BizNews
Kreatif Bermain Sambil Belajar di Daerah Bencana

5 Oct 2019

Foto: unsplash

Tak bisa dipungkiri, bencana gempa bumi pada Juli 2018 lalu menyisakan trauma mendalam pada warga Lombok Timur, terutama anak-anak usia di bawah 6 tahun. Tempat berlajar mereka pun banyak yang terkena dampak. Sebagai wilayah terluas di Nusa Tenggara Barat, kawasan ini memiliki sekitar 400 lokasi Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Anak Usia Dini yang menangani sekitar 16.000 anak. Dan separuh dari jumlah seluruh sekolah itu mengalami kerusakan.

Syukurlah, meski masih ada trauma, menurut Drs. Suka MPd, Kepala Balai Pengembangan PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Nusa Tenggara Barat, kini anak-anak sudah cukup antusias lagi mengikuti kegiatan belajar di bangunan sementara, tenda-tenda, dan bangunan permanen sudah dibangun kembali. Namun bukan berarti tanpa tantangan. Anak-anak di wilayah bencana memiliki masalah yang jauh lebih berat sehingga sulit menerima pelajaran. Metode belajar sambil bermain bisa jadi salah satu jawaban. 

Guru dituntut untuk kreatif./ Foto: dok. JIS

Bermain adalah salah satu cara penting bagi anak dalam menggali keterampilan dan kemampuan berpikir. Anak pun dapat terlibat aktif secara fisik dan mental dalam pengalaman ini sehingga mereka dapat berekspresi, merasakan tantangan baru serta mencari tahu lebih jauh tentang lingkungan di sekitarnya. Sayangnya, guru-guru di Lombok kesulitan menemukan alat bermain yang memadai. 

Tak hanya daerah bencana, sesungguhnya banyak daerah di Indonesia juga mengalami kesulitan untuk menemukan alat yang dapat dimanfaatkan untuk metode belajar sambil bermain. Inilah yang menjadi alasan diadakannya workshop Jakarta Intercultural School bekerja sama dengan Direktorat PAUD & Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dipimpin Greg Zolkowski, Community Educational Outreach Coordinator JIS, workshop dilakukan di lokasi bencana di Selong, Nusa Tenggara Barat.


Alat pengajaran menggunakan sumber daya yang ada./ Foto: dok. JIS


Sebanyak 30 guru dari 20 sekolah TK dan PAUD menghadiri dan terlibat aktif dalam sejumlah workshop yang diinisiasi JIS tersebut. Materi yang diberikan antara lain mengembangkan pemikiran matematika melalui permainan, mengembangkan pembelajaran sosial-emosional melalui permainan drama dan strategi membangun bahasa dan literasi.

Workshop bertujuan menginspirasi para guru setempat agar lebih kreatif memanfaatkan benda maupun barang bekas dari lingkungan sekitar yang tetap bisa digunakan untuk menggali kemampuan anak dalam proses belajar. Mereka bisa menyentuh dan merasakan langsung benda-benda, seperti kayu, daun-daun kering, botol atau barang bekas lain. Workshop ini dilakukan dengan perspektif bahwa guru-guru di wilayah bencana ini tidak memiliki sumber daya apapun di lapangan.

“Periode TK dan PAUD merupakan masa kritis bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan kognitif, kompetensi sosial, emosi serta kesehatan mental. Ini adalah  fondasi bagi mereka untuk meraih sukses saat dewasa," ujar Tarek Razik, Head of School Jakarta Intercultural School

Diharapkan selain dapat menginspirasi para guru untuk dapat memotivasi anak-anak agar terlibat dalam proses belajar yang menyenangkan, juga dapat membuat guru memahami model pembelajaran aktif, dan lebih peka lagi menggunakan bahan dari alam di sekitar untuk pembelajaran. (f)

Baca Juga:

Culinary And Shopping Festival Kembali Digelar
Professional Power Dressing : Busana Kerja yang Tepat Memberikan Impresi yang Baik
Kampanyekan Pedas yang Benar


Topic

#pendidikan