-anaknya dan juga orangtuanya yang telah lanjut usia ini membuat generasi sandwich rentan mengalami stres. Butuh strategi finansial yang baik untuk memutus mata rantai generasi sandwich ini.  

Survei di Amerika Serikat tahun 2007 menunjukkan bahwa generasi sandwich yang terdiri dari usia 35 – 54 tahun, mengalami tingkat stres lebih tinggi karena dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orangtua mereka. Yang mengkhawatirkan, hampir 40 persen wanita generasi sandwich melaporkan tingkat stres yang ekstrem. 

Tentunya hal ini tidak bisa dianggap sepele, karena stres yang berkepanjangan ini tidak hanya memengaruhi relasi personal terhadap pasangan, anak dan keluarga, namun juga memengaruhi kesejahteraan diri sendiri. 

Generasi sandwich yang menjadi pelaku rawat bagi dua generasi ini lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan mental, seperti burnout (kelelahan fisik dan mental), gangguan tidur (banyak tidur atau kurang tidur), perasaan bersalah, merasa khawatir terus-menerus, hilang minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi, ansietas (kecemasan), dan depresi.

Pada akhirnya, kondisi mental tersebut juga bisa memengaruhi kesehatan fisik, seperti kadar hormon stres yang lebih tinggi, mudah terinfeksi penyakit menular, respon imunitas yang lebih rendah terhadap influenza, penyembuhan luka yang lebih lambat, tingkat obesitas lebih tinggi, dan risiko penurunan kesehatan mental yang lebih tinggi.

Penelitian Evans dkk. pada tahun 2016 menunjukkan bahwa seorang wanita pada generasi sandwich perlu memiliki strategi untuk dapat menyeimbangkan antara peran sebagai seorang ibu, pelaku rawat orang lanjut usia, dan pekerja. 

Berikut enam strategi stress free yang bisa dilakukan wanita saran dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari RS Pondok Indah, Pondok Indah, Jakarta: 

1/ Meminta bantuan

Tidak jarang, generasi sandwich mengerjakan banyak hal seorang diri. Carilah bantuan untuk mengerjakan beberapa tugas rumah tangga, pengaturan pengurusan anak dan orang tua, dan sebagainya. Meminta bantuan bukanlah sebuah tanda kelemahan, namun kekuatan diri dalam hal mengelola tugas yang perlu dikerjakan.

2/ Luangkan waktu untuk diri sendiri (me time)

Kesibukan menjalankan peran mengurus dua generasi kadang membuat seorang wanita generasi sandwich tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Ambil waktu khusus untuk melakukan hal bagi diri sendiri, misalnya mengerjakan hobi atau sekedar bersantai, dan memanjakan diri. 

3/ Adakan pertemuan keluarga

Pertemuan keluarga dapat menjadi suatu wadah untuk saling mencurahkan isi hati serta memberi dukungan satu sama lain. Pertemuan keluarga juga dapat digunakan untuk mendiskusikan berbagai masalah yang dihadapi dan bersam fokus mencari solusi. Hal ini juga dapat meningkatkan kedekatan antar anggota keluarga dan memperkuat dukungan sosial bagi generasi sandwich. 

Menurut penelitian Kusumaningrum (2018), semakin tinggi persepsi dukungan sosial, maka semakin rendah beban pengasuhan yang dirasakan oleh generasi sandwich. Pada kondisi pandemi saat ini, pertemuan keluarga dapat dilakukan melalui daring. Hal ini tidak mengurangi rasa keintiman yang ada di tengah keluarga. 

4/ Pertahankan komunikasi yang baik

Saat lelah dan stres, pola komunikasi dapat sangat terpengaruh dan cenderung mengarah pada pola komunikasi yang lebih emosional. Ketika pola komunikasi diwarnai ketidaknyamanan dan konflik, tingkat stres cenderung meningkat. Pelajarilah cara komunikasi yang asertif dan baik untuk tetap menjaga suasana tenang dan nyaman dalam menjalankan peran sebagai generasi sandwich. 

5/ Lepaskan kendali

Sesekali, lepaskan kendali terhadap segala sesuatu. Perfeksionisme dapat menghasilkan stres yang lebih tinggi. Pelajari cara untuk tidak selalu mengatur semua hal di kehidupan. Lakukan delegasi atau menyerahkan tugas tertentu pada orang lain.

6/ Nikmati momen yang ada

Upayakan untuk dapat menikmati momen yang dimiliki saat ini. Nikmati peran dalam merawat anak dan melihat pertumbuhan serta perkembangan anak, serta nikmati peran dalam merawat orang tua sebagai wujud kasih sayang dan bakti pada orang tua. Buatlah setiap momen menjadi berharga di kehidupan Anda dan keluarga.

Apabila berbagai cara meredakan stres di atas telah dilakukan, tetapi Anda tetap merasa tertekan atau depresi, serta tidak dapat menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari dengan baik, sebaiknya lakukan konsultasi dengan profesional di bidang kesehatan mental seperti psikolog klinis atau psikiater (dokter spesialis kedokteran jiwa). Psikiater akan membantu Anda meredakan ketegangan dan mengelola perasaan yang dialami.

Generasi sandwich yang sehat secara fisik dan mental bisa mengoptimalkan kesehatan dan kesejahteraan tiga generasi, yaitu generasi dirinya, serta dua generasi lain yang dirawatnya. Jadi, tetap sehat jiwa! (f) 


Baca Juga: 
Dampak Pandemi COVID-19 : Milenial Kembali Tinggal dengan Orang Tua
Budaya dan Minimnya Persiapan Hari Tua Dorong Tumbuhnya Generasi Sandwich
Kisah 3 Sandwich Generation Memecahkan Problematika Hidup Mereka

 


Faunda Liswijayanti


Topic

#generasisandwich, #kesehatanmental