
Foto: Dok. Pribadi, Faust Photography
Mario Marcella Handika Putra (33), gitaris band Kotak, dan Carolyna Dewi (26) tengah menikmati masa-masa bahagia mengarungi biduk rumah tangga setelah melangsungkan pernikahan pada 13 November 2016 lalu di Yogyakarta. Pria yang akrab dipanggil Cella itu memilih pindah dari Jakarta dan menetap di Yogyakarta demi sang istri yang berprofesi sebagai dokter gigi. Dengan profesi yang berbeda, mereka mulai merancang masa depan keluarga yang lebih baik.
BEDA KARAKTER
Agustus 2013, Cella dan Carol bertemu di sebuah kafe di Yogyakarta. Kala itu Cella tengah berkunjung ke Yogyakarta untuk urusan bisnis. Terpesona oleh kecantikan Carol, ia pun mendatangi dan mengajaknya berkenalan. Namun, saat itu ia kehilangan kata-kata untuk menggali informasi lebih jauh tentang Carol.
Sekembalinya ke Jakarta, Cella tak dapat menghapus senyum manis wanita cantik berjilbab berdarah Jawa itu dari pikirannya. Seperti ada sebuah magnet yang menarik-narik. Tak tahan dengan rasa penasaran, Cella pun stalking akun Instagram milik Carol. Di mata Cella, Carol terkesan cuek dan menanggapinya biasa-biasa saja, meski tahu Cella adalah personel band terkenal di Indonesia.
Komunikasi mereka pun berlanjut lewat telepon, kadang-kadang bertemu saat Cella berkunjung ke Yogya. Sekitar 4 bulan setelah menjalani masa pendekatan, Cella pun menyatakan cinta kepada Carol. Saat itu juga ia menyatakan untuk berkomitmen dan membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius.
Kenyamanan dan sifat mengayomi yang membuat Carol tertarik pada Cella. “Tiap kali ngobrol, kami selalu nyambung, tidak banyak perbedaan pendapat,” ujar Carol, senang.
Mereka juga ternyata memiliki selera musik yang sama, yaitu classic rock. Cella bahkan sempat tidak percaya Carol menyukai musik rock. Sebab, penampilan Carol yang feminin tidak menggambarkan sama sekali bahwa ia penyuka musik rock. “Jarang dan akan sangat sulit menemukan wanita seperti dia,” ujarnya.
Cukup lama mereka melalui masa pacaran jarak jauh, yaitu selama 3 tahun. Selama itu Cella dan Carol saling beradaptasi dan mengenal lebih jauh satu sama lain.
Masa-masa pacaran yang mereka lalui tidak mudah. Hubungan mereka bahkan pasang-surut. Hal ini disebabkan oleh keadaan yang tidak bisa tiap saat bertemu. Di akhir pekan yang seharusnya bisa nongkrong bareng, mereka tidak bisa melakukannya karena Cella harus bekerja, manggung ke luar kota.
Api cemburu pun kerap memicu kemarahan Carol yang ia lampiaskan kepada Cella. “Waktu awal-awal pacaran, dia suka protes karena melihat saya foto bareng penggemar sambil dipeluk-peluk,” tutur pria kelahiran Banyuwangi, 15 Maret 1983, itu.
Berbeda dengan Carol, Cella justru sama sekali tidak pernah cemburu. “Salah satu kunci keharmonisan itu adalah kepercayaan. Kalau saya suka cemburu, tentu dia merasa tidak tenang. Saya membebaskan dia berteman dan beraktivitas dengan siapa saja. Sebab bagi saya, teman adalah rezeki,” tutur Cella, yang mengaku banyak kebiasaan buruknya yang ia tinggalkan demi bisa menyesuaikan diri dengan wanita pujaannya yang religius.
Selain karena memiliki banyak kesamaan minat, karakter yang berbeda hingga 180 derajat darinya yang membuat Cella tertarik pada Carol. Ia percaya, Carol yang anggun, ramah, dan penyabar bisa menjadi sosok yang mampu mengendalikan emosinya yang mudah marah bila ada sesuatu hal tidak sesuai dengan harapannya. “Saya memang mencari wanita yang bisa membuat hidup saya dan keturunan saya lebih baik,” ungkapnya.
Sementara Carol pun bisa menerima kehidupan Cella yang anak band. “Di atas panggung dia memang terkesan cuek. Tapi, setelah itu dia menjadi Cella yang sesungguhnya. Pria baik yang penuh perhatian. Dia humoris, dapat menyesuaikan diri dengan keluarga saya yang agamis,” kata Carol memuji.
