Career
Sebelum Menolak Tambahan Tugas, Baca Ini!

19 Oct 2016


Foto: Fotosearch

Namanya juga orang Timur. Mengucapkan satu kata ‘tidak’ saja susahnya setengah mati. Kepada siapa pun, entah kepada rekan kerja atau atasan, sama sulitnya. Ada rasa sungkan, nggak enak ati, nggak tega, plus takut dibilang egois dan tidak profesional. Kalaupun akhirnya berani, biasanya buntutnya ada kata maaf yang mungkin diungkapkan berulang-ulang.
 
Padahal, menurut kosultan karier, Sylvina Savitri, seorang profesional itu wajib punya kemampuan untuk bilang ‘tidak’. Sylvina menilai, kalau tidak mau, tidak bisa, atau tidak berani bilang ‘tidak’, kita akan jadi orang paling sibuk di dunia. Semua pekerjaan diterima. Akibatnya, barangkali kita jadi lembur setiap hari. Ditambah lagi, saat weekend pun terpaksa masih menyelesaikan pekerjaan, entah di kantor atau di rumah.

Baca juga:  
Dampaknya? “Keseimbangan hidup kita terganggu, kita jadi tak punya kehidupan pribadi. Kalaupun punya, jadi sangat sedikit. Padahal, keseimbangan antara kehidupan karier dan kehidupan pribadi itu penting demi kemajuan karier itu sendiri,” tutur Sylvina.
 
Misalnya, kalau tiap detik kita dituntut mengejar beberapa deadline sekaligus, dan akhirnya kelelahan, kualitas kerja kita pun terganggu, bahkan bisa menurun drastis. Ujungnya, kita juga yang diomelin karena dianggap tidak bisa mempertahankan kualitas kerja. Belum lagi diomelin pasangan dan anak-anak karena kita nyaris tidak punya waktu untuk mereka. Akibatnya, kita jadi tidak happy, baik di dunia kerja maupun di rumah. Jika beban kerja kita menggunung, Sylvina menegaskan, kita tidak bisa menyalahkan orang lain. Itu salah kita sendiri, karena tidak (atau belum) mampu bilang ‘tidak’.

Baca juga: Namun, bilang ‘tidak’ pun sebaiknya didasari oleh alasan yang tepat. Ada dua jenis ‘tidak’ yang perlu dicermati:
 
1. ‘Tidak’ yang bertanggung jawab. Maksudnya, kita bilang ‘tidak’ dengan alasan yang tepat, yaitu:
- Tugas yang akan dibebankan pada kita tidak punya nilai tambah sama sekali. Artinya, tidak membuat ilmu kita bertambah, atau tidak membuka peluang pintu promosi.
- Kita tidak mampu mengerjakan tugas tersebut. Dengan melihat daftar tugas beberapa minggu ke depan yang sudah padat, kita sudah yakin bahwa tidak benar-benar tidak punya waktu untuk mengerjakannya.
- Pekerjaan itu berisiko tinggi terhadap kehidupan pribadi kita. Artinya, kita tahu bahwa waktu kita akan benar-benar tersita untuk pekerjaan, sehingga akan kehilangan waktu untuk beristirahat dan untuk bergaul.
 
2. ‘Tidak’ yang egois. Ketika semua orang sedang berjibaku dengan deadline, semua sudah mendapat tugas tambahan, sementara jadwal kita sedang kosong, kita cuek saja menolak. Misalnya, hanya karena malas. “Hal itu tidak appropriate. Jangan menolak tugas demi kenikmatan pribadi semata. Memang, kita perlu berjuang untuk kesejahteraan pribadi, tapi kita perlu pintar melihat situasi sekitar kita,” tegas Sylvina.
 
Lalu, bagaimana caranya bilang tidak sehingga nantinya tidak malah disambut dengan kata yang sama? Ikuti 4 langkah ini:
 
1. Minta maaf boleh saja, tapi tak perlu banyak-banyak. Misalnya, “Maaf, Pak, saya tidak bisa mengikuti seminar di luar kota, karena hari itu bertepatan dengan waktu cuti saya, yang sejak sebulan lalu sudah disetujui.”
 
2. Ucapkan dengan kalimat yang pendek, to the point, dan jangan terbelit-belit. Makin panjang alasan, kemungkinan terjebak pada kalimat-kalimat itu sendiri, makin besar.
 
3. Jangan mengungkapkan alasan yang dibuat-buat. Misalnya, “Wah… sepertinya pas acara ulang tahun kantor kita, saya pas sedang mens, Bu. Biasanya perut saya sakit banget, tuh. Jadi, kayaknya saya nggak bisa jadi penanggung jawab acara.”
 
4. Untuk mendukung ‘penolakan’ Anda, bawalah data-data yang benar. Misalnya, data pekerjaan Anda selama satu bulan terakhir dan rencana kerja Anda dalam 2 minggu ke depan. (f)
 
Veronica Wahyuningkintarsih


Topic

#TipKarier