Selasa (22/3/2016) kemarin, dunia kembali diguncang kabar duka, setelah terjadi ledakan bom di Brussels, Belgia. Ledakan terjadi di pusat keramaian di bandara Zaventem dan stasiun kereta api Maalbeek, Brussels, sekitar pukul 08.00 waktu setempat atau pukul 14.00 WIB. Demi kemananan, bandara dan transportasi publik pun segera ditutup. Sedikitnya 34 orang meninggal dunia, dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Polisi meningkatkan penjagaan di berbagai tempat strategis, terutama di tempat-tempat umum. Pemerintah Belgia memberlakukan tiga hari masa berkabung untuk mengenang para korban.
Menanggapi terror tersebut, netizen yang tinggal di sekitar tempat tragedi segera bereaksi lewat media social Twitter, menggunakan hashtags #PorteOuverte (pintu kami terbuka), #ikwilhelpen (saya siap membantu), #OpenHouse dan #BrusselsWelcome. Hashtag ini ditujukan bagi mereka yang ‘terdampar’ tak bisa pulang setelah ledakan terjadi. Tak hanya mereka yang tinggal di sekitar bandara Brussel, tapi juga warga dari kota London dan Barselona, turut membuka pintu rumah mereka untuk para korban dan warga yang terkena dampak aksi ini. Para warga juga menawarkan kamar mereka untuk para penumpang di bandara yang pesawatnya batal terbang.
Di Twitter, trending pula hashtag #LoveIslam sebagai sebuah pesan damai bahwa terorisme tidak ada hubungannya dengan agama Islam ataupun agama tertentu, sebab terorisme tidak punya agama. Hal ini muncul sebagai reaksi untuk meredakan kebencian terhadap satu agama, karena pelaku yang mengatasnamakan agama. Terorisme sungguh tak bisa dibenarkan. Tragedi Brussels ini juga tragedy masyarakat internasional. Saatnya kita menguji kembali pandangan kemanusiaan kita, agar kejadian mengerikan semacam ini tak terulang lagi di masa mendatang, di belahan dunia manapun. (f)
(Foto: Megan Specia)
Topic
#SeranganTeror