
Chef Handi dan hasil kreasinya, Gravity Defying Cake/Foto: Shinta Meliza
“Ikuti saja resepnya. Sebab, yang penting dalam proses baking adalah ovennya. Sebab, meskipun teknik baking bagus, kalau ovennya jelek, maka hasilnya tetap tidak maksimal. Suhu juga penting, harus dijaga agar suhu atas dan bawah pemanggang sama. Ini agar cake tidak kering di salah satu sisi saja,” ungkap Chef Handi, memberikan tipnya.
Sambil melontarkan tip-tip memanggang cake dan dekorasi, tangan Chef Handi tetap bekerja merapikan lapisan fondan cokelat yang nanti akan disusun menjadi cake berbentuk scoop es krim tiga rasa warna-warni.
Di atas tiga scoop es krim tadi, tampak menggantung gelas yang menuangkan semacam sirup ke atas es krim. Dekorasi gelas yang tampak menggantung di udara inilah yang menjad pusat perhatian dari dekorasi berkonsep gravity defying cake.

Apabila dilakukan dengan cinta, apapun masakannya akan jadi lezat, ujar Sisca Soewitomo/Foto: Shinta Meliza
Sama seperti Sisca yang hingga kini masih aktif mengajar sebagai dosen perhotelan dan hali tata boga, Handi pun senang menularkan ilmu dekorasi kuenya. Menurutnya, perkembangan seni dekorasi cake di Indonesia sudah cukup pesat dan menggembirakan. Terutama, jika dibandingkan saat pertama kali ia datang dan membagikan ilmunya di Jakarta di tahun 2012.
“Waktu itu orang belum pernah memegang fondan dan belum paham apa itu ganache. Sekarang mereka punya kreasi dan style sendiri, bahkan ada yang membuka sekolah sendiri. Bangga, melihat bekas murid-murid saya bisa jadi. Ternyata, benih yang saya tanam tumbuh. Ini yang membuat saya senang mengajar,” ungkap Handi, senang.
Baca Juga:
Coffee Roasting 101 di Jakarta Eat Festival 2018
Waktunya Indonesia Membumbui Dunia
Eating Clean, Solusi Sehat ala Inge Tumiwa, di Jakarta Eat Festival 2018
Topic
#JakartaEatFestival, #JEF2018