Peristiwa teror yang diduga kuat merupakan bagian dari gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di kawasan Sarinah Thamrin belum lama ini masih membekas. Indonesia, sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam, tidak gentar menyikapi teror dari gerakan ekstremis ini. Seperti yang juga diakui oleh Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, saat berpidato di Center for Strategic and International Studies, 18 Januari lalu, di Washington DC.
“Kami akan melanjutkan kerja sama erat Australia-Indonesia dalam memerangi terorisme. Presiden Joko Widodo, sebagai pendukung kuat Islam moderat dan toleran, memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan narasi kontra dari dalam dunia Islam, yang pada akhirnya akan mengalahkan ISIL dan ekstremis lain yang sejenis,” ujar Turnbull.
Kegeraman terhadap ISIL atau ISIS juga berlangsung di dunia maya, terutama di media sosial. MailOnline melaporkan bahwa sekelompok aktivis internet yang menamakan diri Anonymous membajak tiap propaganda baru yang dilancarkan ISIS. Cara ini lumayan membuat frustrasi para follower ISIS, sebab bukan berita terbaru yang mereka dapat, tapi video lagu pop tahun ‘80-an Never Gonna Give You Up yang dinyanyikan oleh Rick Astley.
Gerakan anti-ISIS di media sosial ini mulai merebak sejak serangan teror di Paris. Mereka bahkan menggalang kampanye yang mendesak penutupan terhadap akun-akun Twitter yang terkait dengan kelompok ekstremis ISIS. “ISIS, kami akan memburu kalian dan meruntuhkan situs, akun, e-mail, dan mengekspos kalian. Mulai dari sekarang, tidak ada tempat yang aman bagi kalian di online. Kalian akan dianggap sebagai virus, dan kami adalah obatnya,” ujar kelompok Anonymous yang mengklaim telah membuat offline sebanyak 28.000 akun Twitter milik ISIS dalam operasi #OpParis.
Google, sebagai raksasa pencarian di internet, juga tidak tinggal diam. “Mesin propaganda online ISIS hanya bisa dikalahkan jika mereka ‘didorong’ keluar dari ruang publik dunia maya ke dark web,” ungkap Direktur Google Ideas, Jared Cohen, seperti yang dikutip oleh wired.co.uk di seminar Waging a Digital Counterinsurgency di Chatham House, Royal Institute of Internasional Affair di London, 18 Januari lalu.
Memasukkan konten ISIS ke dalam sistem dark web akan mempersulit propaganda mereka ke publik. Dark web adalah konten online yang hanya bisa dilihat dengan cara mengoperasikan software khusus, atau izin akses.(f)