
Tahun 1977, wartawan dan budayawan Mochtar Lubis menyampaikan pendapat kontroversial tentang karakter manusia Indonesia, salah satunya adalah orang Indonesia itu percaya takhayul. Kini, lebih dari 30 tahun kemudian, ’sentilan’ beliau ternyata masih relevan. Heboh berita tentang pejabat dan artis yang berkonflik dengan penasihat spiritual jadi bukti.
Nasihat ’eyang’
Di negeri ini mudah saja menemukan berita tentang artis A yang ’berguru’ pada ’embah’ ini, atau pejabat yang meminta nasihat ’eyang’ itu. Istilah penasihat spiritual pun jamak terdengar. Yang meminta nasihat pun tak kenal batas, dari rakyat biasa dengan ekonomi pas-pasan, hingga pengusaha besar dengan status sosial dan pendidikan tinggi.
Terlepas merasa perlu atau tidak, di masyarakat istilah penasihat spiritual ditafsirkan berbeda-beda. Secara sederhana, Achmad Munjid, dosen Center for Religious and Cross-Cultural Studies, Pascasarjana Universitas Gajah Mada mengatakan, seorang penasihat spiritual itu biasanya seseorang yang dipandang oleh sekelompok orang memiliki kemampuan sehingga dimintai rujukan tentang bermacam soal. Namun, karena orang memahami kata spiritual yang berbeda, maka berbeda pula arahnya.
”Jika orang itu memahami bahwa spiritual berhubungan dengan dunia rohani, dia akan memandang orang yang paham dunia keagamaan, seperti romo, kiai, atau pendeta sebagai penasihat spiritual, yaitu seseorang yang bisa dimintai saran yang berhubungan dengan hukum keagamaan,” jelasnya.
Di sisi lain, ada sekelompok orang yang memahami wujud spiritual itu sebagai dunia paranormal. Mereka inilah yang kemudian menganggap penasihat spiritual adalah seseorang yang memiliki kemampuan paranormal (tidak lumrah dalam kehidupan sehari-hari). Saat mereka ditimpa masalah, sakit, misalnya, yang mereka anggap di luar kewajaran, mereka meminta nasihat dari orang yang dianggap berkemampuan paranormal.
Karlina Supelli, dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, membedakan dengan tegas antara penasihat spiritual dengan dukun atau paranormal. ”Spiritual terkait dengan kepercayaan bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar dari diri kita yang mengatur dan menentukan segalanya, meski tidak berarti kita tidak berusaha melakukan sesuatu,” katanya, menjabarkan. Terkadang, dalam melaksanakan kepercayaan spiritualnya, seseorang membutuhkan bimbingan dari seseorang yang disebut pembimbing rohani, dan semua nasihat yang diberikan sesuai dengan nilai-nilai dalam agama.
Ini jelas berbeda dengan praktik-praktik perdukunan, yang berakar dari tradisi, mitos (mistis), dan kepercayaan pada kekuatan roh-roh dan tenaga gaib. Saat seseorang mengaku atau ’dikabarkan’ mampu mengendalikan dan berkomunikasi dengan roh atau tenaga gaib, maka ia merasa layak disebut penasihat spiritual.
Menurut Karlina, sebenarnya istilah penasihat spiritual digunakan untuk ’memperhalus’ istilah dukun. Namun, akibatnya, istilah kiai yang seharusnya mengacu pada alim ulama suatu agama, juga digunakan oleh seorang paranormal.
Selain penasihat spiritual, istilah lain yang juga sering digunakan adalah orang pintar. Istilah orang pintar ini, menurut Munjid, berasal dari Jawa untuk mendeskripsikan seseorang yang memiliki kemampuan metafisika dan telah melakukan perjalanan batin. Dan kini, semua istilah itu telah bercampur aduk.(f)