Sudah Waktunya
Silvi memahami, masyarakat Jakarta sudah menunggu kehadiran MRT dengan harapan yang sangat besar. Sebesar juga kekhawatiran yang terselip di benak publik tentang keamanan, termasuk dalam menghadapi banjir, hingga mengkhawatirkan kurangnya ‘budaya’ memelihara masyarakat terhadap fasilitas umum.
“Persoalan bagaimana menghadapi banjir adalah pertanyaan yang paling banyak diajukan kepada kami,” katanya. Silvi pun menerangkan bahwa feature dan design MRT Jakarta sama seperti kota-kota lain di dunia. Penanggulangan pertama adalah dari desain stasiun bawah tanah.
Menurut Silvi, pintu masuk ke stasiun memang ada di permukaan tanah, tapi levelnya dibuat dengan memperkirakan data curah hujan. Karena itu, akan ada tangga naik terlebih dahulu hingga satu meter, kemudian tangga untuk turun. Di beberapa titik yang permukaan tanahnya lebih rendah ditambahkan
additional measure, berupa flat gate.
Seandainya curah hujan sedang tinggi dan air naik, maka pintu tersebut otomatis akan naik. Flat gate ini setinggi satu meter juga. “Jadi, akan ada 2 meter untuk mencegah air masuk ke dalam stasiun,” katanya.
Sistem pengamanan lain adalah adanya drainage system di tunnel dan sum area di stasiun, yang berupa tempat penampungan air kalau-kalau ada air yang masuk dan kemudian akan dipompa keluar.
Lantas, bagaimana ia melihat kesiapan masyarakat akan hadirnya transportasi berteknologi canggih ini? “Menurut saya, it’s the time,” katanya. Bahkan, untuk konteks MRT, Jakarta sudah terbilang ketinggalan karena, katakanlah Vietnam misalnya, saat ini pun sedang mengerjakan proyek yang sama, yang menurut Silvi, bisa jadi kelak selesainya akan bersamaan dengan MRT Jakarta. “Padahal, usia kemerdekaan Vietnam lebih muda dari kita,” tambahnya.
Apakah masyarakat siap, tentu saja dituntut harus siap dengan kemajuan teknologi. “Tapi kami sadar, itu adalah idealismenya,” katanya. Karena itu, pihak MRT Jakarta pun tahun depan akan berusaha meningkatkan awareness ke masyarakat agar bisa menggunakan dan menjaga bersama-sama.
“Karena MRT ini bukan milik PT MRT Jakarta, bukan milik Pemrov DKI, tetapi milik masyarakat Jakarta, dan milik Indonesia. Apalagi, MRT ini adalah hasil kerja bersama dengan susah payah diwujudkan,” katanya.
Namun, Silvi mengatakan, selama memonitor percakapan masyarakat yang terjadi di media sosial berikut harapan positif mereka akan MRT, pihaknya merasa bahwa akan tumbuh sense of ownership pada diri masyarakat.
“Bahkan, ketika saya membaca ada yang bilang, ‘Jangan dirusak, ya, nanti,’ hal itu benarbenar
membuat kami percaya diri,” katanya.
Selanjutnya: Diskriminasi dan stigma terhadap wanita dan etos kerja orang Indonesia
Topic
#wanitahebat, #profil, #MRTJakarta