Celebrity
Kanya Iwana, The Rising Star

10 Feb 2016

“Satu hal paling menyenangkan saat pulang ke Indonesia adalah bisa makan ayam penyet dan sambal ekstra pedas di warung pinggir jalan,” kata penyanyi muda, Kanya Iwana (22), di sela-sela pemotretan di studio femina. Mengenakan setelan  warna hitam, wanita yang sudah 6 tahun bermukim di Los Angeles (LA), Amerika Serikat (AS), ini tetap humble dan ramah. Karier internasional sebagai penyanyi, aktris, penulis, dan penari tak lantas membuat Kanya melupakan tanah kelahirannya. 
Di usia yang masih muda, wanita kelahiran 22 Oktober 1994 ini telah mengantongi sejumlah pencapaian membanggakan di bidang seni. Di AS, namanya pun sudah cukup diperhitungkan. Meninggalkan Indonesia di usia 17 tahun untuk mendalami seni di American Musical and Dramatic Academy, di LA, Kanya lulus dengan predikat cum laude. 

“Dulu waktu kecil, telinga saya telah terbiasa mendengarkan musik kesukaan Ayah, mulai dari jazz, blues, dan rock,” kenang Kanya, yang mengaku mulai fasih menyanyikan Que Sera Sera pada usia 3 tahun. Bakat Kanya di bidang seni musik memang sangat tinggi. Hingga saat ini, puluhan lagu   pop dan jazz lahir dari tangan dinginnya. Salah satunya Human, yang kerap ia bawakan saat manggung di acara komunitas musik dan di kafe kenamaan di LA: Room Five. 

“Saya menciptakan Human atas dasar keprihatinan terhadap manusia yang sering menggerutu saat tertimpa masalah. Padahal, Tuhan telah memberikan banyak berkah lain. Nah, lagu ini sekaligus sebagai reminder untuk saya agar selalu bersyukur,” ungkap wanita yang mahir bermain piano dan gitar ini, bijak. 

Diakui Kanya, saat menulis lagu, ia merasa lebih nyaman menggunakan bahasa Inggris ketimbang Indonesia. Tak hanya karena bahasa Inggris lebih global, putri sulung pasangan Nia Sari Nastiti dan Franky Regar ini merasa kesulitan menulis lirik dalam bahasa Indonesia. Menurutnya, kosakata bahasa Indonesia sangat kaya dan rumit sehingga tak mudah diaplikasikan ke dalam lagu. “Tapi, saya tertantang ingin bisa menulis lirik berbahasa Indonesia suatu hari nanti,” tegas wanita yang juga penari profesional ini. 

Tak hanya di bidang musik, Kanya ternyata juga memiliki bakat menulis. Di usia 17 tahun, ia telah menerbitkan novel berbahasa Inggris The Rise and Fall of Arnoldi: Drew and Ilona, yang telah diterbitkan di AS tahun 2012 lalu. Di bidang akting, Kanya pun telah mencetak prestasi gemilang dengan membintangi serial televisi laris AS, Pretty Little Liars season 5. Di situ, Kanya memerankan tokoh Kendra, salah satu murid di Rosewood High School. “Tak mudah mendapatkan peran di serial itu. Saya harus bersaing dengan ratusan remaja di AS. Makanya, saya bangga bisa membintangi serial itu,” ujarnya, berbinar. 

Sibuk melakukan seabrek kegiatan seni, Kanya ternyata masih menyisihkan waktu untuk melakukan hal lain yang ia sukai: mengajar. Sejak Senin hingga Jumat pagi, ia mengajar musik di Happy Birch Pre-School untuk siswa usia 3-5 tahun. “I love teaching and interacting with kids. Senang rasanya bisa berbagi ilmu tentang musik bersama anak-anak,” ujar Kanya, yang beberapa bulan lalu terlibat dalam pementasan tari Disintegrate Devour, di Los Angeles, AS.

Cantik, muda, berprestasi, dan memiliki banyak talenta. Meski telah memiliki banyak pencapaian gemilang, Kanya masih memiliki impian terbesar: mengembangkan The Mantle, production house yang ia dirikan bersama sahabatnya, Rachel. Ia ingin, The Mantle bisa menjadi wadah dan platform bagi anak muda di dunia menghasilkan karya kreatif. “Saya ingin bisa menginspirasi orang banyak lewat seni. Lewat The Mantle, saya berharap bisa menyebarkan manfaat dan inspirasi bagi orang lain,” tutup Kanya, yang juga vokalis kelompok band The Wilder Society ini, mantap. (f)