
Meski kesannya sarat konflik, keinginan untuk bisa mewujudkan pesta pernikahan impian bukanlah hal yang mustahil kok. Lagi-lagi, ini hanyalah masalah bagaimana Anda mengomunikasikan apa yang menjadi keinginan Anda kepada orang tua. “Ini adalah pernikahan Anda. Jadi, pastikan Anda lebih asertif,” tegas Psikolog Rosalina Verauli.
Sikap asertif ini meliputi keberanian untuk mengungkapkan apa yang menjadi hak dan kebenaran bagi Anda, tentang apa yang benar-benar Anda inginkan. Ketika Anda bisa melakukannya, maka beban emosional yang sebelumnya mengimpit, akan terangkat. Kelegaan ini akan membuat langkah-langkah berikutnya menjadi lebih mudah. Sebab, Anda tidak lagi dikuasai emosi.
Namun, karena merupakan bagian ekspresi dari komunikasi, sikap asertif perlu dilatih. Meski mengungkapkan pemikiran dari sudut pandang pribadi, di saat yang bersamaan Anda juga dituntut untuk menghargai pemikiran dan sudut pandang orang lain. ”Perhatikan dan pertimbangkan juga nilai-nilai budaya yang berlaku dalam keluarga Anda. Jangan sampai Anda menjadi anak durhaka,” lanjut Verauli.
Tren pesta pernikahan memang telah bergeser. Sebagai seorang wedding organizer, Ria Indra mengamati, makin hari para calon pengantin lebih memilih jenis resepsi ’minimalis’. Sebab, pesta atau resepsi itu kan bukan tujuan atau inti dari pernikahan itu sendiri. Pernyataan ini dapat membantu mendudukkan masalah sesuai perspektif dan porsinya.
Ria menyarankan untuk memfokuskan pendekatan kepada nalar atau pikiran yang logis. Misalnya, Anda dan pasangan sepakat untuk tidak terlalu banyak mengundang orang, karena sebagian dana disimpan untuk membayar uang muka rumah. Penjelasan yang bertitik tolak pada rencana masa depan ini yang perlu dipaparkan kepada orang tua.
Selain itu, rasa pengertian dan empati juga penting dikembangkan. Bahwa orang tua juga memiliki angan tentang pesta pernikahan putra-putrinya yang mungkin juga telah mereka impikan, bahkan sejak Anda masih kecil. Namun, di balik semua keinginan tadi, orang tua tetap mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya. ”Begitu orang tua mulai memahami alasan di balik keputusan Anda untuk menekan anggaran, saya yakin mereka bisa menerima argumen Anda dengan baik,” ujar Ria.
Setuju dengan Ria, Verauli menambahkan bahwa penting bagi pasangan untuk melakukan pembahasan mendalam sebelum mereka datang mengutarakan rencana pernikahan mereka kepada orang tua.
Pembahasan antara pasangan ini hendaknya tidak melulu berkisar pada konsep pernikahan, tapi pada kehidupan setelah pernikahan. Ingin tinggal di mana setelah menikah, dan apakah Anda berdua punya tabungan yang cukup? Bukan tidak mungkin setelah menikah tiba-tiba pasangan di-PHK. Atau, belum lama menikah, Anda tiba-tiba hamil, sehingga butuh persiapan biaya lebih. ”Pastikan Anda berdua punya dana darurat yang sama sekali tidak terganggu dengan adanya pesta pernikahan,” pungkas Verauli.(f)