Celebrity
Jalan Panjang Karier Ayla Dimitri, Sumber Inspirasi Banyak Wanita Dalam Bergaya

23 Jan 2020


Foto: Dok. Femina Media


Bagi yang gemar mengunggah foto OOTD (Outfit of the Day) atau penggemar mode Indonesia, nama Ayla Dimitri (33) tentu tidaklah asing. Ayla yang pernah mendapat julukan ‘Miss OOTD’ ini memang merupakan influencer fashion yang namanya sudah harum. Ia mengawali karier sebagai pengarah gaya, fashion editor, dan sekarang sebagai seorang content creator. Melalui akun Instagram pribadinya, @ayladimitri, tiap hari ia  menyajikan konten dengan menampilkan gaya yang menarik.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa ada perjalanan panjang yang dihadapi   Ayla untuk bisa sampai ke titik ini. Perjalanan hidupnya tak selalu seindah foto-foto yang mewarnai lini masa media sosialnya. Mulai dari bekerja dari nol, masalah keluarga, hingga isu kesehatan mental yang kini menjadi perhatiannya untuk disebarkan kepada para pengikutnya berdasarkan pengalaman pribadi. Ayla menceritakan kisahnya kepada femina.
 
MEMULAI DARI NOL
Fashion bukanlah hal baru bagi Ayla. Ia telah dekat dengan dunia mode sejak kanak-kanak. Tentu hal itu tidak terlepas dari sosok ibunya, Dian Tanjung, model yang pernah menjadi model cover majalah femina pada tahun 1979. Tak hanya sebagai model, ibunya bahkan punya label mode sendiri.
 
“Sejak kecil saya memang sudah dekat dengan dunia fashion. Saya suka sekali dengan fashion spread. Kadang-kadang iseng mendandani sepupu. Saya buatkan  dress dari scarf, lalu saya pakaikan ke dia,” ujar Ayla, mengenang masa kecilnya.
 
Bisa dibilang, mode sudah menjadi bagian dari hidup Ayla. Itulah sebabnya, ia ingin sekali kuliah mengambil jurusan fashion ketika akan lulus SMA tahun 2005. Sayang, niatnya itu tidak mendapat restu dari orang tua, terutama sang ayah, Irmawan Poedjoadi.
 
“Papa beranggapan bahwa dunia fashion tidak akan menjamin masa depan yang lebih baik. Apalagi pada waktu itu dunia fashion belum seperti sekarang. Masih dipandang sebelah mata,” ujarnya. Karena tidak diizinkan melanjutkan kuliah di bidang fashion, Ayla pun memutuskan mengambil jurusan desain komunikasi visual (DKV).
 
Walau tidak kuliah di jurusan mode,  passion yang besar pada akhirnya tetap membawa Ayla untuk menggeluti dunia ini. Dua tahun terakhir kuliah, ia sudah mulai membuat portfolio styling dengan membantu teman-temannya yang ingin photoshoot untuk kebutuhan clothing line mereka.
 
“Bahkan, saat masih kuliah saya sudah menjadi kontributor untuk beberapa majalah,” tuturnya.
 
Selain mengerjakan portfolio, alumnus SMA Al-Azhar Pondok Labu, Jakarta Selatan, ini juga pernah jadi model untuk kebutuhan halaman mode di beberapa media. Dari sinilah ia mengenal dan membangun jaringan dengan para fotografer dan fashion stylist.
 
Tahun 2010, ia melamar pekerjaan di SUB Magazine. Tanpa proses yang panjang, mungkin karena  memiliki portfolio yang bagus, ia pun diterima bekerja dengan posisi sebagai fashion editor. Sembari bekerja di majalah, ia juga kerja part time sebagai visual merchandiser di The Goods Dept.
 
