Celebrity
Taman Bermain Acha Septriasa

28 Aug 2016


Foto: Ferry Zulfrizer

Wajah cantik dan senyum Acha Septriasa (26) yang manis menjadi daya tarik, selain kepiawaiannya berakting yang mumpuni. Di  tiap film yang dibintangi, ia mampu mencuri perhatian publik. Terbukti, berbagai penghargaan pernah ia raih. Tawaran berakting pun seakan tak berhenti menghampirinya. Tidak jarang, para sutradara menghubunginya dan memintanya secara khusus untuk bermain dalam sebuah film.
 
LEBIH MEMILIH AKTING
Tahun 2006, nama Acha melejit ketika membintangi film remaja, Heart. Sejak itu, sosok indahnya kerap menghiasi layar kaca dan layar lebar lewat film, FTV, dan sinetron. Dalam perjalanan kariernya di dunia hiburan, ia sempat menjadi penyanyi dan mengeluarkan album mini berjudul Keputusan Hati (2009).
Namun, banyaknya tawaran bermain film membuatnya memilih meninggalkan dunia tarik suara. Ia memutuskan memilih dunia peran karena baginya film merupakan sekolah, tempat ia tumbuh dewasa bersama karakter-karakter yang ia perankan. Tahun 2016 merupakan tahun sibuk bagi peraih Best Actress Foreign Movie untuk film Love Story di 2nd Corinthian International Film Festival 2011, di Yunani, ini. “Dunia akting itu seperti tempat bermain. Sangat menyenangkan,” katanya.
 
Film apa saja yang Anda bintangi tahun ini?
Hingga bulan Juli, sudah 4 film saya bintangi. Semuanya sudah tayang. Rencananya, sebelum akhir tahun, akan ada 2 film lagi yang syuting di Australia dan Swiss. Baru-baru ini, saya sudah syuting film berjudul Shy Shy Cat yang disutradarai oleh Monty Tiwa. Film itu merupakan film ke-4 saya bersama Monty. Dalam film bergenre komedi tersebut saya bermain bersama Nirina Zubir, Tika Bravani, dan Fedi Nuril.
 
Anda juga ikut road show promo film?
Tentu saja. Menjelang bulan puasa lalu, hari-hari saya diisi dengan kesibukan road show promosi film Koala Kumal, Sabtu Bersama Bapak, dan saat ini sedang promosi film Bangkit. Selain itu, saya juga harus membagi waktu untuk menjalani workshop film Kartini yang sudah mulai proses syuting 19 Juli lalu.
 
Apa peran Anda di film Bangkit?
Di film yang bercerita tentang bencana alam ini  saya menjadi dokter muda bernama Denanda, salah satu tokoh yang sangat berkaitan dengan tokoh utama film ini. Sebagai seorang dokter, Denanda ikut membantu para regu penyelamat dan melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di lokasi bekas bencana. Walau berstatus sebagai seorang dokter, Denanda tidak menganggap pekerjaannya gampang. Tujuan film ini agar orang menyadari bahwa bencana alam bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Bahkan, bencana itu  makin lama makin menghampiri kita.
 
Arti film Bangkit ini untuk Anda?
Film ini memberi saya pelajaran untuk bisa mengendalikan diri dalam keadaan darurat. Saya menjadi tahu, prioritas utama yang harus lebih dulu ditolong atau diselamatkan itu siapa, juga tahu ilmu kedokteran dan tanggap darurat bencana. Film ini  mengajarkan saya tentang kepedulian. Saya sangat berharap, lewat film ini masyarakat akan lebih waspada dan siap ketika bencana alam melanda.
 
Pernah merasakan keadaan darurat bencana?
Pada Desember 2004, ketika terjadi gempa bumi dan disusul tsunami di Aceh, saya sedang berada di Kota Padang sehingga merasakan guncangannya. Kemudian, pada tahun 2008, saya merasakan gempa bumi lagi di Yogyakarta. Kala itu saya sedang  road show promosi film. Walau hanya 4,7 skala Richter,  saya cukup panik.
 
Bermain di 4 film dalam waktu berdekatan, cara mendalami karakter?
Untuk mendalami karakter yang berbeda-beda, saya selalu berpedoman pada script. Mempelajari dan memahami ceritanya dengan baik. Tak lupa pula saya berdiskusi dengan sutradara. Saya juga mesti memiliki imajinasi yang kuat untuk mendukung teori akting yang telah saya kuasai.  
 
