
Terpesona montor mabur
Mimpi Susi yang menggelitik sejak sekitar 40 tahun silam adalah punya montor mabur (pesawat terbang), yang sesekali ia saksikan melintas terbang tinggi di atas kepalanya, jauh di atas petak kebun kelapa milik ayahnya. “Montor mabur, montor mabuuur…! Bagi duiiit…!” Begitulah Susi kecil selalu berteriak-teriak gembira, baik ketika ia sendirian atau saat main rumah-rumahan bersama teman-teman sebayanya, tiap kali melihat montor mabur melintas di udara pesisir Pangandaran, Ciamis Selatan, Jawa Barat, kampung halamannya.
‘Mimpi’ anak petani kelapa itu juga kerap terbawa tidur, ke alam mimpi sebenarnya, di mana ia sering merasa terbang dengan pesawat miliknya sendiri ke mana ia suka. Bahkan, ia merasa kerap nyetir pesawat sendiri. Mimpi yang menurut ibunya, Hajjah Suwuh Lasminah, amat nyeleneh! “Lha, wong, anak desa, kok, mimpi punya montor mabur!” celetuk ibunya, sambil mesem ke arah Susi, awal Desember lalu (2009), di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Susi balas tersenyum seraya menyodorkan sekaleng minuman dingin kepada sang ibu, lalu duduk di samping ibunya sambil memijat-mijat punggung wanita tua berkerudung itu. Santun dan sederhana.
Susi menyimpan mimpinya itu rapat-rapat hanya untuk dirinya. Tetapi, dalam keseharian, tak jarang letup angan-angan itu terkuak juga. Sering tanpa sadar ia bergumam, “Kapan, ya, aku punya kapal terbang, biar bisa keliling dunia…?” Gumam yang tentu saja kerap ditertawakan teman sepermainan. Susi tak marah. Dalam gumaman itu seakan-akan ia terus memupuk cita-citanya.
Di sekolah, saat pelajaran menggambar, sering tanpa sadar pensil di tangannya mencoret-coret kertas, membentuk gambar pesawat. Lucunya, dalam badan pesawat itu, dia memenuhinya dengan gambar ikan-ikan dalam keranjang. Gurunya sering heran dan berucap, “Pesawat terbang mahal-mahal, kok, dimuati keranjang ikan? Bau amis, atuuuh…!” kenang Susi, menirukan kritik gurunya.
Entah apa ada hubungan dalam bawah sadar antara gambar pesawat terbang yang kadang melintas di angkasa kampungnya, dengan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan yang sehari-hari dilihatnya? Susi sendiri hanya mesem saja ketika ditanyakan. Yang pasti, mimpi anak pantai yang oleh banyak orang disebut tak masuk akal itu terwujud sejak enam tahun lalu, ketika ia berhasil membeli pesawat pertamanya.
Kini, puluhan pesawat telah dimilikinya. Dan, besar kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah. Tak kalah unik, pesawat-pesawat terbang itu ia beli dan wujudkan dengan tujuan awal: untuk dagang ikan. Tiap hari, armada udara miliknya terbang ke berbagai pelosok pesisir Indonesia, membeli berjenis ikan dan udang pilihan, langsung dari tangan nelayan dengan harga bagus, membawanya terbang segar-segar ke berbagai pasar potensial di banyak negeri
“Mimpi itu tidak dosa, lho!” ucap Susi. Sementara sang ibu menimpali dengan komentar lebih sederhana lagi, “Anakku wedhok (perempuan) satu ini memang gila….” (f)
HERYUS SAPUTRO