
Minggu (16/03) lalu, diselenggarakan sebuah konser musik klasik karya Schumann & Brahms bertajuk “Düsseldorf, 1853..” di Eramus Huis, Jakarta. Di akhir tahun 1853, di kota Düsseldorf, Jerman, seorang komponis muda berbakat Johannes Brahms bertemu dengan komponis senior yang dikaguminya, Robert Schumann. Pertemuan ini tidak hanya membuahkan persahabatan yang kental namun juga merupakan tonggak sejarah yang cukup signifikan bagi perkembangan musik Barat yang romantis.
Ruth Wibisono dan Budi Utomo Prabowo membuka konser tribute ini dengan penampilan berbeda. Dengan konsep piano 4-tangan, kedua pianis ini kompak memainkan sebuah piano secara bersamaan membawakan gubahan Schumann dari tahun 1848, yang berisi 5 komposisi, yaitu Lebhaft, Nicht schnell und sehr gesangvoll zu spielen, Im volkston, Nicht Schnell, dan Lebhaft.
Di segmen kedua, Ruth ‘ditemani’ seorang penyanyi bariton, Joseph Kristanto Pantioso, menampilkan gubahan Schumann yang diambil dari karya penyair Jerman, Heinrich Heine. Kumpulan 20 sajak karya Heine yang bertema perjalanan kasih kelabu di musim semi ini dinyanyikan dengan sangat indah oleh Joseph yang diiringi permainan piano tanpa cela, Ruth. Dengan suaranya yang lantang, Joseph berhasil membawa penonton hanyut dalam kisah cinta yang penuh luka, kesedihan dan kekecewaan.
Yasmina Zulkarnain (biola), Leonard van Hien (cello) dan Iswargia R. Sudarno (Piano) mempersembahkan 4 komposisi Brahms dalam Piano Trio No.1 B Mayor, Op.8 (1853) sekaligus menutup konser yang berlangsung selama 1.5 jam ini.
Woro Hartari Trianti