
Ada Eko ‘Patrio’, Venna Melinda, alm. Adjie Massaid, Angelina Sondakh, dan Theresia Pardede yang sudah mengundurkan diri. Sementara yang sempat mencoba namun tidak berhasil antara lain Julia Perez dan Saiful Jamil.
Menurut peneliti senior Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, fenomena artis mendadak terjun ke dunia politik ini memang berkebalikan dengan yang terjadi di luar negeri. “Konsep partisipasi aktif dalam kegiatan politik dan kesadaran diri bahwa mereka tidak dalam posisi yang tepat untuk mencalonkan diri sebagai pejabat, belum terjadi di Indonesia,” katanya.
Selain itu, kegiatan politik yang dilakukan para artis tanah air umumnya bukan berdasarkan pada kesadaran politik ataupun rasa nasionalisme. Menurut Burhanuddin, dibandingkan profesi lain, selebritas memiliki posisi tawar yang tinggi justru karena mereka merasa dibutuhkan untuk meningkatkan popularitas partai dan kadernya. “Mereka yang diminta untuk mengisi acara dan meramaikan kampanye biasanya justru meminta bayaran mahal,” ujarnya menyayangkan.
Yang lebih gawat lagi, kata Burhanuddin, adalah selebritas yang mengambil jalan politik karena merasa pamor dan pendapatannya sudah menurun. Pikirnya, tak ada salahnya coba-coba. “Motivasi untuk menjadi politisi bukan lagi karena ingin membuat negara ini jadi lebih baik. Tapi, membuat namanya sendiri jadi lebih baik,” ungkap Burhanuddin.
Sementara, partai-partai yang mengarbit para artis untuk menduduki posisi-posisi penting memilih jalan pintas ini hanya dengan mempertimbangkan popularitas mereka saja. Selebritas diharapkan dapat menjadi mesin pencetak suara. “Kompetensi mereka, ya, popularitas mereka itu,” kata Burhanuddin, yang menambahkan bahwa tidak semua selebritas di arena politik menempuh jalan ini. “Ada beberapa dari mereka yang memang sudah aktif sejak lama dan kompeten di bidangnya. Kebetulan saja mereka berstatus artis.”
Burhanuddin menuturkan, beberapa partai yang memilih jalan pintas ini ada yang sengaja mengadakan semacam kursus kilat untuk para artis sebelum mereka diturunkan ke jalan. Mereka diajari mulai dari hal sederhana seperti public speaking, hingga yang lebih spesifik tentang undang-undang dan ketatanegaraan. Berpengalaman sebagai salah satu pengajarnya, Burhanuddin mengamati bahwa meski sebagian besar dari artis ini tidak familiar dengan medan politik, beberapa dari mereka sangat antusias untuk belajar. “Biar bagaimana pun keterlibatan dalam politik adalah hak konstitusional mereka.”
Yang menarik, fenomena politisi karbitan ini jarang terjadi di Jakarta. Selebritas yang berhasil menempati posisi-posisi tertentu biasanya memang menunjukkan sedikit banyak kompetensi di bidangnya. Berdasarkan pengamatan Burhanuddin, hal ini dikarenakan seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat menjadi semakin pandai dan kritis dalam memilih wakilnya. “Kalau sudah ketahuan mereka tidak tahu menahu tentang masalah rakyat dan solusinya, mereka tidak akan dipilih,” katanya.