SALING MENDUKUNG
Kedekatan Cella dengan Carol sempat tidak mendapat respons yang baik dari keluarga Carol, terutama sang ibu. “Sepengetahuan mereka, public figure seperti personel band selalu kawin-cerai. Itulah yang membuat ibu saya ragu merestui hubungan kami,” kata anak dari 2 bersaudara itu.
Cella memang sudah sejak awal merasa mantap bahwa Carol adalah pelabuhan terakhir hatinya. Salah satu bukti cinta dan keseriusan Cella adalah dengan membangun rumah di Yogyakarta tanpa sepengetahuan Carol.
“Dia cukup sering berkunjung ke Yogya, dan sering juga dia meminta izin pergi. Ternyata, dia pergi untuk melihat perkembangan pembangunan rumahnya,” kata Carol, terharu. Karena tidak sanggup menutupi rahasia besarnya, Cella pun memberi tahu tentang rumah yang seharusnya dijadikan sebagai hadiah pernikahan itu di saat acara lamaran yang diselenggarakan Agustus 2016 lalu.
Itu sebabnya, ketika mendapat hambatan dari pihak keluarga Carol, Cella tidak menyerah begitu saja. Sebaliknya, ia berjuang dan berusaha meyakinkan keluarga Carol. Dalam sebuah pertemuan yang diinisiasi Carol, ia tampil seperti pria pada umumnya. Pakaiannya sopan dan rapi, melepas anting-anting yang selalu melekat di kedua telinganya kala manggung. Usai pertemuan itu, keluarga Carol pun berubah pikiran dan merestui hubungan keduanya.
Mendapat restu dari orang tua, Cella dan Carol seperti mendapat tenaga baru untuk mempererat hubungan mereka. Mereka pun memutuskan untuk menikah pada 13 November 2016 lalu. Dengan konsep rock n roll garden party, Cella dan Carol melangsungkan pesta pernikahan di sebuah tempat di Bantul, Yogyakarta. Di sana, Cella memajang beberapa motor dan mobil klasik.
“Semua tamu bebas berpakaian apa saja. Bahkan yang berpakaian resmi dan rapi tidak diperbolehkan masuk,” ujarnya, tertawa. Pesta itu dihadiri sekitar 500 undangan Cella dan Carol. Ada yang berasal dari Jakarta dan juga Yogyakarta.
Setelah menikah, Cella memutuskan menetap di Yogyakarta. Namun, profesinya sebagai pemusik membuatnya kerap bepergian untuk show. Sebagai istri, Carol selalu mengingatkan Cella untuk menjaga kesehatan lewat telepon. “Kegiatan Cella yang padat, yang harus melakukan perjalanan jauh, dan manggung hingga larut malam tentu rentan mengalami gangguan kesehatan,” ujarnya.
Begitu pula Cella, ia mendukung penuh Carol menjalani profesinya saat ini sebagai dokter gigi. “Saya dorong dia untuk berkarier. Supaya dia mengerti tentang sebuah perjuangan. Seperti saya yang pernah menjadi seorang pengamen jalanan,” tuturnya.
Bagi mereka berdua yang berbeda karakter, saling pengertian dan percaya serta saling menerima kekurangan satu sama lain, menjadi kunci awetnya sebuah hubungan. “Sebuah hubungan akan harmonis bila saling percaya dan pengertian,” kata Cella, tegas.
Cella pun tidak menuntut istrinya untuk selalu melayaninya. Kadangkala, ia menyiapkan sendiri kebutuhannya. “Bila dia ingin minum kopi atau teh, dia bikin sendiri. Bahkan dia memasak untuk hidangan kami berdua,” kata Carol, bahagia. Masakan-masakan tradisional seperti tumis kangkung, sambel terasi dan sambel goreng pete jadi masakan kesukaan mereka.
Selama tidak manggung, Cella benar-benar memanfaatkan waktu itu bersama dengan Carol. Mereka memanfaatkannya dengan jalan-jalan naik motor, dan mengunjungi berbagai tempat kuliner di Yogyakarta. Di rumah, musik-musik classic rock yang menjadi perekat cinta mereka selalu menemani hari-hari mereka. “Salah satu band yang kami sukai adalah Gun N Roses,” kata Cella.
Mereka pun sudah berencana untuk segera punya anak. Namun, mereka tidak mau ngotot. Kelak, bila sudah punya anak, Carol dan Cella memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka untuk memilih jalur karier masing-masing. “Kalau mereka memilih jalur musik, saya sudah punya alat-alat musik seperti gitar untuk mereka gunakan. Namun, bila mereka ingin menekuni profesi lain, kami juga pasti siap mendukung,” kata Cella, optimistis.(f)
Topic
#kisahcinta