BizNews
Tak Hanya Promosi ke Pasar Ekspor, Pemenang GDI Siap Digandeng KADIN

16 Aug 2021


Foto: Shutterstock
 
Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) telah mengirimkan 20 produk dari para pemenang ajang Good Design Indonesia (GDI) dari kategori GDI Best untuk mengikuti ajang G-Marks di Jepang. Keikutsertaan produk-produk lokal dari berbagai wilayah di Indonesia ini diharapkan mampu  mewakili Indonesia di ajang bergengsi tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Marolop Nainggolan, Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Ditjen PEN, Kemendag. Menurutnya, 20 produk yang dikirimkan ke Jepang tersebut telah melalui seleksi dan kurasi yang ketat selama masa penjurian ajang GDI 2021. “Produk-produk ini adalah yang terbaik di antara produk-produk lainnya,” kata Marolop.

GDI 2021 diikuti oleh 427 produk  dari 20 kategori. Jumlah ini meningkat sekitar 70 persen dari jumlah produk yang didaftarkan pada ajang GDI tahun sebelumnya yang berjumlah 251 produk. “Ini menunjukkan jika kompetisi ini semakin diminati oleh produsen-produsen lokal di Tanah Air,” jelas Marolop.

Menurutnya, perhelatan GDI telah banyak membantu produsen lokal dalam mengembangkan bisnisnya. “Tak hanya mendapatkan label GDI yang meningkatkan brand value mereka di pasar, pemenang juga memiliki kesempatan mendapatkan berbagai fasilitas yang membantu mendorong peningkatan produk mereka,” kata Marolop.

Pemenang GDI, tambah Marolop, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai event, pameran, hingga dipertemukan dengan para investor dan buyer. Misalnya, mengikuti promosi dalam kegiatan JETRO berupa business matching dan kegiatan yang berkerjasama dengan ASEAN-Korean Centre. “Dalam event ini ada semacam kegiatan kompetisi antar start up dan juga business matching,” kata Marolop.

Para pemenang GDI juga memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di atase perdagangan Republik Indonesia yang ada di beberapa negara. “Pemenang GDI kita bantu untuk melakukan promosi di kegiatan-kegiatan tersebut,” jelasnya.

Menurut Marolop, selain untuk meningkatkan nilai ekspor produk Indonesia, ajang GDI diadakan supaya produk-produk lokal memiliki daya tarik untuk pasar ekspor. “Salah satu strategi untuk meningkatkan daya tarik produk lokal agar dilirik oleh pasar ekspor adalah desain produknya, terutama untuk pasar menengah ke atas” kata Marolop.

Kemendag, menurut Marolop, memang membidik konsumen kelas menengah ke atas untuk target pasar ekspor para pemenang GDI. “Berbeda dengan pasar kelas menengah ke bawah yang lebih tertarik dengan harga murah, pasar menengah ke atas ini lebih melihat desain dan value produk yang dijual di mana harga bagi mereka bukan menjadi masalah,” tutur Marolop.

Karena itu, menurutnya, GDI melibatkan juri dari berbagai kalangan profesional dalam menilai produk-produk yang didaftarkan. “Para juri ini yang kemudian memberikan edukasi kepada para peserta agar mereka bisa mengembangkan produknya,” kata Marolop.

Hal ini diakui oleh pemenang GDI of The Year 2019, Freddy Chrisswantra dari PT Bana Andaru Nusantara, Bandung. Menurutnya, GDI bukan sekedar sebagai ajang keren-kerenan namun memiliki manfaat yang jauh lebih penting dari itu. “Saya bisa promosi di pameran-pameran di luar negeri, diundang untuk berbicara di berbagai seminar di luar negeri hingga bertemu dengan investor,” katanya.

Freddy mengaku keikutsertaannya dalam ajang GDI telah mendongkrak nama brand yang ia miliki. “GDI membantu kami untuk mempromosikan produk pada berbagai ajang pameran di luar negeri,” katanya. Selain itu, tambah Freddy, selama mengikuti GDI dirinya bisa mengikuti trend pasar, membaca kompetitor atau persaingan di pasar ekspor. “Yang lebih penting adalah bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan yang kita miliki,” tuturnya.

Pada GDI 2019, salah satu produknya, yaitu Natha, berhasil menyabet gelar sebagai GDI of The Year 2019. Sebuah penghargaan tertinggi dalam ajang yang diadakan setiap tahun tersebut. “Sebagai pemain baru, kami tentu bangga bisa menang di ajang GDI ini karena sangat membantu sekali dalam meningkatkan value dan positioning brand kami di Indonesia,” kata Freddy.

Saat ini, menurut Freddy, brand Bana sudah mampu melakukan ekspor ke berbagai negara Eropa dan Asia. Antara lain Korea Selatan, Spanyol, Belgia, Finlandia, Australia, Amerika, dan Amerika Selatan. “Untuk volume penjualannya sendiri sudah mencapai angka di atas 1.000 produk,” tutur Freddy.
Tawaran dari KADIN dan Alun Alun

Menurut perwakilan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan Managing Director of Alun-alun, Catharina Widjaja, pihaknya sangat berterima kasih karena dilibatkan dalam penjurian GDI 2021. “Kadin akan membantu mempermudah perusahaan-perusahaan pemenang GDI dalam melakukan ekspor,” katanya.
Menurutnya, produk-produk yang dilombakan dalam ajang GDI 2021 cukup baik dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk ekspor. “Karena itu saya melihat salah satu poin dalam penilaiannya adalah menekankan apakah produk tersebut memiliki nilai sebagai produk ekspor yang akan menghasilkan devisa bagi negara,” jelasnya.

Untuk bisa memasuki pasar ekspor dan bersaing, menurut Catharina, produsen harus memperhatikan kualitas dan keberlanjutan produknya. “Kualitas tentu yang utama, sementara keberlanjutan atau sustainability harus dijaga, jangan hanya bisa memproduksi satu produk kemudian menghilang,” katanya. Menurutnya, produsen jangan ragu untuk menyematkan harga mahal jika memang kualitas produk yang dimiliki baik.  

Catharina juga menawarkan kepada para pemenang GDI untuk mempromosikan produk-produknya di Alun Alun. “Kami memiliki anak perusahaan yang bernama Out of Asia di mana kami memasarkan produk lokal untuk ekspor, produk GDI bisa menjadi vendor kami,” katanya. Syaratnya, menurut Catharina, cukup mudah, yaitu memiliki bahan baku atau desainer dari Indonesia.

Alun-Alun, kata Cahtarina, juga akan membantu meningkatkan product value para produsen. “Kami akan mengedukasi mereka bagaimana agar produk yang dipasarkan sesuai dengan selera pasar ekspor, mulai dari desain hingga kemasannya,” katanya.

Catharina menegaskan bahwa sudah waktunya produk-produk Indonesia naik kelas. “Artinya, jangan mau dihargai dengan harga murah terus, tawarkan dengan harga mahal karena itu sesuai dengan kualitas dan value yang dimiliki,” jelasnya. Menurutnya di balik itu semua adalah adanya penghargaan yang lebih tinggi dari para supplier bahan baku produk yang dipasarkan.

Wiko Rahardjo (Kontributor)
 
Baca juga: Produk Semakin Kreatif, Proses Penjurian Good Design Indonesia 2021 Cukup Ketat
 
 
 


Topic

#GoodDesignIndonesia, #GDI2021, #kadin, #kemendag