Fashion Trend
Rancangan Terkini Busana Muslim

1 Dec 2015

    Rancangan terkini muncul di peragaan yang dikurasi oleh majalah Laiqa dan HijUp.com, sebuah e-commerce khusus busana muslim. Muncul dalam tajuk Simulacrum, sebanyak 12 label terinspirasi dari sculpting dan eco-friendly building yang kental akan sentuhan clean-cut, minimalis, modern, serta futuristis.
    Tema ini diangkat berdasarkan riset yang diketahui dari penjualan di butik online tersebut, bahwa potongan yang serba pas sudah ditinggalkan. “Sekarang kunci berbusana muslim adalah mix and match,” jelas Hanna Faridl. Timnya mendorong para desainer untuk mengedepankan detail dimensional dekoratif melalui manipulasi tekstil, moulage dan teknik jahitan inspiratif. Hasilnya, potongan dengan pola arsitektural mendominasi panggung peragaan lewat ragam busana kerja dan cocktail dalam warna putih, biru, dan taupe.
    Di sini, Hannie Hananto yang sehari sebelumnya memamerkan koleksi utamanya bersama desainer lain yang tergabung dalam HijabersMom, mengeluarkan second line Anemone. Hal ini patut diapresiasi, sebab Hannie cerdas mengambil hati hijaber muda lewat two pieces, wide legged pants, dan atasan melebar ke bawah yang kekinian. Eksekusinya memang jadi terlihat lebih matang ketimbang desainer lainnya.
    “Mode busana muslim ini makin lama makin tidak bergerak, pasif, padahal industri busana muslim Indonesia makin berkembang  tiap tahun. Ide desain kebanyakan desainer stuck karena banyak  terjadi  plagiatisme di dunia busana muslim. Oleh karena itu, saat HijUp mengutarakan konsep yang fresh dan baru di industri busana muslim, saya bersemangat. Saya harus  mencoba ini adalah sesuatu yang baru dan saya harus memperluas networking ke generasi yang lebih muda,” ungkapnya.
    Desainer lain, Elmeira, menciptakan cape beraksen lipatan di bahu, Kami Idea menginterpretasikan konsep sculptural lewat detail origami khas Jepang, sementara label SAE terinspirasi dari unsur makhluk hidup yang ada di laut. Selanjutnya, ada Shafa yang merilis koleksi lebih mewah dengan menawarkan embellishment berhias manik-manik bebatuan pada bahan dasar linen, katun, dan sutra.
    Lain lagi dengan Zaskia Mecca, yang menghadirkan koleksi serba tumpuk.  Zaskia ingin menunjukkan wanita yang kuat dan berani untuk menjadi berbeda lewat pemakaian kain sutra ikat Makassar dengan kombinasi warna merah, oranye, biru, dan hitam. Kain sutra tersebut dikombinasikan dengan tenun polos berwarna merah, kuning, oranye, biru, dan hitam. Jubah dengan tudung, atasan sutra, dan celana tenun kulot menampilkan kesan mewah pada busana rancangannya dengan merek Maccanism.
    Bagaimanapun, rancangan busana muslim yang siap pakai, sama halnya dengan rancangan busana biasa mana pun, tetap harus terasa masuk di akal. Mulai dari konsep, pemilihan bahan, siluet, hingga styling (tataan keseluruhan penampilan) akhir. Apabila kita belajar dari peragaan busana di semua pusat mode dunia, styling busana siap pakai di catwalk selalu lebih masuk akal ketimbang untuk keperluan editorial di majalah.
    Styling inilah yang terkadang dapat ‘mengangkat’ atau justru melemahkan sebuah tampilan. Di Indonesia, tak semua desainer ternama (termasuk yang non busana muslim), dapat mengeksekusi hasil rancangannya ke dalam tataan keseluruhan tampilan akhir yang enak dilihat. Dengan tambahan kerudung yang beraneka macam dan bentuk, justru seorang desainer busana muslim harus lebih cermat lagi dalam menata total look yang ingin ditawarkan.
    Norma Hauri misalnya, berhasil memadukan bahan jacquard, lace, gabardine, dan katun dengan bahan modern seperti organza, parachute silk, dan neoprene dalam menghasilkan potongan klasik dengan tampilan modern. Kerudung yang ditampilkan juga tak berlebihan, namun menarik. Untuk tampilan siap pakai, ia memadukan dalaman  warna putih dengan luaran berbentuk kardigan panjang yang pada bagian bawahnya diberikan detail brokat. Sementara untuk bawahan, digunakan celana berpotongan klasik dengan paduan warna hitam dan biru.
    Styling juga harus dipikirkan dengan kebutuhan para konsumennya. Sebuah tampilan dengan inspirasi olahraga yang diangkat oleh Dian Pelangi untuk koleksi  utamanya, jadi terlihat membingungkan. Apabila memasuki ranah olahraga, pemilihan bahan merupakan pertimbangan yang utama. Namun, di sini kita melihat aneka bahan tak hanya kaus, PVC, hingga motif tenun ke dalam satu tampilan. Nah, pertanyaannya, apakah mungkin kita mengenakan siluet rok maksi superlebar, taburan aksen payet, tekstur berbulu, motif tenun untuk bermain tenis atau bersepeda sehari-hari?
    Atau ada aksen aksesori kepala untuk  rancangan Zaskia Sungkar. Artis cantik ini mengusung tema Batavia untuk 12 koleksi dengan menambahkan unsur yang dianggap sinkron dengan tema tersebut. Kita tak hanya melihat aksesori kembang goyang ditusukkan di atas kerudung, namun juga penambahan gambar Monas serta gedung pencakar langit ibu kota di bagian dada, pinggang, dan ujung rok, yang  terasa tidak menyatu.
    Apakah para desainer muda ini sudah memiliki orisinalitas dalam kreasinya? Bisa iya, bisa tidak. Hannie Hananto menambahkan bahwa kecenderungan di industri busana muslim ini kurang fokus. “Lagi tren ini, semua bikin tren ini. Lagi tren itu, semua bikin tren itu. Ini bisa mengakibatkan desain busana muslim stuck, tidak berkembang. Ini berbahaya… amat disayangkan,”  ungkapnya. (f)
   
Khairiyyah Sari