Career
Agar Tren Tidak Menjadi ‘Racun’ untuk Produk

8 Aug 2019


Bisa nggak, sih, kita mengadaptasi tren baik yang lokal maupun tradisional? Bagaimana tren tidak meracuni produk sehingga terlihats ebagai produk copycat? Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap muncul saat seorang pemilik bisnis ingin berinovasi atau mengembangkan produknya sesuai tren.

Ketika berbicara tentang tren, tak semata hanya berkaitan dengan dunia fashion. Tren bisa berlaku di berbagai bidang. Menurut Nonita Respati, desainer sekaligus founder Purana Indonesia, clothing line yang mengusung wastra Indonesia, siap saja bisa menjadi trendsetter atau pencipta tren.

Namun yang perlu diperhatikan, menurut Nonita adalah bagaimana tren yang diaplikasikan ke produk tidak justru ‘merusak’ produk kita. Sebagai seorang desainer atau pemilik brand, kita harus sensitif dalam membaca tren, agar kita bisa membuat produk yang relevan, kekenian, dan bisa dinikmati dan dibeli.

Inovasi menjadi kata kunci agar produk bisa bertahan. “Kalau kita punya label fashion dan tiap season mengeluarkan yang itu-itu saja, orang akan mudah bosan,” ungkap Nonita, dalam acara Wise Women Masterclass yang berlangsung di Semarang, beberapa waktu lalu. 

Noni juga membagi pengalaman dalam mencari sumber tren. Baginya, sumber tren yang terpercaya itu penting, bisa didapat lewat situs terpercaya atau media massa.

Lalu, faktor apa saja dalam tren yang harus diperhatikan?
1/ Warna
Warna faktor penentu utama ketika kita mau beli baju. Mengerti warna yang lagi tren sangat penting.

2/ Potongan/cutting
Sering terjadi, dalam mengadaptasi tren, produk bisanya mengkopi langsung dari runway. “Ple-plekan contek hanya diganti kain batik saja,” kata Noni. 

Menurut Noni, ini sangat berisiko. “Sebetulnya dengan mengetahui teknik potongan, ketika baju kita dipakai maka tidak miring-miring atau kerut-kerut sehingga konsumen yang membeli tidak merasa rugi sudah mengeluarkan uang ntuk produk kita. Purana sendiri banyak bermain di cutting yang oversize agar bisa masuk ke konsumen yang beragam,” jelas Noni membagi trik.

3/ Mix & Match
Harus dipahami, agar bisa membuat konsumen membeli barang kita lebih dari satu, kita harus mampu melakukan mix & match produk. Misalnya, outer dipadu padan dengan produk atasan atau celana. Hal ini akan membuat konsumen impulsif membeli.

Noni mengingatkan, dalam mengaplikasikan tren global, hindari mengopi. “Kecenderungan banyak orang adalah menjiplak. Hal ini pada akhirnya akan membuat DNA produk kita tidak terbentuk sehingga bisa membingungkan orang yang mau mencari brand kita,” pesannya. Mengambil sebuah tren itu bukan dengan cara mengkopi, melainkan esensi.

Yang tak kalah penting adalah menyelaraskan tren dengan melihat demografi konsumen, usia, profesi, habit berbusana, iklim tempat kita menjual produk dan sebagaimana. “Usahakan untuk komunikasi dengan chanel atau reseller kita di setiap kota, karena pengalaman saya di tiap kota dan daerah berbeda item yang diminati,” katanya. (f)


Faunda Liswijayanti


Topic

#bisnis, #wanitawirausaha, #bisnisfashion