Baca juga Acha Septriasa: Dari Sutradara hingga Guru

KOLABORASI DENGAN SENIOR
Bila melihat film-film yang telah ia bintangi, artis berdarah Minang ini selalu menjadi langganan film-film arahan sutradara-sutradara ternama tanah air. Hampir semua genre telah ia bintangi, mulai dari film berjenis drama, action, thriller, hingga biopic. Salah satu film biopic yang ia bintangi adalah film Kartini yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film yang akan diluncurkan April 2017  ini diprediksi akan menjadi film yang fenomenal. “Film ini akan diputar di Belanda. Diikutkan dalam beberapa festival film internasional, seperti Festival International du Film, Tunisia,” ungkapnya.  
 
Peran Anda di film Kartini?
Saya memerankan karakter Rukmini, adik kandung  R.A. Kartini yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo. Rukmini memiliki sifat introver, tapi ia yang selalu menjadi pendukung utama Kartini dalam memperjuangkan impiannya tentang kesetaraan hak wanita. Demi kakaknya, Rukmini bahkan mengurungkan niat untuk sekolah di Belanda.
 
Tantangan berakting di film ini?
Film ini merupakan film pertama saya yang dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris senior. Sebut saja Dian Sastrowardoyo, Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Christine Hakim, Deddy Sutomo, Djenar Maesa Ayu, Denny Sumargo, Dwi Sasono, Nova Eliza, dan Rianti Cartwright. Saya harus memahami karakter mereka untuk menciptakan chemistry yang baik. Mereka adalah orang-orang hebat dan sangat berpengalaman di dunia peran. Memerankan karakter tokoh yang sudah meninggal juga menjadi tantangan. Saya hanya bisa mengandalkan buku-buku untuk mendalami karakter Rukmini. Selain itu, saya harus bisa menggunakan bahasa Jawa, Belanda, dan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Satu lagi, saya harus belajar mengenakan kebaya dengan benar.
 
Pertama kali berakting dengan Dian Sastrowardoyo, apa yang Anda rasakan?
Sempat nervous. Sebelumnya, kami tidak begitu dekat. Kenal pun hanya sekadarnya.  Di dalam film inilah kami menjadi dekat. Saya juga merasa seperti memiliki kakak baru karena Dian kerap mengarahkan dan mengingatkan saya agar fokus. Dia sumber inspirasi saya untuk mencitrakan diri dengan baik di depan orang dan juga menghadapi jurnalis. Saya dulu menonton AADC saat masih kelas 2 SMP.
 
Anda begitu laris di dunia perfilman Indonesia, rahasianya? 
Dalam menjalani karier di dunia hiburan, saya tidak pernah memiliki target yang terlalu besar. Saya juga tidak pernah mengandalkan kecantikan dan penampilan semata atau menggantungkan hidup pada nasib. Tetapi, dengan talenta yang saya punya, saya selalu siap untuk mengambil sebuah kesempatan. Bagi saya, keberuntungan itu tidak akan menghampiri, bila kita tidak kerja keras.
 
Selain itu?
Sebagai bagian untuk menguatkan branding, saya selektif dalam memilih film yang akan saya bintangi. Saya memilih film yang berkualitas, memiliki nilai atau kualitas produk yang bagus. Saya harus pastikan bahwa film yang saya bintangi pasti tayang di bioskop.
 
Apa saja pertimbangannya?
Setidaknya, ada 4 yang menjadi pertimbangan saya. Pertama, cerita yang diangkat harus sesuai dengan visi saya. Ketika saya menempatkan diri sebagai penonton, maka saya memang ingin menonton film itu. Kedua, rumah produksinya harus bisa memberikan nilai produksi yang baik terhadap film tersebut. Ketiga, sutradaranya memiliki track record yang baik. Sebab, sebagus apa pun cerita, bila tidak diarahkan dengan baik, maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Dengan diarahkan oleh sutradara yang hebat, maka talenta saya pun akan tereksplorasi dengan baik. Keempat adalah lawan main. Sebisa mungkin, saya bermain film dengan orang yang berbeda-beda. Bermain dengan orang baru di dalam film menjadi salah proses belajar mengenal karakter orang. (f)

Baca juga Acha Septriasa Tidak Takut Gagal


Topic

#AchaSeptriasa