
Setelah semuanya ia jalani, Aimee Saras punya impian di tahun 2014 ini, yaitu merilis album perdana. Tak hanya menyanyi, dalam album yang digarapnya bersama komposer Onrop!, Aghi Narottama, Aimee juga menuliskan lirik lagunya. Menyanyi, bagi Aimee seperti darah yang sudah menyatu dalam hidupnya. Orang tuanya, terutama ayahnya adalah pecinta musik. Ketika mata terbuka, indera pendengarannya langsung dimanjakan alunan musik. Saat ia merasa sedih, senang, bahagia, bahkan bangun tidur pun ia menyanyi.
“Orang tua saya bercerita, usia 3 tahun saya sudah berkicau. Tapi, lagu utuh yang saya nyanyikan itu baru pas usia 5 tahun. You know what, saya menyanyikan lagu Burung Camar dari Mama Ina (Vina Panduwinata). Padahal, tadinya saya mengira lagu pertama saya itu Over the Rainbow. Mengingat saat itu saya lebih lancar berbahasa Inggris,” ungkap Aimee.
“Kenyataan itu juga satu bukti bahwa akar budaya Indonesia terus memanggil saya,” ungkap pengagum The Carpenters, Judy Garland, dan Madonna ini sambil tertawa.
Sejak bermain di Onrop!, yang menampilkan kepiawaiannya berakting, menari sekaligus menyanyi, Aimee sebetulnya menerima banyak tawaran untuk membuat album lagu. Namun, ia keukeuh tak menerima. Aimee bertekad untuk membuat lagu yang bukan saja menyentuh jiwanya, tapi juga membuat orang langsung menghubungkan musik dan lagu itu dengan dirinya.
Dari pentas Onrop! Pulalah, Aimee kian menyadari arah musik yang diinginkannya, yaitu Swing Broadway. “Swing ini masih turunan jazz tapi lebih ceria. Pada tahun ‘30-an dan ‘40-an, musik swing bisa dibilang merupakan musik pop untuk jazz. It’s a party song!” ujar wanita yang baru saja menikah dengan seorang musisi ini.
“Lebih spesifik lagi saya pilih swing ala panggung Broadway karena iramanya ceria dan hidup. Cocok dengan jiwa groovy saya. Selain itu, musik ini membuka ruang bagi vokalisnya untuk berinteraksi dengan pendengarnya saat live show,“ kata Aimee.
Meski sudah menentukan pilihan musiknya, diakui Aimee bukan hal mudah memproduksi sebuah album. Melibatkan banyak orang dan tentunya dana. Lucunya, musik swing ini seolah berjodoh dengan dirinya. Di tengah persiapannya untuk album, ia malah mendapat tawaran untuk menggarap program sendiri yang bertajuk The Lady Who Swings. Program prime time di Hard Rock FM tiap Selasa malam ini menghadirkan tokoh-tokoh ternama yang bercerita tentang ‘ayunan’ kehidupan mereka.
Sejak program ini dimulai pada Februari 2013, Aimee sudah menghadirkan banyak tokoh, antara lain Anggun C. Sasmi, Aksan Sjuman, Joko Anwar, Ario Bayu, hingga penyanyi gambang legendaris Waljinah. “Seru! Karena, di program ini bintang tamu tak hanya berkisah. Kita saling bersambut menyanyikan lagu dengan sentuhan swing. Ternyata semua orang --bukan hanya musikus yang eksis di aliran jazz-- bisa menyanyikan lagu swing. Everybody can swing,” ujar Aimee yang ikut melakukan riset dan memilih play list lagu untuk programnya ini, senang.
Yakinkah ia, musik swing akan memiliki penggemarnya, mengingat musik yang satu ini masih tergolong asing di telinga penikmat musik Indonesia. “Swing akan menyegarkan dunia musik Indonesia. Lagi pula, di era digital seperti sekarang ini, tak perlu takut berkompetisi. Persaingan musik memang gila banget. Tapi, kalau bisa menampilkan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menunjukkan identitas diri, saya yakin bisa eksis. Yang penting, jangan terbawa arus. Being a star with your own way,” ujar Aimee, yang juga giat melakukan kampanye penyelamatan studio rekaman pertama di Indonesia, Lokananta, optimistis.(f)