“Itu adalah masa-masa saya mengeksplorasi. Ternyata, saya tidak terlalu tertarik di retail. Saya pun memutuskan sepenuhnya bekerja di majalah wanita. Di sini saya bekerja mulai dari bawah lagi sebagai fashion writer. Terus menanjak jadi associate fashion editor, lalu menjadi fashion editor. Beberapa tahun kemudian, saya pindah ke platform online khusus fashion,” kenangnya.
 
Wanita penyuka warna hijau ini meyakini bahwa bekerja di majalah, apalagi majalah yang mengulas dan menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan mode, bisa membukakan pintu baginya untuk terjun di dunia fashion lebih dalam lagi.
 
Sejalan dengan berkembangnya penggunaan Instagram pada tahun 2012, Ayla juga menjadi salah satu pengguna dan kerap mem-posting konten-konten yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tawaran demi tawaran kerja sama terus berdatangan. Ia pun melihat bahwa opportunity di luar media jauh lebih menjanjikan dan terbuka lebar. Apalagi banyak tawaran kerja sama yang ternyata melampaui ekspektasinya.
 
“Awal tahun 2015 saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan dan sepenuhnya menjadi seorang content creator yang berbasis pada platform media sosial, khususnya Instagram,” ujarnya.
 
Kala itu, dunia digital memang masih sangat prematur. Tapi, bermodalkan keyakinan, Ayla berani mengambil keputusan untuk menjadi content creator. Hingga Oktober 2019, Ayla telah memiliki sekitar 305.000 pengikut di Instagram-nya.
 
“Saya punya impian, tapi tidak punya plan yang pasti untuk mewujudkannya. Akhirnya saya bisa wujudkan dengan menjadi influencer,” kata wanita peraih penghargaan ZALORA Style Awards 2019 sebagai Female Star of The Year, ini.
 
Pengalamannya bekerja di sejumlah media menjadi bekal sekaligus kekuatan Ayla. Ia mampu menciptakan konten personal yang bisa dikombinasikan dengan konten editorial. Umumnya, brand yang menjalin kerja sama dengannya merupakan klien yang sudah tahu sepak terjang Ayla selama bekerja di majalah. 
 
“Mereka sudah lihat seperti apa saya mengerjakan beauty dan fashion spread, serta cara saya menulis konten-konten advertorial. Profesionalisme saya selama bekerja di media menjadi bekal utama saya untuk bekerja sama dengan brand,” katanya.
 
Ia mengakui, ketika menciptakan konten, ia memanfaatkan momen dan tren. Ia menghadirkan konten yang menarik baginya dan tentunya menarik bagi audience. Salah satu contohnya, konten tentang pernikahan pada Oktober 2019. Ia mem-posting konten menarik untuknya dan ternyata juga menarik bagi audience.
 
Walau tidak bekerja di institusi formal, Ayla tetap menerapkan profesionalisme dan etika dalam bekerja. Secara umum, cara kerja dan kerja tim seperti layaknya media pada umumnya. Dimulai dari membuat konsep, membuat konten berupa foto atau video, serta caption, dan approval.
 
“Pengalaman bekerja di media massa mengajarkan saya soal work ethic dan sistem. Saya harus patuh pada deadline atau time line,” katanya, tegas.
 
Ayla mengatakan bahwa personal branding sangat penting bagi orang seperti dirinya. Untuk itu, ia harus tahu personal karakter dan personal interest-nya. Tahu batasan yang harus disebarkan dan tidak, serta pembawaan diri di depan umum. Didukung dengan cara komunikasi dan penampilan, juga pengetahuan.
 
Ia mengungkapkan, untuk menjadi seorang influencer yang sukses, seseorang harus punya skill komunikasi, storytelling, visual, kreativitas, membaca momen dan tren, social skill, serta energi yang banyak sehingga selalu siap menjalani aktivitas. (f)

Baca Juga:
Alasan Mengapa Fans Tak Perlu Merayakan Turunnya Berat Badan Adele
Perayaan FFI 2019 Yang Penuh Kesan Bagi Kamila Andini
 


Topic

#ayladimitri, #fashion